Kamis, 06 Oktober 2016

anatomi dan fisiologi rerproduksi ternak

MODUL SMK KURIKULUM 2013 DASAR-DASAR PEMBIBITAN TERNAK PRODUKSI TERNAK SMK N 1 WANAREJA 2014 MODUL SMK PETERNAKAN

A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI
Anatomi reproduksi yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mempelajari bentuk dan struktur bagian-bagian dari alat kelamin ternak jantan dan betina. Sedangkan fisiologi reproduksi adalah mempelajari fungsi dan proses-proses baik biofisika maupun biokimia yang terjadi dalam organ-organ alat reproduksi tersebut. Sedangkan reproduksi pada suatu ternak merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan seluruh tubuh ternak. Anatomi Reproduksi Ternak 1) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Jantan Gambar 1. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Jantan Tugas utama bagi pejantan adalah mampu memproduksi calon- calon individu baru yang normal dan sehat. Calon-calon individu baru ini disebut spermatozoa. Untuk mendapatkan keturunan yang baik maka sebagai pejantan harus mampu menghasilkan spermatozoa yang baik dan sempurna. Dari spermatozoa yang baik diharapkan akan menghasilkan individu-individu yang baik pula. Sistim reproduksi ternak jantan terdiri atas :  
a.       sepasang testis atau disebut gonad, buah zakar atau kelenjar kelamin utama.        
b.      saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens, ampula dan urethra. Saluran ini dilengkapi dengan kelenjar accesories atau kelenjar tambahan dimana kelenjar ini fungsinya untuk mengencerkan sperma.                                                    
c.       alat kelamin bagian luar, yang terdiri atas penis, yang dibung- kus oleh preputium dan Scrotum

1.      Gonad (Testis)
Testis merupakan bagian alat kelamin yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari dua testis yang terbungkus didalam skrotum. Skrotum ini akan memberikan lingkungan yang lebih cocok dimana dalam skrotum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang dapat mengatur suhu skrotum tetap konstan yaitu selalu dalam kondisi lebih rendah daripada suhu tubuh, karena untuk pembentukan sperma dibutuhkan suhu yang rendah. Bentuk, ukuran atau berat serta letak testis tiap species hewan cukup bervariasi. Namun pada umumnya bentuk testis adalah bulat panjang kearah vertikal, dengan struktur dasar testis terdiri atas beriburibu tubuli seminiferosa yang dikelilingi oleh kapsul berserabut atau trobekula.
Lapisan-lapisan tenunan pembungkus testis apabila disayat secara melintang, maka akan terlihat mulai dari luar kedalam adalah:
a.       epidermis yaitu bagian kulit terluar
b.      korium yaitu berupa jaringan bagian kulit yang mengandung banyak urat darah dan syaraf.
c.       tunika dartos yaitu suatu fascia pelindung yang juga mengandung unsur serabut urat daging, jadi dapat ber- kontarksi.
d.      tenunan pengikat yang longgar
e.       tunika vaginalis komunis (bagian dari peritoneum)
f.       rongga sempit yang merupakan bagian dari rongga perut yang menjulur ke daerah inguinal yang merupakan suatu kantong dimana selanjutnya ditempati oleh testis yang turun dari rongga perut sewaktu masih dalam perkembangan embrio.
g.      tunika albugenia merupakan bagian dfari pembungkus langsung pada parenchyma testis. Tunika albugenia ini banyak mengandung serabut-serabut fascia yang licin dan mengkilat dan berwarna putih yang banyak mengandung buluh syaraf.
h.      parenchyma testis, merupakan bagian yang paling utama atau inti, karena bagian ini tempat pembuatan spermatozoa, tepatnya di tubuli seminiferi. Dibagian parenchyma ini terdiri atas tubuliseminiferi, sel-sel interstitial, saluran-saluran cairan testis dan spermatozoa.
i.        mediastenum testis, merupakan bagian tengah dari testis dan merupakan perluasan dari testis.
j.        pembentukan Spermatozoa diproduksi dalam suatu saluran yang sangat kecil dan berkelok-kelok yang disebut tubulus spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu tubulus atau saluran yang kecil, panjang dan berkelok- kelok dan memenuhi selu- ruh pembungkusnya yaitu lobulus. Lobulus berupa kantong kecil yang pada umumnya berbentuk kerucut atau lancip, dimana pada ujung medialnya berbentuk lancip dan ujung lateralnya lebar dan merupakan dasar dari kerucut tersebut. Dinding tubuli seminiferi terdiri atas sel-sel membran basal, epithel benih, sel-sel penunjang dan sel penghasil cairan testis. Tubuliseminiferi akan bermuara pada ujung medialnya yang berbentuk kerucut dan langsung berhubungan dengan rete testis. Epitel benih terdiri atas :  sel benih atau spermatogonium. Spermatogonium akan mengalami proses pembelahan secara reduksi dan mengalami perubahan bentuk yaitu dari bentuk poligonal menjadi sel yang berekor.  sel sertoli. Sel ini melekat pada membran basal, berbentuk panjang dan mempunyai peranan dalam merawat spermatozoa yang masih muda. Disamping itu sel sertoli menghasilkan hormon dan cairan testis.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 4 Spermatogonium terletak diatas membran basal dari tubuli seminiferi. Spermatogonium terse- but akan berkembang melalui pembelahan sel. Spermatogonium akan membelah menjadi dua yai- tu yang satu tetap berada dalam membran basal sedangkan yang kedua berubah menjadi sperma- tosit I (satu). Kemudian akan membelah lagi menjadi sperma- tosit II dan berubah lagi menjadi spermatid. Spermatid akan mengalami perubahan bentuk menjadi sper- matozoa muda, yang kemudian akan dirawat oleh sel-sel sertoli sampai protein goblet yang ma- sih berada dalam pangkal ekor menjadi kecil. Setelah itu sper- matozoa akan terlepas dari sel sertoli dan terbawa oleh cairan testis dan segera masuk kedalam lumen tubuli seminiferi yaitu ma- suk kedalam retetestis dan dite- ruskan kebagian mediastinum yang akhirnya spermatozoa yang belum dapat bergerak tersebut akan berdesak-desakan untuk memasuki epididymus. Rete testis terletak dian- tara tubulus seminiferosa dan duktuli efferens yang berhubu- ngan dengan ductus epididymus pada bagian kepala atau caput. Rete testis ini terdiri dari salu- ran-saluran yang beranastomose dalam medias tinum testis. Diantara lobuli terdapat sel-sel interstitial atau disebut juga sel Leydig. Sel ini merupakan peng- hasil hormon androgen atau tes- tosteron. Testosteron adalah hor- mon yang berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan sek- sual dari pejantan. Apabila sel leydig terganggu maka produksi testosteron akan terganggu pula. Berbeda dengan hewan betina yang mengenal siklus berahi dimana pada periode tertentu sa- ja hanya ada satu sel ovum yang masak atau diproduksi dan siap untuk diovulasikan atau dike- luarkan untuk melakukan ferti- lisasi atau peleburan antara sel kelamin jantan (spermatozoa) de- ngan sel telur (ovum). Hal ini tidak terjadi pada hewan jantan. Hewan jantan akan memproduksi sel sperma- tozoa secara terus menerus tan- pa ada hentinya. Kecepatan pro- duksi sperma akan tergantung dari kondisi makanan yang di- konsumsi dan tingkat protein yang terkandung dalam maka- nan tersebut. Selain fungsi uta-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 5 manya sebagai penghasil sel be- nih jantan atau spermatozoa, fungsi testis lain yang tidak kalah pentinganya yaitu mem- produksi hormon androgen. 1.2 Epididymis Epididymus merupakan suatu saluran yang bentuknya bulat dan panjang serta berke- lok-kelok yang menghubungkan vasa efferensia pada testis de- ngan ductus deferens. Epididy- mus terletak diatas testis dan melekat pada tunika albugenis. Secara garis besarnya, saluran epididymus dapat dibedakan menjadi : a) kepala epididymus (caput epididymus), bagian dari epi- didymus yang melekat pada bagian ujung dari testis di- mana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Ba- gian ini lebih besar daripada bagian yang lain. b) bagian badan atau leher (Corpus epididymus) adalah bagian yang sejajar dengan aksis longitudinal dari testis. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding kan pada bagian kepala. Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai ham- pir melewati testis. c) bagian ekor (Cauda epididy- mus) yaitu berupa jendolan di ujung bawah dari testis. Ba- gian ekor ini terletak lang- sung dibawah corpus, yang mulai berbelok keatas. Saluran epididymus di ba- gian kepala terdapat duktuli efe- rentis yang jumlahnya 12 sampai 15 buah, yang menampung sper- matozoa dari rete testis. Jadi setelah spermatozoa muda terle- pas dari sel sertoli, kemudian masuk dalam lumen tubuli semi- nifera dan bergerak menuju ke epididymus setelah melewati duktuli eferentis. Ductuli eferen- tis dindingnya bercilia dan mem- punyai sel-sel epitel yang meng- hasilkan cairan. Dengan adanya cairan dan cilia tersebut maka spermatozoa dapat terdorong dan bergerak mengarah ke ba- dan epididymus. Epididymus mempunyai fungsi beberapa ma- cam, di antaranya : 1) epididymus merupakan tem- pat transportasi, di mana masa spermatozoa yang di- alirkan dari rete testis ke da- lam ductuli efferentis dan akhirnya akan diangkut ke
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 6 dalam duktus defferens. Transportasi ini dapat dila- kukan karena adanya gera- kan silia dan gerakan peris- taltik dari musculature pada dinding epididymus pada sa- at pra ejakulasi. 2) epididymus merupakan tem- pat untuk membuat konsen- trasi sperma menjadi sangat tinggi. Hal ini disebabkan ka- rena cairan testis yang men- jadi medium dari masa sper- matozoa, airnya diserap oleh epitel dinding epididymus se- hingga sampai di ekor epidi- dymus, konsentrasi semen sangat tinggi. 3) epididymus juga merupakan tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi sper- matozoa. Pemasakan ini dise- babkan karena adanya se- kresi dari sel-sel epitel di ductus epididymus. Dimana tadinya sperma dengan bu- tiran sitoplasma kemudian akan butiran tersebut akan menggeser dibagian paling bawah ekor dan akhirnya terlepas. 4) Epididymus merupakan tem- pat untuk menimbun sper- matozoa. Pada epididymus bagian ekor, keadaannya sa- ngat cocok untuk tempat pe- nimbunan bagi spermatozoa yang belum dapat bergerak ini, sehingga hampir 50 per- sen jumlah spermatozoa ter- dapat di daerah tersebut. 1.3 Duktus Deferens Duktus deferens atau vas deferens merupakan pipa yang berotot, terentang mulai dari ekor epididymus sampai ke ure- tra. Dindingnya tebal, mengan- dung serabut urat-urat daging yang licin, sehingga pada saat ejakulasi maka dapat mendorong spermatozoa dari epididymus keduktus ejakulatoris yang ter- dapat dalam ampula. Vas defe- rens akan memasuki ruang ab- domen bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh darah dan syaraf yang ke testis dan bersatu menjadi satu kesatuan yang disebut funiculus spermaticus. Vas deferens dari kedua testis ini setelah meninggalkan ekor epi- didimus akan bergerak melalui kanal inguinalis terus keatas dan sesampainya diatas fesica urina- ria, akan terletak berjajar dan secara lambat laun menjadi be- sar karena adanya kelenjar-ke-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 7 lenjar yang ada di dinding duktus deferens, dan bagian ini disebut ampula. Panjang ampula tidak panjang (pada sapi sekitar 4 cm) dan setelah meninggalkan prostata maka keduanya akan mengecil lagi. 1.4 Skrotum Kantong testis disebut skrotum. Skrotum merupakan suatu kulit yang bentuknya se- perti kantong yang ukuran, ben- tuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandung- nya. Kulit skrotum tipis dan se- dikit atau tidak berambut. Su- sunan lapisan skrotum dari pa- ling luar adalah : 1) epidermis: tidak memliki ram- but atau sedikit rambut 2) tunika dartos. Merupakan se- lapis jaringan fibroelastik yang bercampur dengan serabut otot polos. Serabut-serabut otot po- los ini pada saat cuaca dingin akan berkontraksi dan mem- bantu mempertahankan posisi terhadap dinding abdominal dan pada saat panas akan me- relaks dan menyebabkan testis turun menjauhi ruang perut. Dengan demikian maka skro- tum dapat mengatur tempera- tur testis agar temperaturnya tetap dipertahankan 40oC sam- pai 70oC lebih rendah dari pa- da temperatur tubuh. Mekanis- me dari sistim thermoregulator ini karena adanya kerja dari dua muskulus yaitu muskulus kremaster externa, muskulus kremaster interna dan tunika dartos. 3) Fasia superfisial merupakan la- pisan tipis jaringan ikat 4) Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit di- pisahkan apabila dilakukan pembedahan. 5) Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan luar penu- tup testis. 1.5 Urethra Urethra merupakan bagian saluran yang tergantung dari tempat bermuaranya ampula sampai ke ujung spenis. Urethra merupakan saluran untuk urine dan untuk semen sehingga dise- but saluran urogenitalis. Urethra terbagi atas tiga bagian yaitu : Bagian pelvis Bagian yang membengkok Bagian penis
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 8 1.6 Penis dan Praeputium Penis merupakan organ ko- pulasi pada hewan jantan, yang akan menyemprotkan semen ke- dalam alat reproduksi betina dan untuk lewatnya urine. Penis da- pat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : a. Gland penis yang dapat bergerak bebas b. Badan c. Bagian pangkal atau akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang ter- tutup oleh otot ischioca- vernosus. Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu musculus retraktor penis yang dapat merelax dan mengkerut dan corpus covernosum penis yang berfungsi untuk menegang kan penis. Dalam keadaan non aktif. Musculus retractor penis akan mengkerut, kemudian penis akan membentuk huruf S sehingga pe- nis dapat tersimpan dalam prepu- tium. Penis terbungkus oleh tuni- ca albugenia yang ber warna pu- tih. Bentuk penis ternak pada umumnya sama yaitu bulat pan- jang. Pada sapi penis ini bertipe fibroelastis artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non aktif atau tidak ereksi. Sedangkan praeputium merupakan lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. Pada ternak-ternak terten- tu, praeputium mempunyai ben- tuk yang agak khas, sebagai con- toh preputium pada kuda mem- punyai lipatan yang rangkap, praeputium pada babi mempu- nyai divertikulum atau kantong disebelah dorsal dari orificium preputial, yang mempunyai fungsi untuk mengakumulasi urine, se- kret dan sel-sel mati. Eraksi dan Ejalukasi. Ereksi merupakan pening- katan turgiditas (pembesaran) or- gan yang disebabkan oleh pema- sukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang menghasilkan penambahan tekanan dalam pe- nis. Ereksi pada ternak ruminan- sia, saat ereksi baik panjang maupun besarnya tetap hampir sama dan terjadi karena fleksura sigmoid menjadi lurus. Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks yang mengosongkan epididymus, urethra dan kelenjar-kelenjar ac- cesoris, dimana ejakulasi ini di- sebabkan karena adanya rangsa- ngan pada gland penis atau dapat juga ditimbulkan dengan adanya
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 9 massase dari kelenjar-kelenjar aksesori melalui rektum atau de- ngan elektro ejakulator. 2) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Betina Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas : a. Sepasang ovarium atau penghasil telur. b. Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct, uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina c. Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris. Gambar 2. Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Betina 2.1. Ovarium Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena fung- sinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitoge- nik. Bersifat endokrin karena ovarium mampu menghasilkan hormon
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 2 yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak- ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak atau hewan menyusui maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri. Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis ternak, umur dan masa reproduksi ternak. Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah hampir sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada beberapa ternak yang mem- punyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa ovarii. Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak yaitu hewan yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga ben- tuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah terma- suk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat panjang atau bundar. Bentuk dan Berat Ovarium dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 1. Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak No Jenis ternak Berat ovarium Bentuk ovarium 1 kuda 70-90 gram Seperti kacang tanah 2 sapi 11-18 gram Oval 3 Domba 2-3 gram Seperti buah almond 4 Babi 8-16 gram Seperti buah murbei 5 Anjing 3 – 12 gram Memanjang, menipis, Oval 6 Kucing 3-12 gram Memanjang, menipis, oval Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral dan merupakan bagian yang berongga (vaskular). Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang padat yaitu tunika albugenia.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 3 Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari epitel germinal atau disebut sel kelamin primer. Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam ova- rium. Komponen tersebut adalah follikel dan korpus luteum. Kedua kom- ponen ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi. 2.2 Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii (Oviduct) Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum, ampula dan bagian yang terakhir yang berhu- bungan langsung dengan uterus disebut istmus Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari oviduct dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan berjumbai- jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infun dibulum berben- tuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbria. Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan biasanya menyelimuti ovarium. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis artinya bergerak kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa fimbriae ini dapat mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat mengambil ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan fim- briae kiri dapat menangkap ovum yang di ovulasikan dari ovarium kanan dan sebaliknya. Fungsi dari oviduct adalah : 1) menerima telur yang diovulasikan ovarium 2) menerima spermatozoa dari uterus 3) mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa 4) menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam uterus menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus dan disebut utero tubal junction (UTJ) mempunyai fungsi untuk me nyeleksi sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus. 5) kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan oviduct menyebabkan sperma- tozoa mengalami proses pendewasaan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 4 2.3 Uterus Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau corpus uteri, tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk lancip dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis hewan berva- riasi. Bentuk-bentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah : a. uterus duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua buah, corpus tidak ada dan cornunya terpisah satu dengan lainnya. Bentuk uterus ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan marmut. b. uterus bikornua, yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uterinya sangat pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak babi. c. uterus bibartitus yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uteri cukup jelas dan panjang. Sebagai contoh terdapat pada hewan sapi, d. uterus simpleks yaitu uterus yang tidak mempunyai kornu uteri, corpus uterinya besar dan mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh terdapat pada bangsa primata. Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu : 1) membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding luar 2) myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat syaraf dan pembuluh darah 3) endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan pengikat. Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu sejak estrus sampai bunting dan melahirkan. Fungsi uterus adalah : a. pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan dirinya (kapasitasi) sehingga se- makin tinggi kemampuannya untuk membuahi ovum b. pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga mampu mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 5 c. pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjarkelenjar endome- trium mulai berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan cairan uterus yang merupakan substrat yang cocok untuk per- tumbuhan embrio muda. d. pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang tidak dibuahi oleh sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endo- metrium. e. pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan se- suai dengan pertumbuhan embrio. f. Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang sedemikian beratnya untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar dari badan. g. pada saat selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali atau involusi. 2.4 Cerviks atau Leher Rahim Cerviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup ra- pat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak diantara uterus dan vagina, dan merupakan pintu masuk keda- lam uterus karena dapat terbuka atau tertutup yang sesuai dengan siklus berahi. Pada saat berahi serviks agak relaks sehingga memungkinkan sper- matozoa dapat masuk dalam uterus. Kemudian pada saatkebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada cerviks akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga dapat mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus. Lumen serviks ter- bentuk dari beberapa gelang-gelang penonjolan dari mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali. Fungsi cerviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri sehingga tidak memberi kemungkinan untuk masuknya jasad renik baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu lumen serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat melahirkan dan pada saat berahi lumen serviks akan membuka sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 6 2.5 Vagina Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam pel- vis, diantara cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian vestibulum yai- tu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva dan partio vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak betina dara, terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen. Vagina berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada saat kopu- lasi. 2.5 Vulva (Pudendum Femininum) Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar. Pertautan antara vulva de- ngan vagina ditandai oleh orifis uretral eksternal. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah sederhana saja dan tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Kemudian bagian paling bawah dari vulva terdapat klitoris yang merupakan organ yang asal usul embrio- nalnya sama dengan penis pada hewan jantan. 3) Organ-organ Reproduksi Unggas Jantan Gambar 3. Organ Reproduksi Unggas Jantan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 7 Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang bela- kang dekat bagian anterior. Testis. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di ab- dominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma. Saluran Deferens. Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok kelok. Letak kearah caudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum. Alat Kopulasi. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi. Alat kopulasi ini juga dapat disebut penis, tetapi pada unggas bentuknya spiral seperti pegas. 4) Organ-organ Reproduksi Unggas Betina Gambar 4. Organ Reproduksi Unggas Betina
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 8 Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk unggas betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik (Nesheim et al., 1972), tetapi untuk bagian kanan mengalami rudi- meter (Sarwono, 1988). Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari infudibu- lum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina (Nalbandov, 1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh Nesheim et al. (1979) seperti tampak pada gambar 18. 4.1 Ovarium Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel (Nalbandov, 1990). Ovarium biasanya terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkem- bang dan sekitar 3.000 ovum yang belum masak yang berwarna putih (Akoso, 1993). Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk di- bungkus oleh suatu lapisan membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum (Nesheim et al., 1979).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 9 Gambar 5. Ovarium dari ayam petelur (Nesheim et al., 1979) Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germi- nalis) berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi, dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6 sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari 6 sampai 35 mm. Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning yang dipengaruhi oleh perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam. Pada hari ke-4 sebelum ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada yolk masak. Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual pada ayam betina (Nalbandov, 1990). Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangan- nya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum dewasa mem- punyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 10 Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso, 1993). Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan me- rangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain da- lam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertum- buhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ova- rium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus un- tuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal (Akoso, 1993). 4.2 Oviduk Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang ber- kembang baik dan satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk corong dengan tepi yang berjumbai (Nalbandov, 1990). Oviduk terdiri dari lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau shell gland dan vagina (Nesheim et al., 1979).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 11 Gambar 6. Organ reproduksi ayam betina (Nesheim et al., 1979) Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar 40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis besar terdiri lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat pem- bawa pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi seluruh duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa leku- kan maupun lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta men- dapat stimulus dari estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sa- ngat kompleks dengan terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner tinggi sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk unggas tidak dapat membedakan antara ovum
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 12 dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut (Nalbandov, 1990). 4.3 Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur (Nalbandov 1990). Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian ka- lasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyim- panan ini terjadi pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi (Sastrodi- hardjo dan Resnawati, 1999). Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum (Nesheim et al., 1979). 4.4 Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan merupa- kan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar (Nalbandov, 1990). Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam (North, 1978). Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 13 4.5 Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990). Panjang ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terben- tuknya membran sel (selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang berfungsi melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur (North, 1978). Membran sel yang ter- bentuk terdiri dari membran sel dalam dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan Resnawati, 1999). Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara (air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur (North, 1978). 4.6 Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat. Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terben- tuk dari garam-garam kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland) mempunyai panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sam- pai 20 jam (North, 1978). Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyem- purnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel. Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25% (North, 1978). Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di uterus. Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary (berupa kristal kalsit) yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium, potasium dan magnesium (North, 1978).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 14 Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus yang akan mem- bentuk kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk kare- na adanya CO2 dalam darah hasil metabolisme dari sel yang terdapat pada uterus, dan dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic anhydrase (dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan mengambil dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al., 1979). Gambar 7. Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et al., 1979) Pembentukan kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap individu (North, 1978). Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 –70%) dan disekresi- kan saat 5 jam sebelum peneluran. Pembentukan kerabang berakhir de-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 15 ngan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus beru- pa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selu- bung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur ma- suk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna un- tuk sirkulasi air dan udara. 4.7 Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan panjang sekitar 12 cm (North, 1978). Telur masuk ke bagian vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyum- bat pori-pori kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka (Nalbandov, 1990). 4.8 Kloaka Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu kuprodeum atau saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya urin dan protodeum atau saluran keluarnya sperma atau sel telur (Frandson, 1992). Telur juga dikeluarkan lewat kloaka yang bermuara di protodeum. Meningkatnya kandungan pro- tein dalam pakan dengan kandungan energi yang sama dapat mening- katkan produksi telur, tetapi tidak berpengaruh terhadap berat telur. Be- rat telur yang berkurang diantaranya disebabkan oleh defisiensi protein dan asam amino untuk pembentukan sebutir telur. Selain faktor tersebut berat telur juga dipengaruhi oleh genetik ayam, dimana ayam buras yang mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan mampu menghasil- kan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya (Nasution dan Adrizal, 2009). 5) Organ-organ Reproduksi Aneka Ternak Jantan dan Betina Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna dan eksterna. Pada hewan betina organ interna berupa sepasang ovarium dan uterus. Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat folikel- folikel Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan berkelok-kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 16 ksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus, dan clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM). Gambar 7a. Sistem reproduksi pada kelinci Lepus nigricollis) betina (kiri), jantan (Kanan) (Grove dan Newel, 1942). Gambar 7b. Anak kelinci (Lepus nigricollis) yang baru dilahirkan (Hustamin, 2006). Kelinci terkenal karena kemampuan reproduksinya, yang betina berevolusi segera setelah senggama sehingga pembuahan terjamin. Selain itu kelinci betina mempunyai sistem reproduksi yang istimewa, yaitu mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena memiliki rahim ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi ovulasi pada rahim yang satunya lagi. Gejala ini disebut Superfetasi, dan meskipun langka dianggap cukup sering terjdi (Oliver, 1984). Sedangkan pada jantan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 17 memiliki organ reproduksi interna dan eksterna. Pada organ interna terdiri dari testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak dalam scrotum. Testis merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan melalui epididimis yang merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens. Sedangkan pada organ eksterna berupa penis. Penis ini merupakan merupakan alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosusm penis dan corpus gavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat kelenjar- kelenjar yang membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992). Pemaparan tersebut sebagaimana yang telah dilakukannya pengamatan dengan menghasilkan hasil seperti itu pula. 6) Organ Pelengkap (Assesorris ) Organ tambahan mempunyai hubungan dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai saluran untuk me- ngekskresikan material dari organ tambahan ke saluran pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga organ pen- cernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978). Hati Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluar- kan cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994). Pankreas Pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang mendigesti karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 18 Limpa Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan terletak pada titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971). Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 19 FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK A. Jenis-jenis Hormon Reproduksi dan Kelenjar yang Memproduksinya serta Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu produk kimia disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi kimia seperti protein, steroid dan substansi lain akan dilepas ke dalam aliran darah dan ditransportasikan untuk meningkatkan, menurunkan atau mem- berikan efek metabolik terhadap fungsi organ (North, 1978). Pusat rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat pada hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan di- transformasikan menuju hipothalamus sehingga hipothalamus akan men- sekresikan hormon- releasing factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars an- terior/PPA (anterior pars pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya dapat mengatur kerja dari beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang disekresikan PPA antara lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocor- ticotrophic hormone (ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang me- ngatur pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terang- sang untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu (Nesheim et al., 1979).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 20 Gambar 8. Hubungan antara sistem syaraf, kelenjar endokrin dan sistem reproduksi unggas jantan dan betina (Nesheim et al., 1979). Fungsi Beberapa Hormon Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme, pertumbuhan bulu dan pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar adrenal mempe- ngaruhi metabolisme mineral dan karbohidrat serta mengurangi stres, hipo- tiroid mempunyai karateritik terhadap pertumbuhan bulu lambat dan kemun- duran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran gastrointestinal dapat me- ngatur pengeluaran cairan pada proventrikulus dan pankreas, mengatur kon- traksi limpha dan perpindahan pakan unggas karena kontraksi pada saluran digesti. Insulin dan glucagon yang dihasilkan oleh Langerhans dan sel Beta pada pankreas mengatur metabolisme karbohidrat. Kelenjar parathiroid dan ultimobranchial body mensekresikan hormon yang mengatur deposisi kalsium pada tulang dan kerabang telur. Hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars posterior PPP (pars posterior pituitary) mengatur regulasi tekanan darah dan keseimbangan air pada ayam petelur (Nesheim et al., 1979). Hormon juga me- ngatur sistem reproduksi pada unggas (gambar 16).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 21 Tabel 2 . Kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan dan fungsinya Kelenjar Hormon Fungsi Testis Androgen Perkembangan karakter sekunder. Produksi sperma (spermatogenesis). Tingkah laku reproduksi.  Estrogen«Ovarium   Progesteron«  Androgen«  Perkembangan karakter sekunder.« Pigmentasi bulu. Perkembangan oviduk.  Mengatur keseimbangan PPA.« Pengaturan oviduk bersama estrogen pada gerak peristaltik dan sekresi.  Pertumbuhan comb.« FSH (Follicle Stimu-üPPA  lating Hormone) LH (Luteinizing Hor-ü mone) LTH (Luteotropicü Hormone)/Prolaktin TH (Thyrotropic Hor-ü mone) ATH (Adrenotropicü Hormone) GPH (Growth Pro-ü moting Hormone)  Stimulasi perkembangan folikel (calonü telur) dalam ovarium  Proses ovulasi.ü  Proses mengeram.ü  Stimulasi glandula tiroid.ü  Stimulasi glandula adrenal.ü  Stimulasi proses pertumbuhan bulu.ü  Oksitosin/PitosinØPPP   Vasopresin/PitesinØ Kontraksi saluran darah. Metabolisme sel. Tiroid Tiroksin Proses pertumbuhan bulu. Paratiroid Parathormon Peningkatan Ca darah (untuk kera- bang).  Adrenalin·Adrenal   Cortin· o Vasokontraktor (menaikkan tekanan darah dan stimulir kegiatan jantung). o Fasilator konversi protein menjadi KH. Langerhans Insulin Metabolisme KH (pengeluaran energi dan cadangan energi). B. Pubertas pada Ternak Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan terus menerus akan dimulai sejak tenak tersebut mengalami pubertas atau de- wasa kelamin. Pada saat itu ternak sudah dapat menghasilkan keturunan karena pada saat itu organ reproduksinya telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi pubertas pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan atau betina dimana proses-proses repro- duksi mulai terjadi. Pada saat inilah maka organ-organ reproduksi mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya keinginan ternak
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 22 tersebut untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada setiap jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung pada keadaan iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan hormon. Umur dewasa kelamin pada jenis ternak tertentu dapat dilihat pada Tabel 3. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai Jenis Ternak Jenis ternak Umur Pubertas Variasi Sapi Kuda Domba Kambing Kerbau babi 12 bulan 18 bulan 8 bulan 8 bulan 24 bulan 6 bulan 6-24 bulan 10-24 bulan 4-12 bulan 4-12 bulan 12- 40 bulan 4-8 bulan Pada semua ternak bahwa dewasa kelamin akan tercapai pada saat dewasa tubuh tercapai. Pada saat ini ternak sudah mampu untuk melaku- kan perkawinan, tetapi pada saat itu tubuhnya belum mampu untuk mela- kukan proses reproduksi selanjutnya seperti bunting, melahirkan dan me- nyusui. Pada saat itu tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan, sehing- ga apabila ternak tersebut bunting maka tubuhnya harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak yang dikan- dungnya. Apabila hal ini terjadi maka kemungkinankemungkinan yang ti- dak diinginkan akan terjadi seperti terjadi kematian baik pada induk mau- pun anaknya, akan melahirkan anak-anak yang cacat atau lemah, kecil dll. Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas maka sebaiknya perkawinan hendaknya ditangguhkan beberapa saat sampai tubuhnya cukup dewasa atau dewasa tubuh telah tercapai. C. Oogenesis dan Spermatogenesis Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini terjadi di dalam alat genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma ini dimulai pada saat pubertas, ketika produksi hormon gonadotropin sudah cukup maksimal untuk merangsang pembentukan spermatozoa. Pada mulanya, diwaktu masih dalam kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada tingkat perkembangan yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat allantois. Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke rigi urogenital
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 23 yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel germinal primordial ini akan me- ngalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan berdiferensiasi menjadi spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, spermatog- onia itu berasal dari sel-sel germinal primordial tersebut. Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan secara mitosis, dan akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B ini kemudian yang akan bergerak ke lumen, termo- difikasi dan membesar membentuk spermatosit primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen sambil membelah secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase miosis pertama ini (atau miosis I), proses yang berlangsung cukup lama adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat. Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung membelah kembali secara miosis (atau miosis II) menjadi sperma- tid. (Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit sekunder jarang ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang telah haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (sperma- tosit primer). Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan: 1. Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. (contohnya, enzim hyaluronidase dan proteolitik). 2. pemadatan inti/kondensasi nukleus. 3. pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma 4. penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian difagosit oleh sel sertoli.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 24 Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid (n), dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini ber- langsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari, dimana sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel spermatoza baru setiap hari. Gambar 8: Proses pembelahan spermatogesis Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 25 Gambar 9: Proses Pembelahan Oogenesis 1. Sel-Sel Kelamin Primordial Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama- sama membentuk folikel primordial. 2. Folikel Primordial Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 26 3. Oosit Primer Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang disebut DNA. 4. Pembelahan Meiosis Pertama Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat mem- belah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. 5. Oosit Sekunder Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional D. Siklus Berahi/Estrus pada Ternak Ternak-ternak betina menjadi birahi pada interval waktu yang te- ratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya (Frandson, 1993). Interval antara timbulnya satu periode birahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus estrus pada da-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 27 sarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001). Berikut ini adalah konsentrasi hormon dalam darah selama siklus estrus. Gambar 10. Hormon dalam Darah Selama Siklus Estrus (Anonim, 2008a) 1. Proestrus Proestrus dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya progesteron serta melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari (Anonim, 2003a ). Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH me- ningkat dan menyebabkan stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan ma- turasi akhir folikel yang tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-sel granulosa dan sel theka interna. Fase ini dianggap sebagai fase penumpukan. Dalam fase ini folikel ovarium dengan ovumnya yang menempel membesar terutama karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1993). 2. Estrus Estrus didefinisikan sebagai periode waktu ketika betina resepsif terhadap jantan dan akan membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a). Menurut Frandson (1993), fase estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan, keluarnya cairan bening dari vulva dan pe- ningkatan sirkulasi sehingga tampak merah.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 28 Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam (Putro, 2008). Estrus pada sapi biasanya berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar individu selama siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempu- nyai periode estrus yang lebih pendek sekitar 10-12 jam (Anonim, 2003a). Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat pecahnya foli- kel ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993). 3. Metestrus Metestrus adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum ber- fungsi. Panjangnya metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Lu- teotropik Hormon) yang disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson, 1993). Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang diha- silkan oleh korpus luteum (Guyton, 1994). Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih 10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesu- dah birahi. Metestrus terjadi 2-4 hari pada siklus estrus (Anonim, 2003a). 4. Diestrus Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap sa- luran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk.,2001). Pada sapi dimulai kira-kira sampai hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan progesteron dalam darah dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Anonim, 2003a). Berikut ini adalah keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 29 Gambar 11. Keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus. (Anonim, 2007) E. Ovulasi dan Fertilisasi 1. OVULASI Ovulasi adalah Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise – ovarium dan endometrium. Ovarium memiliki 2 peran utama : 1.Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi 2.Gametogenesis dan ovulasi Proses Ovulasi  Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hor-§ mon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise  Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling terkait. Secara§ bersama-sama keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui siklus menstruasi.  Hipotalamus menghasilkan GnRH - Gonadotropin Releasing Hormone§ yang selanjutnya akan merangsang produksi FSH – follicle stimulating hormone dan LH – Luteinizing Hormone
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 30 Gambar 12: Ovulasi Ovarium Proses Ovulasi di Pengaruhi Oleh Kendali Hipofisis. Perubahan dalam ovarium terutama dikendalikan oleh hipofise anterior yang menghasilkan produksi 3 hormon utama : 1. FSH – follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan foli- kel ovarium 2. LH – Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebab- kan luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi 3. Prolactine Pada akhir siklus menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya kadar estrogen ini merangsang produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya FSH menstimulasi pertumbuhan sejumlah folikel ovarium. Folikel yang terstimulasi akan meningkatkan kadar kadar estrogen dan kenaikan kadar estrogen dapat mempengaruhi hipofisis sehingga menyebabkan penurunan kadar FSH ( proses umpan balik negatif ).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 31 Gambar 13: Kadar FSH dan LH Pada sebagian besar kasus, dari 10 – 20 folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya (folikel dominan) yang dapat tumbuh cukup besar dan memiliki densitas reseptor FSH yang cukup memadai sehingga dapat memberikan respon dengan rendahnya kadar FSH sehingga dapat terus berkembang sampai tahapan ovulasi. Kadar estrogen terus meningkat. Pada pertengahan siklus menstruasi situasi ovarium mengendalikan adanya perubahan fungsi hipofise. Peningkatan kadar estrogen yang terjadi akan menyebabkan terjadinya „surge‟ kadar FSH dan LH ( proses umpan balik positif ). Peristiwa ini akan memicu terjadinya ovulasi. Peranan LH dalam hal ini adalah untuk : o Menyebabkan adanya produksi prostaglandin dan ensim proteolitik lokal sehingga dapat terjadi ekstrusi sel telur dari folikel yang telah matang o Pertumbuhan corpus luteum sehingga menghasilkan progesteron.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 32 2. FERTILISASI Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan, maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube terlibat dalam proses dari fertilisasi. Gambar 14: Proses Bertemunya Sel Sperma dengan Sel Telur
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 33 F. Implantasi Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama ( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari kor- pus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi implantasi). Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. Gambar 15: proses perkembangan dan perjalanan ovum dari ovarium sampai kavum uteri
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 34 Keterangan : A : Oosit tidak bersegmen B : Fertilisasi C : Terbentuk pro-nuklei D : Pembelahan kumparan pertama E : Stadium 2 sel F : Stadium 4 sel G : Stadium 8 sel H : Morula I & J : Pembentukan blastokista G. Proses Pembentukan Telur. Telur pada unggas mengandung banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia faali. Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas lebih besar dari pada telur mamalia, karena telur unggas harus mengandung makanan untuk perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio unggas sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur. Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu) (Anggorodi, 1984). 1. Yolk / Kuning telur Kuning telur terdiri dari badan berbentuk bola besar, dari 25 sampai 150 μm garis tengah, yang terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang berkelanjutan. Yolk yang kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan berdiameter sekitar 2 μm. Kuning telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri dari protein dan lipid dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada da- lam bentuk lipoprotein (Bell dan Freeman, 1971). Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein kuning telur berasal dari hati atas rang- sangan hormon oestrogen. Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium ayam petelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran folikuler, yang menempelkannya pada ovari.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 35 Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit mengan- dung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi. Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma. Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur (James Blakely dan David, 1985). 2. Reproduksi pada ayam Pola reproduksi pada ayam berbeda dengan mamalia terutama beberapa segi yang terpenting, ayam bertelur dengan berirama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih pada hari yang berurutan, kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam yang prolefik bertelur 5 butir atau lebih dalam satu irama bertelur (clutch). Timbulnya clutch dikarenakan pembentukan telur diburuhkan total waktu 25 – 26 jam dan ovulasi berikutnya pada clutch yang sama terjadi 30 – 60 menit setelah ovulasi telur sebelumnya. Jadi karena ovulasi tidak terjadi secara teratur setiap siklus 24 jam, maka waktu ovulasi hari berikutnya pada clutch yang sama akan terlambat (Nalbandov, 1990). 3. Pengendalian Hormon Bertelur. Reproduksi burung adalah yang berkaitan dengan sistem pengen- dalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari, segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus- hipofiseal unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa ovarium burung secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 36 melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah para- ventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990). 4. Oviduk. Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan ke magnum (Rasyaf, 1992). Lebih lanjut Nalbandov, (1990) menuliskan bahwa disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum yang dikontrol oleh dua hormon. Hormon estrogen yang fungsi utamanya menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk, tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua- duanya, baik pembentukan atau sekresi albumen. Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi terhadap magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen. Setelah pertumbuhan magnum yang di prakarsai oleh estrogen dan pembentukan granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum ataukah benda asing yang berada dalam magnum. Setelah mendapat albumen dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3 jam, telur bergerak ke isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian oviduk ini secara histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh hormon yang sama, yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian tahap yang sama, seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David, (1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut membentuk suatu rongga
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 37 udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan setelah menerima kerabang lunak dan air, dikuatkan oleh Rasyaf (1992) dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990). Tabel 4. Rataan panjang bagian pembentukan telur dan lama waktu proses berjalan Bagian Panjang (cm) Waktu (jam) Infundibulum 11,0 0,25 Magnum 33,6 3,00 Isthmus 10,6 1,25 Uterus 10,1 20,15 Vagina 6,9 0,15 Sumber : Rasyaf 2003 5. Pengeluran Telur (Oviposisi). Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180 derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi. 6. Sifat Mengeram. Induk ayam mengeram diakibatkan oleh pengaruh hormon prolaktin dari pituitari anterior, ayam menghabiskan waktu dengan duduk diatas sarang dan menetaskan serta mengasuh anak-anaknya. Bila sifat keibuan ini demikian kuat sehingga induk ayam terus
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 38 menerus duduk diatas sarang, hal ini merugikan karena pada saat mengeram ayam tidak memproduksi telur (James Blakely dan David, 1985). H. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Ternak a) Ternak Ruminansia Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap yaitu : a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. b. Fase fertilisasi adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan zygote. Zygote akan melakukan pembela- han sel (cleavage). Secara umum, sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain: 1. Sel tunggal (yang telah dibuahi) 2. Blastomer 3. Blastula 4. Gastrula 5. Neurula 6. Embrio / Janin Tahapan fase embrionik yaitu : a. Morula Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 39 b. Blastula Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus me- ngalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blasto- soel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula. c. Gastrula Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya. Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm, mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan tingkat tinggi page 1 /seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata dan semua Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula. Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula. Contohnya : a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang- /osteon) alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 40 Contohnya : a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Pertumbuhan dan perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan untuk mengganggu siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi berlanjut. Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari. Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu: 1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan. 2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jon- jot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalam nya terdapat pembuluh darah. 3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel me nghilang page 2 /3 dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk zat sisa dan CO2. 4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amni on.merupakn tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama. B. Periode Perkembangan Embrio Periode Embrio / organogenesis merupakan suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan organ tubuh (Toelihere,1979).
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 41 Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut: a. Periode Persiapan Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan. b. Periode Pembuahan Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan. c. Periode Pertumbuhan Awal Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan tubuh embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat tingkat: 1) Tingkat Pembelahan Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali samapai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya pembelahan itu secara mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula yang masif, dalamnya tidak berongga. 2) Tingkat Blastula Sementara sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah, atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar, berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula, rongganya disebut blastocoel. Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat dibedakan: a) Embrioblast atau gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh menjadi embrio. b) Tropoblast, akan menyalurkan makanan dari uterus induk. Ada pula yang memberi nama dua daerah utama blastula, yaitu: a) Epiblast, bagi blastomere yang terletak sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan ectoderm.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 42 b) Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau daerah kutub vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan endoderm. Blastula memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pada embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan ber- gerak menyusun diri untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri. Dikenal lima daerah bakal pembentuk alat, yaitu: Bakal ectoderm epidermis, Bakal ectoderm saraf, Bakal notochord, Bakal mesoderm, dan Bakal endoderm (entoderm). 3) Tingkat Gastrula Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm, endoderm, dan mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok gerakan, yaiu: a) Epiboli Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara bakal endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio. b) Emboli Gerakan menyusup, terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada daerah-daerah bakal mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh macam, yaitu: Involusi, gerakan membelok ke dalam, Konvergensi, gerakan menyempit, Invaginasi, gerakan melipat suatu lapisan, Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan, Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau lapiasan asal,
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 43 Divergensi, gerakan memencar, Extensi, gerakan meluas. 4) Tingkat Tubulasi a) Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga terangkat dari bagian bawahnya, b) Pertumbuhan panjang dan besar bagian badan embrio, c) Pertumbuhan bagian ekor, d) Pertumbuhan melengkung bagian dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya, e) Periode antara (transisi) Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami transfor- masi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya men- capai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa, bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian- bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci dan lengkap (Yatim, 1990). f) Periode pertumbuhan akhir Pertumbuhan penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak berberudu sukar membuat batas antara periode antara dengan periode akhir sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990). Tabel 5. Lama Kebuntingan Spesies Lama Kebuntingan Kuda 11 bulan Sapi 9 bulan 10 hari Domba 5 bulan Babi 3 bulan 3 minggu dan 3 hari Anjing 2 bulan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 44 C. Pembentukan Embrio atau Organogenesis Pada periode embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan: 1) Lapisan-lapisan lembaga (germ layer) a) Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam) Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal terdorong keluar dari inner cell mass dan tumbuh mengelilingi blasto- kul merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ internal lain b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga tengah) Lapisan sel-sel inner cell mass, yang terdorong di antara endo- derm dan ektoderm origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem reproduksi c) Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar) Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme (Toelihere,1979). 2) Trofoblast akan menjadi: a) Amnion Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus bantalan untuk proteksi Robek saat kelahiran b) Yolk sac Sebagai cadangan makanan. Mammalia: atropi c) Allantois Penuh dengan pembuluh darah menyatu dengan chorion (Allan- tochorion) membawa darah ke chorion d) Chorion Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979). D. Tahapan Perkembangan pada Masa Embrio Tahap – tahap proses perkembangan embrio yaitu melalui tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru yang disebut dengan zygote dan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 45 akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertum- buhan dan perkembangan menjadi embrio. 1) Bulan pertama: Sudah terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk pipa, system saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio berukuran 0,6 cm. 2) Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm. 3) Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram. 4) Bulan keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif. Janinmencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm. 5) Bulan kelima : Janin akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila dilakukan USG (Ultra Sonographi). 6) Bulan keenam : Janin sudah dapat bergerak lebih bebas dengan memu- tarkan badan (posisi). 7) Bulan ketujuh : Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina. 8) Bulan kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000m. 9) Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi siap untuk dilahirkan. E. Hormon yang Berperan dalam Perlembangan Embrio Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/mene- kan kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979). Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium, sedangkan progesteron mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 46 b) Ternak Unggas Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar. Namun, untuk menggambarkan bagaimana perkembangannya, berikut dijelaskan ciri-ciri embrio pada ayam berbagai umur. Dalam perkembangannya, embrio dibantu kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, se- dangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen em- brio,menyerap zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencer- naan yang terdapat dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois, serta membantu mencerna albumen. 1. Umur Satu Hari  Bentuk awal embrio pada hari pertama belum terlihat jelas, sel benihv berkembang menjadi bentuk seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm.  Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadiv pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio. 2. Umur dua hari Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk mulainya sistem sirkulasi darah.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 47 3. Umur tiga hari Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. 4. Umur empat hari. Di hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak belakang. 5. Umur lima hari  Pada hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas.v Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C.  Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat bahwa telahv terjadi perkembangan alat reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan alantois sudah kelihatan. 6. Umur enam hari Pada hari keenam ini kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak, amnion dan alan- tois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 48 7. Umur tujuh hari Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan leher. 8. Umur delapan hari pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah jelas terlihat. 9. Umur sembilan hari Umur sembilan hari ini lipatan dan pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari kakinya mulai terbentuk. 10. Umur sepuluh hari Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras. Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai terbentuk. 11. Umur sebelas hari Embrio pada hari kesebelas sudah tampak seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas. 12. Umur dua belas hari Embrio umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian bawah. 13. Umur tiga belas hari Pada hari ketiga belas, sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 49 14. Umur empat belas hari Perkembahan embrio pada hari keempat belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu hampir menutupi seluruh tubuhnya. 15. Umur lima belas hari Pada umur lima belas hari ini, biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul bagian telur. 16. Umur enam belas hari Embrio pada umur enam belas hari sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah mulai mengeras dan bertanduk 17. Umur tujuh belas hari Pada umur tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara. 18. Umur delapan belas hari Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik. 19. Umur sembilan belas hari Pada umur sembilan belas hari, biasanya paruh ayam sudah siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. 20. Umur dua puluh hari Pada umur dua puluh hari ini kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur, kecuali kantung udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 50 Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah. Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar. 21. Umur dua puluh satu hari Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang. Setelah keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari dalam ruang mesin penetas. I. Kebuntingan Yang dimaksud kebuntingan dipandang dari segi teknis sebenarnya dimulai sejak saat sel kelamin betina bersatu dengan sel kelamin jantan didalam saluran alat reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian ampula. Sedangkan Frandson (1992) mengatakan bahwa ke buntingan berarti keadaan dimana anak sedang berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 sampai 15 jam dari inseminasi/perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini akan terjadi 14 sampai 15 hari setelah terakhir menstruasi. Pertumbuhan mahluk baru hasil fertili- sasi atau pembuahan antara ovum dengan spermatozoa, dapat dibedakan tiga tahap/periode yaitu :  periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi sampai implan« tasi.  Periode embrio yaitu periode dari saat terjadinya implantasi sampai saat« dimulainya pem bentukan alat-alat tubuh bagian dalam
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 51  Periode fetus yaitu periode terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat-« alat tubuh bagian dalam dan extremitas (anggota tubuh) sampai terjadi kelahiran. Pengetahuan tentang apakah ternak yang dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak adalah sangat penting. Ada beberapa cara untuk membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak. Berbagai cara yang dapat dilakukan adalah :  ternak tidak mengalami berahi lagi. Sebagai indikasi kebuntingan yangü cukup sederhana dan efektif adalah bahwa setelah 45 hari setelah per- kawinan ternak tersebut tidak berahi lagi. Cara ini akan ada juga mele- setnya karena ada ternak-ternak tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini bisa disebabkan karena dalam ovariumnya ter- dapat corpus luteum yang persisten.  perubahan kontur abdomen. Pada ternak yang bunting maka akan ter-ü jadi penurunan pada dinding abdominal (pelebaran abdomen).  pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaituü dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan meraba organ- organ reproduksi tertentu. Untuk ini dibutuhkan seorang yang ahli dan terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat perkem- bangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur- struktur yang terkait pada hewan betina.  Sinar x. Diagnose kebuntingan dengan menggunakan sinar X kurangü begitu efektif dan bermanfaat. Sinar X akan efektif apabila digunakan untuk menetapkan kebuntingan setelah tulang-tulang fetus telah me- ngalami kalsifikasi  Ultra suara (Ultra sound). Ultra sound dapat digunakan untuk mende-ü teksi kebuntingan pada berbagai jenis ternak seperti sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 sampai 10 juta cycle tiap detik) melalui jaringan.  Uji Biologik dengan mengamati adanya hormon gonado tropin dalamü serum darah maka dapat di pastikan bahwa ternak tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta sewaktu bunting.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 52 Metode pemeriksaan kebuntingan pada berbagai jenis ternak tertera pada Tabel Tabel. 6. Metode Pemeriksaan Kebuntingan pada Berbagai Jenis Ternak Spesies Metode yg Digunakan Contoh yg diperlukan Cara Mulai dpt di pergunakan Sapi Domba Palpasi rektal Biopsi vaginal Ultra suara - Mucosa vaginal perabaan Histologik Alat elektron 30-35 hari 40 hari 70 hari J. Kelahiran Ternak dapat melahirkan secara normal tanpa bantuan peternak. Namun demikian pada beberapa kasus induk kesulitan melahirkan sehing- ga perlu bantuan peternak. Bantuan diberikan untuk menolong induk, anak dan mengurangi kerugian peternak. 1. Faktor Penyebab Kesulitan Melahirkan Sebanyak 80% sapi melahirkan normal. Beberapa pedet mening- gal karena cedera, dan karena terlambat keluar dari rahim induk. Fak- tor penyebab ada tiga yaitu dari pedet, induk, dan posisi bayi sapi. 1.1. Pengaruh Pedet Pedet yang ukurannya terlalu besar menyebabkan kesulitan melahirkan. Ukuran bayi tergantung dari jenis sapi, pejantan, jenis kelamin bayi, umur induk, silsilah, dan makanan induk sapi. 1.2. Pengaruh Induk Penyebab kesulitan induk melahirkan adalah umur dan uku- ran pelvic. Sapi dara perlu lebih banyak bantuan dari sapi dewasa, hal ini dikarenakan ukuran sapi dara lebih kecil. Ukuran pelvic (saluran kelahiran) makin besar sejalan dengan kedewasaan induk. Sapi pada umur 2-3 tahun memiliki pelvic yang kecil, sehingga memiliki tingkat kesulitan paling tinggi sehingga perlu bantuan pa- da saat melahirkan. Untuk mengurangi resiko bisa dipilih mengu- rangi berat pedet dengan seleksi pejantan, dan memilih sapi dara dengan pelvic yang lebar.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 53 1.3. Posisi Bayi Kurang lebih 5% bayi sapi pada posisi yang tidak normal. Posisi tersebut antara lain, kaki depan atau kepala terbalik, pantat didepan, bayi terputar, dll. Hal ini membutuhkan bantuan dokter hewan untuk mengembalikan bayi ke posisi normal. Jika posisi tidak dapat dibetulkan perlu mengoperasi induk sapi. Contohposisi abnormal seperti gambar 2. Tahap Melahirkan Tahap 1. Pra-kelahiran Tahap pra kelahiran (2 sampai 6 jam). Dalam perut induk selama kebuntingan posisi pedet terlentang. Menjelang kelahiran posisi beru- bah telungkup dengan posisi kaki dan kepala ke depan saluran ke- lahiran. Seperi tertera pada Gambar 109. Posisi ini memudahkan saat melahirkan dan sedikit hambatan proses melahirkan. cervic akan mele- bar dan uterus mulai kontraksi. Pada awalnya kontraksi setiap 15 me- nit, dan kemudian fekuensinya meningkat. Pada akhir pra kelahiran cervic melebar dan vagina menjadi saluran kelahiran. Plasenta didorong ke pelvis dan membantu pembesaran cervic. Tahap 2. Melahirkan Melahirkan normal pada sapi dewasa sekitar 1-2 jam, sedangkan pada sapi dara lebih lama. Tahap ini dimulai saat pedet memasuki sa- luran kelahiran, biasanya terjadi pada saat induk berbaring. Proses me- lahirkan selama 1 jam atau kurang pada sapi dewasa, jika prosesnya lebih dari 2-3 jam maka perlu bantuan untuk melahirkan. Tahap 3 Membersihkan Placenta akan dikeluarkan dengan kontraksi uterus. Secara nor- mal sapi akan mengeluarkan palcenta dalam waktu 2 sampai 8 jam. 3. Persiapan Membantu Melahirkan Proses melahirkan sapi berlangsung selama 2 jam setelah keluar- nya air ketuban, jika lebih lama maka pedet akan lahir mati atau lemah. Karena waktu untuk membantu sangat penting maka harus dilakukan pengamatan sesering mungkin. Untuk Membantu melahirkan, peralatan dan fasilitas harus disiapkan dengan baik. Alat, kandang, tali penarik
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 54 harus bersih untuk mengurangi kontaminasi. Peralatan yang diperlu- kan antara lain ember bersih 2 buah, sabun, desinfectan, pelumas, han- duk, rantai atau tali dan sarung plastik. Isi kedua ember dengan air, pada satu ember diisi dengan desinfektan. Rendam tali pada larutan desinfektan. Kendalikan kepala induk dengan tali halter, ikat ekor sapi dengan tali kecil ke badan atau leher. Bersihkan sekitar anus, vulva dan ekor dengan air sabun, bilas dengan air pembersih. Jangan merendam han- duk kotor kedalam ember. Jika sudah bersih keringkan dengan handuk. Cucilah tangan dan lengan dengan air sabun. Jika dimungkinkan gu- nakan sarung tangan plastik untuk memeriksa pedet. Beri pelumas pa- da sarung tangan karet. Jika bantuan melahirkan berat, sarung tangan bisa dilepas karena mudah sobek. 4. Tahap Membantu Melahirkan 4.1. Setelah pengamatan pada keterlambatan melahirkan dilakukan, kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui proses pem- bukaan cervic. Cervic harus cukup membuka agar bayi sapi dapat lewat. 4.2. Mengetahui poisisi bayi sapi. Jika posisi abnormal harus dianalisa apakan posisi dapat dikembalikan normal atau memerlukan ban- tuan dokter hewan. 4.3. Menguji ukuran pedet dan saluran kelahiran. Pedet besar yang dipaksa melewati pelvic yang baru sedikit membuka akan menye- babkan pedet mati dan induk cedera. Jika pengujian ini dilakukan kepala dan kaki pedet masih di dalam saluran kelahiran maka peluang untuk melakukan operasi cesar akan berhasil. 4.4. Jika pengujian menunjukkan bahwa bayi dan saluran kering maka harus ditambahkan pelumas, misalnya menggunakan methylcellu- lose atau (Vaseline®). Jangan menggunakan sabun karena akan menyebabkan dinding vagina iritasi dan dapat menggangu kesubu- ran induk. 4.5. Pasang tali pada kaki depan pedet. Ikat masingmasing kaki dengan posisi pemasangan tali dibawah lutut dan di atas kuku.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 55 Gambar 16. Menerapkan Tarikan untuk Mengeluarkan Bahu 4.6. Pasang pegangan dan tarik tali pelan-pelan. Pastikan tali tidak se- lip. Walaupun pada beberapa pedet dapat ditarik kedua kakinya bersamaan, namun disarankan untuk menarik satu kaki dan di- ikuti kaki lainnya dengan jarak beberapa cm dibelakang kaki pertama, seperti pada gambar 110. Setelah kaki keluar maka di- ikuti bahu keluar melevati pelvic. 4.7. Pada saat kepala dan bahu melewati saluran kelahiran maka uterus dan cervic akan sobek. Kerusakan tersebut akan menyebabkan in- feksi dan masalah reproduksi di masa yang akan datang. Karena tekanan memperbesar saluran kelahiran maka kerusakan dapat dicegah dengan menarik pelanpekan. Cara menarik yang baik juga akan mencegah induk cedera. 4.8. Jika kaki dan bahu sudah keluar, putar pedet seperempat putaran untuk membantu pinggul melewati saluran kelahiran. Jika pemu- taran tidak membantu proses kelahiran, tarik pedet ke bawah dengan sudut 45* atau hampir sejajar dengan kaki belakang induk. 4.9. Pinggul yang menyumbat dapat menyebabkan masalah serius yang mengakibatkan pedet mati, jika terjadi pada induk yang rebah, dorong balik bayi kebelakang sedikit dan putar pedet seperempat putaran, kemudian tarik kaki depan kearah pinggul atau sisi induk. Jika kita tidak dapat memutar pedet, tempatkan kaki pedet diantara kaki belakang induk dan tariklah. Jika kelahiran tertunda pastikan pedet bernafas secara normal setelah tali pusar diikat.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 56 4.10. Setelah pedet keluar dikategorikan darurat, karena tali pusar di ikat antara bayi dan pelvis. Hal ini berarti aliran darah diperlambat dan bayi dapat mati atau otak rusak, untuk itu proses kelahiran harus cepat. 4.11. Jika proses kelahiran sangat sulit maka diambil tindakan operasi cesar dan tindakan jangan sampai terlambat. 4.12. Proses menarik pedet boleh dilakukan oleh peternak yang ber- pengalaman atau dokter hewan. Jika tindakan tidak benar dapat merusak induk dan anaknya. 5. Tindakan Setelah Melahirkan Setelah pedet lahir, bersihkan lendir dari mulut dan kerongko- ngan pedet dengan tangan kita. Jika diperlukan kita dapat menstimu- lasi agar pedet bernafas dengan cara menggosok dengan berulangulang, menggelitik lubang hidung atau menepuk dengan telapak tangan. Nafas buatan dapat diberikan dengan cara sbb: pasang sepotong selang pada hidung pedet, tutup lubang hidung dan mulut dan tiupkan udara mela- lui selang ke dalam hidung untuk memberi respirasi udara. Ulangi setiap 5-7 detik sampai pedet bernafas. Cara lain dengan cara menekan dada berulang-ulang. 6. Masalah Paska Kelahiran 6.1. Turunnya Kadungan (Uterus) Uterus dapat turun akibat terjadi kevakuman pada uterus. Kadang-kadang disebabkan oleh cara menarik pedet yang terlalu cepat. Kasus ini dapat menyebabkan induk mati jika tidak diberi perlakukan dengan cara yang benar sesegera mungkin. Induk harus dilatih berdiri segera setelah melahirkan untuk mencegah turunnya kandungan. 6.2. Plasenta Tertahan Membran plasenta akan dikeluarkan dalam waktu 2-8 jam setelah melahirkan. Kadang-kadang plasenta gagal memisahkan diri dari uterus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan masalah perkembangbiakan. Belum semua penyebab terting- galnya plasenta diketahui, dalam beberapa kasus dipengaruhi
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 57 oleh beberapa penyakit. Kasus ini biasanya dikuti dengan kesu- litan melahirkan, melahirkan ganda dan jarak melahirkan yang pendek. Ada berbagai pendapat untuk mengatasi plasenta yang tertinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengambilan pla- senta secara manual dapat menyebabkan komplikasi. Untuk in- duk yang menunjukkan tidak ada kelainan vagina, produksi susu dan selera makan tidak perlu mendapat perlakukan. Jika perla- kuan antibiotik diberikan pada uterus, harus dijaga kebersihan peralatan yang digunakan agar tidak menyebabkan infeksi yang lain. Aplikasi antibiotik dengan suntikan atau intra uterus harus mendapat perhatian agar tidak memberikan residu pada produksi susu dan daging.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 58 MEMILIH BIBIT TERNAK 1) Asal Usul Ternak a. Ruminansia Sapi atau lembu adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae. Sapi dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat, sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan manusia sejak lama. Kebanyakan sapi ternak merupakan keturunan dari jenis liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (dibaca auerokse, bahasa Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius[1]), yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun demikian, terdapat beberapa spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali yang juga diternakkan di Indonesia. Bos taurus  Sapi Hereford (sapi pedaging)·  Sapi Aberdeen Angus (Angus) (sapi pedaging)·  Sapi Simmental/Metal (sapi pedaging)·  Sapi Holstein (sapi perah)· Bos indicus (sapi zebu)  Sapi Brahman (sapi pedaging dan penarik)·  Sapi Ongole, keturunan Brahman (sapi pedaging)· Bos javanicus domesticus  Sapi bali (sapi pedaging)· Bos gaurus frontalis  Gayal· Bos mutus grunniens  Yak ternak· Ras hibrida  Sapi brangus (keturunan persilangan Angus dan Brahman)·  Sapi madura (banteng x Brahman)·
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 59  Sapi PO/sapi jawa (Sumba Ongole x sapi jawa lokal)· b. Unggas Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar. Dengan populasi lebih dari 24 miliar pada tahun 2003, Firefly's Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur. Taksonomi Ayam : Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas:Aves Ordo: Galliformes Famili: Phasianidae Genus: Gallus Spesies:G. gallus 2) Klasifikasi Ternak Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan hidup peme- liharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antar ras ayam telah menghasilkan ratusan galur ung-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 60 gul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar. Dengan populasi lebih dari 24 miliar pada tahun 2003, Firefly's Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam dan telur. Ayam peliharaan berasal dari domestikasi ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan. Ayam menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kela- min (dimorfisme seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, beruku- ran lebih besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu ekor pendek. Perkelaminan ini diatur oleh sistem hormon. Apabila terjadi gangguan pada fungsi fisiologi tubuhnya, ayam betina dapat berganti kelamin menjadi jantan karena ayam dewasa masih memiliki ovotestis yang dorman dan sewaktu-waktu dapat aktif. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang- kadang di pohon. Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa, seperti elang.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 61 Macam-macamnya Gambar 17: Ayam Sumatra Karena ayam termasuk unggas peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah teknis akibat kegiatan penangkaran dan peternakan ayam. Berdasarkan fungsi Menurut fungsinya, orang mengenal  ayam pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;·  ayam petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;·  ayam hias atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di· kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam peliharaan sejati);  ayam sabung, untuk dijadikan permainan sabung ayam.· Istilah ayam sayur dipakai untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi khusus sebagai ayam pedaging. Berdasarkan ras Gambar 18. Ayam "bantam" adalah istilah bahasa Inggris untuk ayam katai atau setengah katai hasil seleksi.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 62 Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan (dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual. Berikut ini adalah ras lokal ayam di Nusantara yang telah dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu:  ayam pelung, ras lokal dan unggul dari Priangan (Kabupaten Cianjur) yang· memiliki kokokan yang khas (panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias;  ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras lokal dan mulia dari daerah Kedu· dengan ciri khas warna hitam legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam hias;  ayam nunukan, ras lokal dan mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk· badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam aduan, termasuk ayam pedaging dan hias; Gambar 19. Ayam walik putih. Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe khas tertentu namun sifat itu tidak selalu eksklusif milik ras tertentu, seperti  ayam walik (frizzle), ayam dengan bulu yang tidak menutupi badan tetapi· tegak berdiri;  ayam bali, ayam dengan leher tidak berbulu dan jambul di kepalanya,· sekarang mulai dibiakmurnikan;  ayam katai (bantam), istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil· (proporsi panjang kaki dengan ukuran badan lebih kecil daripada ayam
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 63 "normal"), terdapat berbagai ras lokal dan ras murni seleksi yang masuk kategori ini;  ayam ketawa, ayam (jantan) seleksi dengan suara kokok terputus-putus· seperti orang tertawa, diduga pertama kali sengaja diseleksi di Sulawesi Selatan, tetapi sekarang telah tersebar di berbagai tempat. 3) Ciri-ciri ternak yang baik secara eksterior Ternak Ruminansia Ternak ruminansia adalah ternak yang memiliki empat bagian perut, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum serta usus. Dengan sistem pencernaan demikian itulah maka kebutuhan nutrisi dan kemampuan ternak ruminansia dalam memanfaatkan pakan sangat menarik untuk dicermati. Adapun yang termasuk ke dalam ternak ruminansia dihubungkan dengan hasil produksinya adalah : 1. Sapi 2. Kerbau 3. Domba 4. Kambing 5. Rusa Selain ternak ruminansia terdapat juga : 1. Ternak unggas, yaitu : ayam ras pedaging, ayam ras petelur, ayam kampung pedaging, ayam kampung petelur, itik pedaging, itik petelur, dan puyuh. 2. Ternak monogastrik, yaitu : kuda, babi dan kelinci. Ternak ruminansia pada umumnya oleh masyarakat banyak dipelihara dengan tujuan sebagai ternak potong yaitu untuk dipotong dan diambil dagingnya, ternak perah untuk diambil air susunya dan sebagai ternak pekerja yaitu diambil tenaganya untuk digunakan membajak sawah, kendaraan dan karapan. Sapi Potong Bangsa-bangsa sapi potong yang banyak dipelihara di indonesia ada 2 jenis yaitu bangsa sapi lokal asli Indonesia dan bangsa sapi luar negeri. Bangsa sapi asli Indonesia seperti: sapi ongol, sapi bali, dan sapi madura.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 64 Sedangkan bangsa sapi luar yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai sapi potong yaitu: sapi Brahman, sapi Limosin, Sapi Simental, dan sapi Angus. 1. Sapi Ongol Sapi ongole termasuk sapi zebu yang berasal dariindiadengan ciri-ciri sebagai berikut :  Berpunuk pada punggungnya, telinga besar dan menggantung sertaØ bertanduk.  Terdapat lipatan kulit (gelambir) di bawah leher dan perut. - Warna kulitØ putih dengan bagian pinggul, leher dan sebagian kepala berwarna abu-abu atau putih kehitaman.  Berat badan dapat mencapai 450 kg untuk sapi yang betina dan 600 kgØ untuk sapi yang jantan. - Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/ hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,28 kg/hr.  Ciri yang khas dari sapi ongole ini yaitu adanya warna hitam yangØ mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin mata. 2. Sapi Bali Sapi bali Sapi bali merupakan sapi asliIndonesiadari hasil domestikasi Bos Banteng, dengan ciri-ciri sebagai berikut :  Warna merah bata sampai coklat kehitaman dengan warna putih pada kakiv mulai dari dengkul depan dan belakang (/tarsus/carpus/) kebawah, bagian bibir bawah, bagian pantat dengan bentuk seperti lingkaran.  Terdapat garis hitam (garis belut) pada bagian punggung yang dimuali dariv leher sampai pangkal ekor.  Baik sapi bali jantan maupun beina memiliki tanduk. - Berat badan sapiv bali betina dapat mencapai 300 kg dan yang jantan dapat mencapai 400 kg.  Sapi bali mempunyai temperamen yang tinggi sehingga sifat liar masihv terlihat. Sapi bali ini merupakan sapi lokal yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9 %.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 65 3. Sapi Madura Sapi madura Sapi madura merupakan persilangan antara Bos Indicus dan Bos Sondaicus, dengan ciri-ciri :  Warna coklat/merah bata, berpunuk kecil, tanduk melengkung setengah« bulat menuju depan.  Berat badannya dapat mencapai 200 kg untuk sapi betina dan sapi yang« jantan dapat mencapai 300 kg.  Persentase karkas dari sapi madura ini dapat mencapai 48 %. Sapi ini« banyak di temui di Pulau madura, kangean, masa lembu, sapudi dan beberapa kabupaten di Jawa timur 4. Sapi Brahman Bangsa sapi brahman berasal dari negaraIndiadan termasuk golongan sapi zebu yang memiliki ukuran medium. Ciri-ciri dari sapi brahman ini sebagai berikut :  Sapi brahman mempunyai tanduk dan warna bulunya bervariasi mulai dariØ abu-abu sampai merah.  Terdapat punuk yang sangat besar pada punggungnya dan memiliki lipatanØ kulit (gelambir) dari bawah leher sampai perut yang cukup besar. - Telinga lebar dan menggantung terkulai.  Berat lahir anak sapi brahman ini tergolong medium tetapi memilikiØ ukuran berat sapih yang tergolong ringan.  Berat badan dari sapi brahman betina dewasa dapat mencapai 585 kgØ sedangkan sapi brahman yang jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 900 kg.  Sapi brahman mempunyai sifat-sifat yang hanya dipunyai olah bangsa sapiØ tertentu, yaitu ketahanan terhadap kondisi yang sangat minimal (buruk), mempunyai toleransi terhadap panas, kemampuan mengasuh anak baik, daya tahan terhadap penyakit dan parasit (resistensi) baik.  Sapi brahman ini sangat cocok untuk dipersilangkan guna menghasilkanØ /hybrid vigor /yang tinggi.  Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,9 kg/Ø hari.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 66  Kelemahannya yaitu toleransi yang rendah suhu udara yang rendah danØ memiliki tingkat kesuburan (fertilitas) yang rendah. Bangsa sapi brahman ini dikembangkan di daerah panas seperti Kabupaten Pati, Rembang, Kudus, Jepara, blora, Grobogan, Banyumas, Kebumen, dan Purworejo. Hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai 0,55 kg/hr. 5. Sapi Limosin Sapi Limousine merupakan keturunan sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan .badan .yang. cepat.perharinya 1,1.kg. Ukuran tubuhnya besar dan panjang serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus. Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut kebawah berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg. 6. Sapi Simental Bangsa sapi simental ini berasal dari negaraswitzerlanddan merupakan salah satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa, dengan ciri-ciri sebagai berikut :  Sapi simmental ini berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelapØ sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya berwarna putih.  Bentuk badan dari sapi simmental ini panjang, padat dan kompak.Ø  Sapi ini terkenal karena memiliki kemampuan menyusui anaknya denganØ baik serta pertumbuahan yang cepat dengan penimbunan lemak di bawah kulit rendah.  Tergolong sapi yang berukuran berat, baik pada saat kelahiran, penyapihanØ maupun saat mencapai dewasa.dengan pertumbuhan yang baik.  Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang betina sedang untukØ sapi yang jantan dapat mencapai 1150 kg. Bangsa sapi simmental ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Batang dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 67 7. Sapi Angus Bangsa sapi angus ini berasal dari negara skonlandia yang diimpor ke amerika untuk disilangkan dan dikembangkan guna meningkatkan industri sapi pedaging. Bangsa sapi angus memiliki ciri-cirinya, yaitu :  Sapi angus ini warnanya hitam dengan bulu yang halus dan tidakü bertanduk.  Ukuran badannya relatif kecil yaitu yang jantan dapat mencapai beratü badan sampai 850 kg sedang yang betina mencapai 675 kg.  Berat lahir dan berat sapihnya termasuk golongan kecil.ü  Sifat-sifat yang menonjol dan mempunyai arti penting adalah tahanü terhadap hawa dingin, mempunyai kemampuan memelihara anak, fertili- tasnya tinggi.  Kualitas karkas istimewa dengan tulang-tulang yang kecil, perdaginganü baik dan persentase lemak yang rendah.  Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 1,1 kgü sampai 1,2 kg/hari. Bangsa sapi ini di Indonesia dikembangkan di daerah Kabupaten Sragen dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG sebesar 0,58 kg per hari TERNAK PERAH Sapi Tipe Perah Sapi perah adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan memproduksi air susu dalam jumlah yang cukup banyak. Sapi perah pada umumnya mempunyai bentuk tubuh 46 bagian belakang melebar kesegala arah sehingga terdapat kebebasan untuk pertumbuhan ambing atau mempunyai bentuk trapesium. Jenis sapi perah antara lain: Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi Grati Sapi Jersey Sapi Sahiwal Sapi Brown swiss Sapi Guernsey Sapi Ayrshire Australian Illawara
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 68 Shorthorn Sapi Autralian Milking Zebu 1. Sapi FH (Friesian Holstein) Sapi FH sangat populer sebagai sapi perah. Pertama dibawa dari pulau Fries Land barat Belanda dan sebagian dari Australia serta Selandia baru, Amerika, Kanada, dan Jepang. Warnanya putih dan hitam dan sangat disukai peternak. Sapi FH memiliki performansi yang baik sebagai penghasil daging dan susu. Distribusinya sebagian di dataran tinggi (700 m di atas permukaan laut) dengan temperatur antara 16-23º C, lembab dan basah di pulau Jawa. Contoh gambar sapi FH betina tertera pada Gambar 1. Sapi Holsteins dapat dikenali dengan cepat dari warnanya yaitu putih dan hitam/merah serta produksi susunya yang tinggi. Berat pedet yang baru lahir dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan tinggi 58 inchi. Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan, jika berat badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali melahirkan antara 24-27 bulan. Lama kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan lama produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di Amerika 8.000 liter dengan lemak 330 kg dan protein 275 kg per ekor per tahun. Di Indonesia produksi susu masih rendah, pertahun berkisar 3.000 liter. Gambar 20. Sapi FH (Friesian Holstein)
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 69 Sapi Grati Sapi grati merupakan hasil persilangan sapi FH dengan sapi Jawa- ongole. Sapi Grati dikembangkan di dataran rendah di daerah Grati, Jawa Timur. Populasi sapi Grati sekitar 10.000 ekor. Sapi Jersey Sapi Jersey berasal dari pulau Jersey di Inggris, digunakan sebagai penghasil susu. Ukuran sapi kecil berkisar 360 sampai 540 kg untuk sapi betina dan 540 sd 820 kg untuk sapi pejantan. Kandungan lemak susu pada susu sapi jersey tinggi. Jenis sapi ini belum ada di Indonesia. Warna sapi bervariasi dari abu-abu terang sampai hitam. Paha, kepala dan bahu sapi warnanya lebih gelap daripada warna tubuhnya. Gambar sapi Jersey betina tertera pada Gambar 2. Gambar 21. Sapi Jersey Bangsa Sapi Tropis Perah : Tabel 7a : Produksi Sapi Perah Bangsa Sapi Tropis Produksi Asal Daerah Sahiwal 2500-3000 kg/tahun Punyab, distrik montgo mery, Pakistan Red Sindhi 2000 kg/tahun Karachi, Hyderabad dan Kohistan Gir 2000 liter/tahun semenanjung Kathiawar dekat Bombay di India PFH (Peranakan Friesian Holstein) atau Sapi Grati 2500-3000 liter per laktasi Indonesia Selain sapi ternak perah yang dipelihara untuk diambil air susunya yaitu: kerbau dan kambing
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 70 Bangsa Kerbau Perah : Tabel 7b : Produksi Kerbau Perah Bangsa Kerbau Perah Produksi Asal Daerah Murrah 1400 – 2000 kg/ekor/laktasi India di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi Nili – Ravi 1600 kg/laktasi India Mehsana 1300 – 1800 kg/laktasi Gujarat dan bagian dari Maharashtra, India Surti 1590 – 1730 kg/laktasi Negara bagian Gujarat dan sungai Mahi di India Zaffarabadi atau Jafarabadi 1800 – 2700 kg/laktasi Gir negara bagian Gujarat Kerbau lumpur 1,5 –2,5 liter/ekor/hari Indonesia Bangsa-bangsa Kerbau Perah 1. Kerbau Murrah Bangsa kerbau ini termasuk paling penting di India dan beberapa negara, terdapat pula di Indonesia yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang-orang keturunan Sikh, India. Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah hasil persilangan dengan kerbau rawa. Asal; India di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi. Ciri-ciri Umum  Efisien menghasilkan susu yaitu 1400 – 2000 kg/ekor/laktasi selama 9 –ü 10 bulan dengan kadar lemak 7 – 8 %.  Kepalanya relatif kecil dibandingkan dengan badannya yang relatif besar.ü  Bentuk badan pada betina kecil dibandingkan dengan jantan yang besarü dan kasar.  Bobot badan pada jantan dewasa 450 – 800 kg dan betina 350 – 700 kg.ü  Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm dan betina 133 cm.ü  Telinga kecil, tipis dan tergantung.ü  Tanduk pendek melingkar ke arah atas dan ke belakang.ü  Leher pada jantan panjang sedangkan pada betina ramping.ü  Dada lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam.ü  Ambing pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluhü darah balik (vena) yang menonjol.  Puting ambing bentuknya simetris dan panjang serta jaraknya baik.ü
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 71  Ekor panjang dan ramping sampai mencapai persendian tarsus (per-ü gelangan kaki) dan biasanya ujung rambut ekornya berwarna putih.  Kulit umumnya berwarna hitam, tipis, lunak dan mudah dilipat denganü rambut/bulu sedikit pada saat kerbau dewasa. 2. Kerbau Nili – Ravi Sebelum tahun 1938 Nili dan Ravi dianggap sebagai bangsa yang berbeda serta merupakan varietas bangsa kerbau Murrah, tetapi sejak tahun 1960 dua bangsa kerbau tersebut karena memiliki ciri-ciri yang sama dianggap satu bangsa yaitu Nili-Ravi. Bangsa kerbau ini merupakan salah satu kerbau yang terbaik produksi susunya setelah kerbau Murrah. Produksi susu kebau Nili- Ravi hampir sama dengan produksi susu kerbau Murrah. Asal; . Ciri-ciri Umum : a) Kepala panjang, cungur yang baik dan lubang hidung yang lebar. b) Kepala bulat dan cembung bagian atasnya, berlekuk diantara kedua matanya, dengan tulang hidungnya yang menonjol. c) Tanduk kecil tetapi lebar, tebal dan melingkar lebih rapat dari kerbau Murrah. d) Pada kepala dan mukanya terdapat rambut yang lebih kasar dari rambut bagian badan lainnya dan dagunya menonjol. e) Leher pada jantan padat dan kuat, sedang pada betina panjang, ramping dan baik. f) Ekornya panjang sampai rambut ekornya mencapai tanah. g) Warna kulit hitam tetapi didapatkan pula yang berwarna coklat. h) Terdapat warna putih pada dahi, muka, cungur, kaki dan rambut ekor. i) Bobot badan jantan dewasa rata-rata 600 kg dan pada betina 450 kg. j) Ambing besar dan bentuknya simetris, putting panjang dan berjarak sama. k) Pembuluh darah ambing panjang berkelok-kelok dan menjolok. l) Produksi susu + 1600 kg/laktasi selama 250 hari/laktasi.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 72 2. Kerbau Mehsana Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang antara kerbau Surti dan Murrah, karena ciri-cirinya sama seperti kedua bangsa kerbau tersebut. Asal; Daerah Gujarat dan bagian dari Maharashtra, India. Ciri-ciri Umum : a) Bobot badan dewasa berkisar 350 – 550 kg, badannya dalam dan kaki relatif pendek. Jantan lebih berat dari pada betina. b) Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai melingkar. c) Leher panjang dan ramping. d) Ambing pada betina bentuknya simetris, putting sedikit tebal, panjang. e) Produksi susu bervariasi dari 1300 – 1800 kg/laktasi selama 300 hari/laktasi. f) Kulit tipis, lunak dan mudah dilipat serta warna umumnya hitam. g) Jinak mudah diprlihara dalam kanadang maupun di padang penggembalaan. 3. Kerbau Surti Kerbau Surti dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati. Asal; Di Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan sungai Mahi di India. Ciri-ciri Umum : a) Bentuk badannya baik dan besarnya medium. b) Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang pada jantan besar dan kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang sejajar dengan leher atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang dengan ujung membelok ke atas membentuk kait. c) Kepala panjang sedikit lebar dan bulat di antara ke dua tanduk. d) Ekor agak panjang, ramping dan lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih. e) Ambing bentuknya baik, puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh darah ambing banyak dan menjolok. f) Kulit agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan licin dengan rambut yang jarang.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 73 g) Kulit ambing lebih lunak dan berwarna merah muda. h) Warna kulit badan hitam atau cokat tembaga. i) Produksi susu bervariasi antara 1590 – 1730 kg/laktasi selama 10 bulan. j) Kadar lemak susu tinggi 7,8 – 10,5 % dengan rata-rata 8,9 %. 4. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi Kerbau ini merupakan hewan yang kuatdan padat. Asal; Pada mulanya didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar kotaZaffarabad. Ciri-ciri Umum : a) Dahi cembung. b) Tanduknya panjang dan berat, berkerut serta tergantung, ujung melengkung ke atas. c) Bentuk tanduk ini merupakan cirri khas kerbau Jafarabadi. d) Telinga besar dan tergantung. e) Leher tebal dan lebar. f) Badan panjang, lebar dan gemuk. g) Bergelambir dan dada padat. h) Bobot badan dewasa pada jantan rata-rata 590 kg, dan betina 454 kg. i) Badan umumnya berwarna hitam, tetapi kadang-kadang didapatkan tanda-tanda putih pada muka dan kaki di bawah lutut. j) Ambing bentuknya baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800 – 2700 kg/laktasi. Tabel 7c : Produksi Kambing Perah Bangsa Kambing Produksi Asal Daerah Etawah atau Jamnampari 569 kg per laktasi India, Asia Tenggara Saanen Swiss Toggenburg Swiss Anglo Nubian 2-4 kg per hari India dan Nubian Nubian Afrika French Alpine Alpine di Perancis British Alpine 4,5 kg perhari Swiss, Alpine Austria Damaskus 3-4 liter perhari Libang, Syria,Cyprus Beekal 105 kg per laktasi Punyab India, Rawalpindi dan Lahore di Pakistan barat Barbari 144 kg per laktasi Pakistan barat
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 74 Diperkirakan terdapat 300 bangsa kambing di seluruh dunia yang tersebar di daerah tropis maupun subtropics. Kambing-kambing tersebut dikelompokkan berdasarkan daerah penyebaran dengan disertai petunjuk produktivitas, karakteristik, dan potensinya. Biasanya bangsa kambing yang diternak untuk penghasil daging, kulit, dan bulu yang baik, hasil susunya sangat rendah. Disebut kambing potong unggul bila memiliki cita rasa daging yang banyak disukai dan perkawinannya tak kenal musim sehingga produksi dagingnya dapat dikelola sepanjang tahun. Namun, yang lebih utama adalah sifatnya prolific (beranak kembar). Dengan jumlah anak per kelahiran yang selalu kembar, maka akan cepat menghasilkan populasi anak yang banyak. Jika pembesaran kambing potong disertai dengan manajemen pemeliharaan yang baik, produksi dagingnya pun akan lebih banyak Berikut ini beberapa bangsa kambing yang potensial dikembangkan untuk ternak potong penghasil daging. Beberap di antaranya juga sebagai penghasil kulit dan bulu yang mahal harganya. 1. Kambing Angora Kambing angora asli berasal dari daerah Asia Tengah. Kambing ini merupakan persilangan antara Capra aegagrus dengan Capra fasconeri. Dipelihara terutama untuk produksi mohair yaitu bulu kambing yang halus selembut sutera dan daging. Meskipun merupakan penghasil bulu, kambing ini dapat pula dikembangkan menjadi ternak penghasil daging. Bobot kambing jantan dewasa sekitar 55 – 80 kg, sedangkan betina sekitar 35 – 45 kg. Kambing angora bisa hidup dengan baik di daerah tropic yang keadaannya kering. Gambar 22. kambing angora
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 75 2. Kambing Achondroplastik Ternak ini tergolong kambing kerdil berkaki pendek. Tingginya sekitar 50 cm, dan berat kambing dewasa sekitar 20 kg. penyebarannya terdapat di dekat jalur hutan dan savana Afrika Barat dan Afrika Tengah. Kambing ini sangat baik diternakkan di daerah tropis yang berhawa lembap karena mudah sekali menyesuaikan diri dengan iklim setempat dan tahan terhadap trypanosomiasis. Kambing kerdil ini merupakan kambing pedaging dengan mutu daging yang baik. Bila dipelihara dengan baik mudah sekali menghasilkan anak kembar dua atau tiga. Perkawinan hamper tak mengenal musim karena bisa terjadi sepanjang tahun. Namun, pertumbuhan tubuhnya lambat. Gambar 23. kambing achondroplastik 3. Kambing Bari Ternak ini tergolong kambing kecil. Banyak terdapat di daerah Sind (Pakistan). Kambing dewasa rata-rata beratnya 20 – 30 kg. Berat karkas 10 – 14 kg. Keunggulannya bersifat prolifik, yaitu setiap kelahiran biasanya beranak kembar 2 – 3 ekor. Meskipun kambing ini tergolong kecil, tetapi sangat cocok dikembangkan menjadi ternak kambing penghasil daging. 4. Kambing benggala hitam Kambing benggala hitam tergolong kambing kecil. Kambing ini tersebar luas di Assam dan Bangladesh bagaian utara. Bobot dewasa kambing pejantan hanya sekitar 13 kg dan betina 9 kg. Kambing ini terkenal sebagai black bengal.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 76 Kambing ini merupakan ternak penghasil daging dengan produksi susu yang sangat sedikit. Kambing ini menghasilkan dagingnya yang sangat enak, lezat, dan lunak. Potensinya sangat besar untuk dikembangkan sebagai kambing potong. Mutu kulitnya sangat bagus dan banyak digunakan bahan untuk membuat sepatu. 5. Kambing bligon Kambing bligon atau gumbolo alias jawa randu merupakan keturunan kambing ettawa dengan kambing kacang. Namun, persentase darah kambing kacang lebih tinggi, yaitu lebih dari 50%. Kambing ini memiliki moncong yang lancip, telinga tebal dan lebih panjang dari kepalanya, leher tidak bersurai, sosok tubuh terlihat tebal, dan bulu tubuhnya kasar. Pemeliharaan kambing ini sangat mudah karena menyukai pakan jenis apa saja, termasuk rumput-rumputan lapangan. Selain itu, anak yang dilahirkan cepat besar sehingg sangat tepat kalau dipelihara untuk kambing potong. Jenis kambing ini banyak tersebar di pantai utara Jawa seperti Cirebon dan Semarang, juga banyak dipelihara di daerah Gunung kidul, Yogyakarta. 6. Kambing creolo Kambing creolo merupakan ternak penghasil daging yang sangat popular di Amerika Latin dan Tengah. Memiliki kemampuan hidup di daerah yang sangat kering. Bulunya tipis, pendek, dan berwarna hitam atau cokelat, sering kali terdapat bercak-bercak putih. Tanduknya melengkung dan telinga pendek serata tegak. Kambing jantan memeliki janggut, sedangkan betina tidak memiliki janggut. Tinggi gumba jantan sekitar 75 cm dan betina sekitar 65 cm. Berat hidup kambing dewasa rata-rata 40-60 kg dengan tubuh yang gempal. Jumlah anak per kelahiran 1-2 ekor. TERNAK UNGGAS Ternak unggas termasuk dalam ternak nonruminansia hanya memiliki lambung tunggal, ternak unggas masuk dalam jenis burung yaitu memiliki sayap, hampir seluruh tubuhnya ditutupi bulu, berkaki dua dan berkem- bangbiak dengan cara bertelur. Adapun ternak unggas yang banyak dibudi-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 77 dayakan di Indonesia yaitu: Ayam, Itik, Entok, Angsa Puyuh dan Kalkun. Ternak unggas berdasarkan tujuan pemeliharaan masih dibedakan lagi menjedi 2 tipe yaitu: unggas pedaging dan petelur. Unggas Pedaging Unggas pedaging dipelihara dengan tujuan khusus untuk menghasilkan daging saperti: ayam broiler, ayam kampung, itik, entok, kalkun dan merpati. 1. Ayam Pedaging (Broiler) Ayam ras pedaging (ayam broiler) adalah ayam unggul yang dihasilkan melalui seleksi, perbaikan mutu (rekayasa) genetik, dan perkawinan silang dari bangsa-bangsa ayam impor luar negeri berdaya produktivitas tinggi dalam menghasilkan daging dengan waktu yang relatif singkat. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu, dkk (2002), bahwa ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor. Sedangkan ayam tipe pedaging adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif banyak daging dalam waktu yang singkat. Pendapat lain menyebutkan bahwa ayam ras pedaging unggul disebut ayam broiler, yang dihasilkan melalui seleksi, rekayasa genetik dan perkawinan silang dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging (Santoso dan Sudaryani, 2002). Ciri-ciri ayam pedaging jika dibandingkan dengan ayam petelur adalah :  Ukuran badan relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh,· sehingga disebut juga sebagai ayam tipe berat.  Produktivitas jumlah telur yang dihasilkan relatif rendah.·  Bergerak lebih lambat dan tenang.·  Biasanya lebih lambat mengalami dewasa kelamin.·  Pertumbuhan cepat·  Kulit putih·  Bulu merapat ke tubuh.·  Beberapa jenis ayam tipe pedaging mempunyai bulu kaki dan masih· suka mengeram. Dalam pelaksanaannya, agar ternak ini benar-benar dapat berproduksi secara maksimal sebagai penghasil daging, maka peternak harus menguasai manajemen dan tatalaksana peternakan ayam broiler, yaitu mengenai :
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 78  Bibit·  Pakan·  Perkandangan·  Penyakit dan pengendaliannya·  Panen dan pemasaran· Unggas Petelur 1. Babcock B-300 v (White) Berbulu putih, type ringan. Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 95,7% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 145 hari. Puncak produksi mencapai 94%. Rata-rata berat telur 61,6 gram. Produksi telur (hen house) 351 butir. Produksi telur mencapai 21,6 kg. rata-rata konsumsi pakan 107 gram. Konversi pakan 2,14 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 1685 gram. Gambar 24. ayam Babcock. B v (White) 2. Babcock B-380 (Brown) Berbulu cokelat, type Dwiguna, Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 141 hari. Puncak produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 62,8 gram. Produksi telur (hen house) 349 butir. Produksi telur mencapai 21,9 kg. rata-rata konsumsi pakan 114 gram. Konversi pakan 2,23 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 2000 gram.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 79 Gambar 24 Babcock B-380 (Brown) 3. Bovan White Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 93,1% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 140 hari. Puncak produksi mencapai 96%. Rata- rata berat telur 60,4 gram. Produksi telur (hen house) 358 butir. Produksi telur mencapai 21,6 kg. rata-rata konsumsi pakan 108 gram. Konversi pakan 2,13 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 1680 gram. Gambar. 25 Bovan White 4. Bovan Black Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 146 hari. Puncak produksi mencapai 94%. Rata- rata berat telur 62,5 gram. Produksi telur (hen house) 342 butir. Produksi telur mencapai 21,4 kg. rata-rata konsumsi pakan 123 gram. Konversi pakan 2,45 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 2150 gram.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 80 Gambar. 26 Bovan Black Bangsa ayam ancona adalah bangsa ayam yang digunakan sebagai bibit ayam ras petelur dan termasuk ke dalam ayam ras kelas mediterania dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :  bentuk badan kecil dan langsing·  bulu berwarna hitam dengan bintik-bintik putih·  kaki dan paruh berwarna kuning·  jengger serta pial berwarna merah dan relatif besar·  cuping telinga berwarna putih·  telur berwarna putih·  termasuk bangsa ayam tipe ringan· Bangsa ayam leghorn adalah bangsa ayam yang digunakan sebagai bibit ayam ras petelur dan termasuk ke dalam ayam ras kelas mediterania dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :  lincah, cepat dewasa, jarang mengeram·  bentuk badan kecil langsing (ayam betina dewasa mencapai berat badan· 1,25 kg – 2,75 kg)  jengger dan pial berwarna merah·  telur berwarna putih·  termasuk bangsa ayam tipe ringan·  berjengger single·  varietas dibagi berdasarkan warna bulu, yaitu varietas berbulu putih· dan varietas berbulu kelabu dengan bulu kuning di sekitar leher Adapun bangsa ayam lain yang termasuk ayam ras kelas mediterania adalah ancona, minorca, spanish dan andalusia.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 81 Bibit ternak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam tatalaksana peternakan ayam ras petelur, selain pakan, perkandangan, penyakit, panen dan limbah. Ayam ras petelur tipe ringan atau ayam ras petelur putih adalah ayam ras petelur yang khusus dibudidayakan sebagai penghasil telur saja sehingga produksi daging sedikit dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :  badan ramping, kurus mungil·  bulunya berwarna putih bersih·  berjengger merah·  mampu bertelur lebih dari 260 butir per tahun produksi per hen house·  relatif sensitif terhadap cuaca panas dan keributan·  mudah kaget yang berdampak pada penurunan produksi· Adapun contoh bangsa yang termasuk ayam ras petelur tipe ringan adalah leghorn, ancona dan minorca. Selain ayam tipe ringan terdapat juga ayam ras petelur tipe medium. ayam minorca adalah bangsa ayam yang digunakan sebagai bibit ayam ras petelur dan termasuk ke dalam ayam ras kelas mediterania dengan ciri-ciri umum sebagai berikut :  Bentuk badan kecil dan langsing·  Bulu berwarna hitam abu-abu·  Paruh berwarna putih kemerah-merahan·  Jengger serta pial relatif besar dan berwarna merah·  Cuping telinga berwarna putih·  Telur berwarna putih·  Termasuk ke dalam ayam tipe ringan.· 4) Pemilihan calon pejantan dan induk Bibit unggul adalah bibit yang memiliki sifat unggul. Pada hewan sifat unggul bergantung pada tujuan bididaya. Kambing Upaya perbaikan mutu genetik untuk peningkatan produktifitas ternak kambing-domba (kado) dapat dilakukan melalui program seleksi dan perkawinan silang. Seleksi adalah pemilihan secara sistematis induk dan pejantan sebagai tetua untuk generasi selanjutnya. Dalam falsafah jawa, calon pasangan hidup baik (suami/istri), haruslah memenuhi criteria bibit, bebet dan bobot. Dunia peternakan pun mengamal-
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 82 kan falsafah ini. Suksesnya usaha ternak, ditentukan oleh salah satunya kualitas bibit, yang juga berkaitan dengan bobot.Buah tak jauh dari pohonya. Bibit yang baik, diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang baik, bahkan lebih baik. Pemilihan bibit, tentu disesuaikan dengan tujuan usaha. Apakah untuk daging, atau susu perah. Kambing kacang misalnya, untuk produksi daging. Sedangkan kambing Etawa utnuk produksi susu. Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Karena itu lebih baik memilih calon induk local. Berikut sejumlah ciri bibit kambing-domba yang baik. Calon induk  Umur berkisar12 bulan lebihü  Tubuh besar tapi tidak terlalu gemuk dengan berat badanü > 20 kg  Memiliki 2 gigi seri tetapü  Tingkat kesuburan reproduksi sedangü  Sifat keindukan baikü  Tubuh tidak cacatü  Anak kembar dua, atau anak tunggal tapi dari induk yang mudaü  Jumlah puting dua buahü  Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurusü  Jinak dan sorot matanya ramahü  Kaki lurus dan tumit tinggiü  Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisie), rahang atas danü bawah rata  kAmbing simetris, tidak menggantung, dan berputing 2 buahü Calon Pejantan  Mempunyai penampilan (fenotip) bagus dan besar• Umur lebih 1,5 tahun,ü gigi seri tetap  Anak kembar duaü  Mempunyai libido besar, sehat dan tidak cacatü  Kaki lurus dan kuatü  Dari keturunan kembarü
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 83  Umur antara 1,5 sampai 3 tahunSehat, tidak cacat, kai lurus, kuat, danü tumit tinggi, aktif dan libido tinggi, alat kelamin normal dan simetris dan berasal dari keturunan kembar. Bibit persilangan Persilangan adalah perkawinan antara anak yang memiliki kekerabatan kelompok asal ternak. Keuntungan utama persilangan persilangan adalah hybrid vigor atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa yang berbeda, turunannya akan lebih baik performanya untuk sifat-sifat tertentu daripada tetuanya. Keuntungan yang diperoleh dari hasil persilangan adalah:  Heterosis yang memungkinkan diperolehnya rataan produksi yang lebihü baik dari tetuanya seperti pada bobot lahir, produksi susu induk, laju pertumbuhan, bobot sapih dan bobot potong  memperbaiki salah satu sifat yang kurang baik dari salah satu bangsaü  Meningkatkan daya hidup dengan diperolehnya daya adaptasi yang lebihü baik dan tahan terhadap penyakit  Menurunkan mortalitas, terutama pada periode pra-sapih dengan bobotü lahir dan produksi susu yang lebih tinggi  Meningkatkan daya reproduksi seperti dalam pencapaian dewasa kelaminü dan dewasa tubuh yang lebih cepat Menghilangkan atau mengurangi sifat letal (mematikan). Misalnya menurut Mason dan Buvanendran (1982) ada tiga cara untuk memperbaiki produksi dan kualitas daging domba didaerah tropis: 1. Pada daerah tropis basah panas, seleksi domba local tipe rambut, atau menyilangkan dengan dengan domba tipe rambut tropis lainnya, terutama yang prolific untuk menghasilkan bangsa baru. 2. Pada daerah tropis kering, seleksi dari bangsa domba tipe wol kasar, atau menyilangkan dengan tipe wol kasar lainnya dari daerah yang mempunyai iklim serupa. 3. Pada daerah tropis basah atau sub tropis, grading domba local dengan bangsa pejantan persilangan (unggul x likal) atau dengan bangsa baru dari komposisi genetic tersebut.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 84 5) Pemilihan bakalan Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukan dengan pemberian pakan tambahan dapat berasal dari sapi local yang ada di pasar ataupun sapi import yang belum maksimal per- tumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia 1-2 tahun, dan sepasang gigi serinya sudah tanggal. Usaha penggemukan sapi pedaging membutuhkan modal utama, yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara kontinu. Kemampuan peternak memilih dan menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertum- buhan bobot sapi yang dipelihara. MENENTUKAN UMUR SAPI BAKALAN Secara fisiologis sapi potong mengalami pertumbuhan dan perkembangan berdasarkan tahapan tyertentu yang berkait erat dengan umurnya,itulah sebabnya penentuan umur bakalan sapi merupakan langkah penting dalam penggemukan sapi potong, sebaiknya umur bakalan sapi dipilih yang berumur 1 – 2 tahun karena pada usia tersebutsapi mengalami periode emas dalam pertumbuhan berat badan. Penentuan yang paling pasti untuk mengetahui umur sapi adalah dengan cara melihat catatan kelahiran terbut, namun di daerah hal ini tidak pernah dilakukan oleh peternak sehingga penentuan umur bias dilihat dengan cara melihat pertumbuhan gigi sapi itu sendiri. Penentuan umur dengan melihat gigi patokannya adalah sebagai berikut : Gigi susu 4 pasang : 1 tahun Gigi tetap 1 pasang : 1,5-2 tahun Gigi tetap 2 pasang : 2-3 tahun Gigi tetap 3 pasang : 3-3,5 tahun Gigi tetap 4 pasang ; 4 tahun
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 85 MENENTUKAN JENIS KELAMIN Sebaiknya dipilih sapi bakalan yang berjenis kelamin jantan, karena sapi jantan akan mengalami pertumbuhan yang relative cepat disbanding dengan sapi betina. Ciri-ciri sapi Jantan : Terdapat dua testis yang terlihat jelas melalui celah antara dua paha belakang. Ciri-ciri sapi betina : tidak memiliki testis, namun menjelang dewasa kelamin terlihat adanya perkembangan ambing MELIHAT PENAMPILAN FISIK Penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan kondisi tubuhnya secara keseluruhan, untuk memilih sapi bakalan sebaiknya melihat hal-hal sebagai berikut : 1. Bulu licin dan mengkilap 2. Selaput lender dan gusi berwarna merah. 3. Kulit mudah dilipat dan akan kembali keposisi awal. 4. Hidung tidak kotor, basah dan tidak panas. 5. Suhu tubuhnya berkisar 39 – 400 C 6. Sapi tampak bergairah dan nafsu makan tinggi 7. Cepat bereaksi terhadap gangguan luar 8. Kotoran padat MENAKSIR BERAT BADAN SAPI Cara akurat untuk menentukan berat badan sapi adalah dengan cara menimbangnya, sayangnya cara ini kurang praktis karena jarang sekali ditemui timbangan di pasar hewan. Cara yang bias dilakukan adalah dengan menggunakan meteran untuk mengukur lingkar dada ( LD ) yang kemudian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Berat Badan ( kg ) = ( LD + 22 )2 100
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 86 PERKAWINAN TERNAK SECARA ALAMI  Tanda-tanda Berahi· Berdasarkan Perda 19 Tahun 2000 tentang unit Pelaksanaan Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan dan pelaksanaan Inseminasi Buatan sedangkan pada Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 64 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan Satu Juta Akseptor Sapi (Intan Sejati) mempunyai tujuan meningkatkan populasi, reproduksi dan kualitas ternak serta mempertahankan Jawa Timur sebagai gudang ternak Nasional. Pengenalan Birahi Ternak Sapi agar seorang peternak dapat mengamati siklus birahi secara benar. Pelayanan perkawinan baik pada induk dan dara ternak sapi merupakan indikator keberhasilan bagi seorang peternak, apabila ia dapat mempertahankan interval kelahiran 14 bulan secara teratur, maka seorang peternak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari usaha peternakannya. Agar dapat mengawinkan sapi dengan baik, perlu diketahui apa yang terjadi dalam sistem reproduksinya. Deteksi birahi (standing heat) yang cermat pada induk dan dara sapi sebagai faktor penentu keberhasilan usaha peternakannya. Beberapa hal yang perlu diketahui dalam sistem reproduksi ternak sapi agar dapat dikawinkan dengan baik, dapat disampaikan sebagai berikut. Setelah seekor ternak dara mencapai pubertas, ia akan mengalami siklus birahi rata-rata 3 minggu (18-24). Menjelang saat birahi, ada 4 tahap yang dilalui seekor induk atau dara. Tahap 1. Pro Oestrus (pre-standing heat) Tahap ini hanya berlangsung 1-2 hari. Follikel primer pada ovarium akan menghasilkan sedikit hormon jantan (testoteron), yang menyebabkan induk atau dara berperilaku seperti sapi jantan. Si betina berusaha menaiki teman- temannya dan akan diam bila dinaiki temannya. Ia menjadi gelisah dan agresif dan mungkin akan menanduk, melenguh dan mulai mengeluarkan lendir bening dari vulvanya.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 87 Tahap 2. Oestrus (Standing Heat) Dengan masaknya follikel dalam ovarium, 1-2 follikel lain menggantikannya dan pada saat follikel tumbuh dan menuju kematangan, sel-sel epitel yang mengelilingi follikel tersebut akan memproduksi estrogen. Estrogen menyebabkan induk atau dara menunjukkan gejala birahi. Induk atau dara yang birahi seringkali melenguh, memperlihatkan kegelisa- han, mencoba untuk menaiki teman-temannya dan yang palin penting, ia akan diam bila dinaiki oleh temannya. Biasanya terlihat lendir keluar dari vulva yang tampak membengkak. Tahap 3. Ovulasi (atau pelepasan sel telur) Sel telur dilepaskan dari follikel sekitar 24-30 jam sejak awal birahi (standing heat). Ternak harus segera diinseminasi 12-30 jam setelah terjadinya birahi (standing heat). Tahap 4. Met-Oestrus (pendarahan pasca birahi) Sedikit darah mungkin keluar dari vulva induk atau dara beberapa jam setelah “standing heat” berakhir. Biasanya 85% dari periode berakhir pada sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya darah dari vulva (untuk “cross-chek” saat mengawinkan, Inseminasi harus dilakukan 12- 24 jam sebelum keluarnya darah). Yang perlu diingat adalah bahwa tidak semua siklus birahi pada sapi berakhir dengan keluarnya darah. Keluarnya darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi atau tidak. Keluarnya darah hanya menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus. Agar perkawinan pada induk dan dara berhasil, sangat penting memperhatikan mereka pada saat “standing heat” ada waktu-waktu tertentu dimana pengamatan tanda- tanda birahi akan lebih berhasil. Secara alamiah induk dan dara lebih menunjukkan aktivitas seksual di malam hari daripada waktu siang. Tahap 1 (aktivitas pra birahi) cenderung terjadi setiap saat siang maupun malam hari pada seeor induk atau dara akan memperlihatkan tanda-tanda pra birahi.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 88 Tahap 2 (standing heat) menunjukkan pola yang sangat berbeda: (1) 70% cenderung terjadi puncak birahi antara jam 6.00 sore dan 6.00 pagi. (2) Waktu yang paling tidak efektif untuk melihat tanda-tanda “standing heat” adalah sore hari. Agar dapat memperoleh persentase siklus birahi yang lebih besar seorang peternak harus melaksanakan saran-saran berikut dalam manajemennya. a. Menunjuk seorang petugas yang bertanggung jawab atas deteksi birahi pencatatan perkawinan. Umumnya jumlah kebuntingan meningkat bila ada seseorang yang melaksanakan tanggung jawab ini. b. Tandai setiap ekor ternak dengan baik sehingga orang dapat mengenal setiap ekor ternak secara cepat dan cermat. Penggunaan nomor yang cukup besar sehingga terlihat dari jarak 3 meter atau lebih sangat efektif. c. Mengetahui tanda-tanda birahi satu-satunya tanda birahi yang benar- benar tepat adalah “diam” pada saat dinaiki temannya, akan tetapi harus diperhatikan juga tanda-tanda sekunder seperti kegelisahan, melenguh, menunduk, lebih jinak pada orang, menahan keluarnya air susu, mencium-cium temannya, pembengkakan vulva dan keluarnya lendir dari vulva. Perhatian terhadap tanda-tanda sekunder ini, akan mensiagakan peternak untuk lebih mengawasi tanda birahi terutama ternak “diam” bila dinaiki. d. Catatlah semua tanggal birahi pada kalender, “breeding wheel” atau dalam program perkawinan/ breeding pada komputer. Periksa catatan tersebut setiap hari untuk mengetahui tanda-tanda birahi pada hari tersebut. Ingatlah bahwa sapi induk dan dara yang sudah dikawinkan juga perlu diawasi terhadap kemungkinan muncul birahi kembali 3 dan 6 minggu pasca tanggal birahi saat mereka dikawinkan. e. Amati tanda-tanda birahi berdasarkan suatu jadwal tertentu. Melakukan pengamatan birahi selama 25 menit, 2-3 kali sehari, hendaknya menjadi bagian pada saat mereka tidak terganggu oleh aktivitas-aktivitas lain seperti pemerahan, pemberian pakan atau pembuangan kotoran kandang. Ingat bahwa mayoritas birahi (standing heat) terjadi antara jam 4.00-6.00 sore 5.00-7.00 pagi.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 89 f. Ternak-ternak betina yang terikat dalam kandang harus diberi latihan (exercise) secara teratur dengan kondisi kaki yang baik agar dapat menunjukkan aktivitas menaiki temannya. g. Manfaatkan tenaga dokter hewan, ahli pakan dan teknis IB untuk memperoleh saran-saran yang dapat ditetapkan pada situasi-situasi tertentu.  Perkawinan Alami,· Intensifikasi kawin alam (IKA) Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan dengan intensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksi dari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemen perkawinan, yakni: (1) perkawinan model kandang individu, (2) perkawinan model kandang kelompok/umbaran, (3) perkawinan model rench (paddock) dan (4) perkawinan model padang pengembalaan. Pejantan yang digunakan berasal dari hasil seleksi sederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan kualitas semen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari penyakit reproduksi seperti EBL dan IBR. Untuk seleksi induk diharapkan memiliki deskriptif sebagai berikut: 1) induk dereman/manaan (nahunan), yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5) badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4) tulang pinggul dan ambing besar, lubang pusar agak dalam dan 5) Tinggi gumba > 135 cm dengan bobot badan > 300 kg. Cara kawin alam ini dianjurkan dengan pertimbangan (1) secara alamiah ternak sapi potong memiliki kebebasan hidup, sehingga mendukung perkembangbiakannya secara normal (2) secara alamiah ternak sapi jantan mampu mengetahui ternak sapi betina yang berahi (3) penanganan perkawinan secara kawin alam memerlukan biaya yang sangat murah, tanpa adanya campur tangan manusia (4) metode kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga dapat digunakan sebagai pola usaha budidaya ternak mulai dari cara intensif, semi intensif dan ektensif, bahkan juga dilakukan di beberapa perusahaan.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 90 Perkawinan di kandang invidu (sapi diikat) Kandang individu adalah model kandang dimana setiap ekor sapi menempati dan diikat pada satu ruangan; antar ruangan kandang individu dibatasi dengan suatu sekat. Kandang invidu di peternak rakyat, biasanya berupa ruangan besar yang diisi lebih dari satu sapi, tanpa ada penyekat tetapi setiap sapi diikat satu persatu. Model Perkawinan kandang individu dimulai dengan melakukan pengamatan birahi pada setiap ekor sapi induk dan perkawinan dilakukan satu induk sapi dengan satu pejantan (kawin alam) atau dengan satu straw (kawin IB). Biasa- nya kandang individu yang sedang bunting beranak sampai menyusui pedet- nya. Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung dengan tanda-tanda estrus. Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore hari dan apabila birahi sore dikawinkan pada besuk pagi hingga siang. Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari. Setelah 6-12 jam terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang dituntun oleh dua orang dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut minimal dua kali ejakulasi. Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala birahi hinggga dua siklus (42 hari) berikut- nya, kemungkinan sapi induk tersebut berhasil bunting. Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 hari sejak di kawinkan, dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi rektal, yaitu adanya pembesaran uterus seperti balon karet (10-16 cm) dan setelah hari ke 90 sebesar anak tikus. Induk setelah bunting tetap berada dalam kandang indivi- du hingga beranak, namun ketika beranak diharapkan induk di keluarkan dari kandang individu selama kurang lebih 7-10 hari dan selanjutnya dimasukkan ke kandang invidu lagi. Perkawinan kandang kelompok Kandang terdiri dari dua bagian, yaitu sepertiga sampai setengah luasan bagian depan adalah beratap/diberi naungan dan sisanya di bagian belakang berupa areal terbuka yang berpagar sebagai tempat pelombaran. Ukuran kandang (panjang x lebarnya) tergantung pada jumlah ternak yang
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 91 menempati kandang, yaitu untuk setiap ekor sapi dewasa membutuhkan luasan sekitar 20 – 30 m2. Bahan dan alatnya: dibuat dari semen atau batu padas, dinding terbuka tapi berpagar, atap dari genteng serta dilengkapi tempat pakan, minum dan lampu penerang. Manajemen perkawinan model kandang kelompok dapat dilakukan oleh kelompok tani atau kelompok perbibitan sapi potong rakyat yang memiliki kandang kelompok usaha bersama (cooperate farming system) dengan tahapan sebagai berikut: 1. Induk bunting tua hingga 40 hari setelah beranak (partus) diletakkan pada kandang khusus, yakni di kandang bunting dan atau menyusui. 2. Setelah 40 hari induk dipindahkan ke kandang kelompok dan dicampur dengan pejantan terpilih dengan kapasitas sapi sebanyak 10 ekor betina (induk atau dara) dan dikumpulkan menjadi satu dengan pejantan dalam waktu 24 jam selama dua bulan. 3. Setelah dua bulan dikumpulkan dengan pejantan dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB) dengan cara palpasi rectal terhadap induk-induk sapi tersebut (perkawinan terjadi secara alami tanpa diketahui yang kemungkinan pada malam hari atau waktu tertentu yang tidak diketahui.  Jenis-jenis Perkawinan (inbreeding, cross breeding)· Dalam pemuliabiakkan ternak, dikenal 2 cara pengembangbiakkan yaitu : a. Perkawinan antar ternak yang berkerabat (inbreeding). b. Perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat (out breeding). a. Inbreeding (Silang Dalam). Biak dalam (inbreeding) adalah perkawinan antara ternak yang mempunyai hubungan kekerabatan. Keuntungan dan kerugian silang dalam adalah : Keuntungan silang dalam : 1) membuat individu mirip. Inbreeding dapat menyebabkan ternak-ternak mirip satu sama lain, karena inbreeding dapat menurunkan tingkat heterozygotsitas didalam populasi.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 92 2) Melestarikan sifat-sifat yang diinginkan. Apabila kita menyukai suatu sifat pada sekelompok ternak, sifat-sifat tersebut dapat dipertahankan dengan inbreeding. 3) Seleksi pada gen-gen yang tidak diinginkan. Inbreeding membuat individu-individu homozygot. Apabila terdapat letal gena dalam keadaan homozygot, maka akan tampak. Dengan demikian kita bisa melakukan seleksi terhadap ternak-ternak pembawa sifat tidak baik. Kerugian inbreeding. Inbreeding mempunyai dampak yang tidak diinginkan terhadap sifat- sifat seperti : Pertumbuhan, reproduksi, produksi susu pada sapi perah. b. Out Breeding. Out breeding adalah perkawinan antara ternak yang tidak mem- punyai hubungan kekerabatan. Perkawinan ini bisa satu bangsa ternak, atau beda bangsa. Secara garis besar out breeding dapat dibedakan menjadi : 1. Biak silang (cross breeding) 2. Biak silang luar (out breeding) 3. Biak tingkat (grading up) Biak silang ( Cross-breeding ) Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak se- bangsa. Misal antara sapi Brahman dengan sapi Angus. Ayam Island Red dengan White Rock, dan lain-lain. Jenis persilangan ini memegang peranan penting dalam pemu- liaan ternak, dengan kegunaan-kegunaan : 1. Saling substitusi sifat yang diinginkan. 2. Memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozygot. Out Crossing Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out cros- sing adalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 93 Grading Up Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus yang diarah- kan terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Contoh Grading up di Indo- nesia dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang disebut Ongo- lisasi. Sapi-sapi betina lokal Indonesia dikawinkan dengan pejantan Ongol terus menerus, sehingga terbentuk sapi yang disebut peranakan Ongol.  Umur Ternak Dikawinkan· Reproduksi merupakan suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak fital bagi kehidupan bagi individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa puber- tas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang di- hasilkannya. Peranan reproduksi bagi kehidupan adalah : a. meningkatkan populasi ternak b. melestarikan keturunan c. memperbaiki produksi ternak seperti susu, daging dan telur d. memperbaiki keturunannya seperti berat lahirnya, pertambahan bobot badan, jumlah anak yang dihasilkan dll. Dengan usaha pengembangbiakan/reproduksi maka perlu sekali memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) hewan bibit yang akan diusahakan keturunannya itu (induk dengan pe- jantannya) tidak boleh terlalu muda ataupun terlalu tua 2) Hewan bibit itu harus sehat tubuhnya, terutama harus bebas dari penya- kit menular 3) Hewan bibit itu harus mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan bagi si pemeliharanya, seperti: badannya besar dan kuat, tahan penyakit, ba- nyak menghasilkan susu dan sebagainya 4) Hewan betina (induk) sebaiknya dikawinkan pada waktu ia sedang berahi 5) Pada waktu hewan betina bunting, harus dijaga benar makanan dan kesehatannya.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 94 Tabel. 8. Batas Umur Terbaik dan Tertinggi untuk Diternakkan pada Berbagai Ternak Jenis Ternak Umur Dikawinkan (Tahun) Umur Terbaik Diternakkan (Tahun) Batas Umur Tertinggi Untuk Diternakkan (Tahun) Kambing Domba Sapi Kerbau Kuda Babi 1-1,25 1,5 2-2,5 2 2,5-3 10 bln 2-3 2-3 3-6 3-7 6-10 2-3 ± 5 ± 5 ± 12 13-14 15-20 ± 5  Memperbaiki Keturunan melalui Inseminasi Buatan· Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi dalam reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat peningkatan mutu genetik ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi yang ditularkan melalui perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan unggul, serta menurunkan/ menghilangkan biaya investasi pengadaan dan pemeliharaan ternak pejantan. Merupakan suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut „insemination gun„. Keuntungan IB 1) Dapat menghasilkan keturunan anak yang baik dan berkualitas karena menggunakan sperma dari pejantan yang unggul. 2) Peternak tidak perlu memelihara pejantan sehingga biaya pakan maupun waktu untuk memelihara pejantan dapat digunakan untuk keperluan lain. 3) Dapat menghindari cacat pada kelahiran anak. 4) Mencegah terjadinya penularan penyakit yang disebarkan melalui per- kawinan alami. 5) Dapat memperpendek jarak kelahiran (calving interval) 6) Menghindarkan ternak sapi betina mengalami kecelakaan dalam mela- kukan perkawinan alami bila pejantan yang digunakan terlalu besar. 7) Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 95 8) Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; 9) Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding); 10) Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu yang lama; 11) Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati; Tujuan Inseminasi Buatan 1. Memperbaiki mutu genetika ternak; 2. Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; 3. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama; 4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur; 5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin. Kerugian IB 1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan; 2. Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil; 3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama; 4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test). Waktu yang tepat untuk inseminasi buatan Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan. Gejala-gejala Berahi pada Ternak Sapi Pada umumnya gejala-gejala berahi pada ternak adalah sebagai berikut: 1. Kemaluan bagian luar (vulva) ternak berwarna merah 2. Bila dicermati kemaluan tersebut membengkak
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 96 3. Bila diraba kemaluan tersebut terasa hangat 4. Dari kemaluan keluar lendir bening dan transparan 5. Gelisah dan kurang nafsu makan Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan IB Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak sapi yaitu: 1. Kondisi kesehatan sapi betina yang di IB. Betina yang kondisinya sehat (sebelum dan setelah di IB) akan mampu memelihara kebuntingannya sampai melahirkan dengan baik 2. Ketepatan waktu pelaksanaan IB 3. Mutu semen beku yang digunakan. Semen beku yang digunakan hendaknya mendapatkan penanganan yang benar mulai saat produksi, penyimpanan dan distribusi sampai di tingkat lapangan 4. Keterampilan petugas IB sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Makin terampil petugas IB, makin kecil resiko kegagalannya
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 97 POTENSI GENETIK TERNAK PADA PEMBIBITAN  Hukum Mendel· Mendel menemukan prinsip dasar hereditas dengan membudidayakan kacang ercis dalam suatu percobaan yang terencana dan teliti. Prinsip dasar hereditas yang ditemukan oleh Mendel dirumuskannya dalam 2 hukum, yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel Mendel II. Hukum Mendel I (Segregation of allelic genes) Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet. Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana pasangan – pasangan homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi/ terjadi pemisahan alel – alel suatu gen secara bebas dari diploid menjadi haploid. Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid, yaitu persilangan satu karakter dengan dua sifat beda. Persilangan Monohibrid P1 UU x uu (Ungu) (Putih) G1 U x u F1 Uu Pada waktu pembentukan gamet betina, UU memisah menjadi U dan U, sehingga dalam sel gamet tanaman ungu hanya mengandung satu macam alel yaitu alel U. Sebaliknya tanaman jantan berbunga putih homozigot resesif dan genotipenya uu. Alel ini memisah secara bebas menjadi u dan u, sehingga gamet – gamet j antan tanaman putih hanya mempunyai satu macam alel , yaitu alel u. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel I. Hukum Mendel II (Independent Assortment of Genes) Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet pada persilangan dihibrid.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 98 Persilangan Dihibrid P1 BBKK x bbkk (Biji bulat berwarna kuning) (Biji keriput Hijau) G1 BK x bk F1 BbKk P2 BbKk x BbKk G2 BK, Bk, bK,bk BK, Bk, bK,bk Pada waktu pembentukan gamet parental ke-2, terjadi penggabungan bebas (lebih tepatnya kombinasi bebas) antara B dan b dengan K dan k. Asortasi bebas ini menghasilkan empat macam kombinasi gamet, yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel II.  Mutasi Gen· Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya, radioaktif, sinar ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti petir. Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat (individu tipe liar atau "wild type"). Macam-macam Mutasi Berdasarkan Sel yang Bermutasi Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi pada sel somatik, yaitu sel tubuh seperti sel kulit. Mutasi ini tidak akan diwariskan pada keturunannya. Mutasi Gametik adalah mutasi yang terjadi pada sel gamet, yaitu sel organ reproduksi yang meliputi sperma dan ovum pada manusia. Karena terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan kepada keturunannya.
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 99 Pada umumnya, mutasi itu merugikan, mutannya bersifat letal dan homozigot resesif. Namun mutasi juga menguntungkan, diantaranya, melalui mutasi, dapat dibuat tumbuhan poliploid yang sifatnya unggul. Contohnya, semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji, buah stroberi yang besar, dll. Mutasi ini juga menjadi salah satu kunci terjadinya evolusi di dunia ini. Terbentuknya tumbuhan poliploid ini menguntungkan bagi manusia, namun merugikan bagi tumbuhan yang mengalami mutasi, karena tumbuhan terse- but menjadi tidak bisa berkembang biak secara generatif. Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Muta- gen dibagi menjadi 3, yaitu: Mutagen bahan kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat menghambat pembelahan sel pada anafase. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif, dan sinar gamma. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadi- nya mutasi. Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya. Macam-macam mutasi berdasarkan bagian yang bermutasi Mutasi titik Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik relatif sering terjadi namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat berakibat berubahnya urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan berkurangnya, berubah- nya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini menggunakan mutasi titik sebagai marker (disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe yang terjadi. contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi dengan timin. Aberasi Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation atau aberasi kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 100 susunan atau urutan gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis. Aneuploidi adalah perubahan jumlah n-nya. Dalam hal ini, "n" menandakan jumlah set kromosom. Sebagai contoh, sel tubuh manusia memiliki 2 paket kromosom sehingga disebut 2n, dimana satu paket n manusia berjumlah 23 kromosom. Aneuploidi dibagi menjadi 2, yaitu: >> Autopoliploidi, yaitu n-nya mengganda sendiri karena kesalahan meiosis. >> Allopoliploidi, yaitu perkawinan atau hibrid antara spesies yang berbeda jumlah set kromosomnya. Aneusomi adalah perubahan jumlah kromosom. Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa tidak melekatnya beneng-benang spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah). Delesi Terjadi ketika sebuah fragmen kromosom patah dan hilang pada saat pembelahan sel. Kromosom tempat fragmen tersebut berasal kemudian akan kehilangan gen-gen tertentu. Namun dalam beberapa kasus, fragmen patahan tersebut dapat berikatan dengan kromosom homolog menghasilkan Duplikasi.Fragmen tersebut juga dapat melekat kembali pada kromosom asalnya dengan arah terbalik dan menghasilkan Inversi Pemanfaatan mutasi Meskipun secara biologi sebagian terbesar mutasi menyebabkan gangguan pada kebugaran (fitness) individu, bahkan kematian, mutasi sebenarnya adalah salah satu kunci bagi kemampuan beradaptasi suatu jenis (spesies) terhadap lingkungan baru atau yang berubah. Sisi positif ini dimanfaatkan oleh sejumlah bidang biologi terapan. Terapi sel-sel tumor Aplikasi radiasi sinar mengion (dikenal sebagai radioterapi, seperti penyinaran dengan sinar X) dan kemoterapi untuk menghambat perkembangan sel-sel tumor dan kanker pada dasarnya adalah menginduksi mutasi pada sel-sel kanker sebagai targetnya. Agensia mutasi tersebut akan menyebabkan sel-sel target berhenti tumbuh karena tidak mampu lagi memperbanyak diri. Pemuliaan Pemaparan tanaman terhadap radiasi sinar mengion, seperti sinar gamma dari Co-60, atau terhadap beberapa kemikalia, seperti EMS dan DS, dalam waktu dan kadar tertentu juga digunakan untuk menginduksi mutasi. Dalam
  • Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page 101 penerapan ini, mutasi tidak ditujukan untuk mematikan sel, tetapi untuk mengubah susunan basa nitrogen pada DNA atau untuk menyebabkan mutasi segmental. Harapannya adalah ada beberapa sel yang akan mengalami mutasi yang menguntungkan. Dengan demikian, tidak hanya sedikit yang dipapar- kan, tetapi ribuan sampai ratusan ribu individu. Cara pemuliaan dengan bantuan mutasi ini kebanyakan dilakukan terhadap tanaman hortikultura, seperti tanaman sayuran dan tanaman hias (ornamen- tal). Batan telah menghasilkan beberapa kultivar unggul padi yang dirakit melalui mutasi.


2 komentar:

  1. duh tulisan semua. mungkin bila diselingi atau ditambah dengan gambar akan lebih menarik dan lebih mudah dibaca:)

    BalasHapus