MODUL SMK KURIKULUM 2013 DASAR-DASAR PEMBIBITAN TERNAK
PRODUKSI
TERNAK SMK N 1 WANAREJA 2014 MODUL SMK PETERNAKAN
A.
ANATOMI DAN FISIOLOGI REPRODUKSI
Anatomi reproduksi yang dimaksud dalam tulisan ini
adalah mempelajari bentuk dan struktur bagian-bagian dari alat kelamin ternak
jantan dan betina. Sedangkan fisiologi reproduksi adalah mempelajari fungsi dan
proses-proses baik biofisika maupun biokimia yang terjadi dalam organ-organ
alat reproduksi tersebut. Sedangkan reproduksi pada suatu ternak merupakan suatu
proses yang kompleks dan melibatkan seluruh tubuh ternak. Anatomi Reproduksi
Ternak 1) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Jantan Gambar 1. Organ Reproduksi
Ternak Ruminansia Jantan Tugas utama bagi pejantan adalah mampu memproduksi
calon- calon individu baru yang normal dan sehat. Calon-calon individu baru ini
disebut spermatozoa. Untuk mendapatkan keturunan yang baik maka sebagai pejantan
harus mampu menghasilkan spermatozoa yang baik dan sempurna. Dari spermatozoa
yang baik diharapkan akan menghasilkan individu-individu yang baik pula. Sistim
reproduksi ternak jantan terdiri atas :
a. sepasang testis atau disebut gonad,
buah zakar atau kelenjar kelamin utama.
b. saluran reproduksi yang terdiri atas
epididymis, vas deferens, ampula dan urethra. Saluran ini dilengkapi dengan
kelenjar accesories atau kelenjar tambahan dimana kelenjar ini fungsinya untuk
mengencerkan sperma.
c. alat kelamin bagian luar, yang
terdiri atas penis, yang dibung- kus oleh preputium dan Scrotum
1. Gonad (Testis)
Testis merupakan bagian alat kelamin
yang utama. Pada hewan mamalia terdiri dari dua testis yang terbungkus didalam
skrotum. Skrotum ini akan memberikan lingkungan yang lebih cocok dimana dalam
skrotum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang dapat mengatur suhu skrotum
tetap konstan yaitu selalu dalam kondisi lebih rendah daripada suhu tubuh,
karena untuk pembentukan sperma dibutuhkan suhu yang rendah. Bentuk, ukuran
atau berat serta letak testis tiap species hewan cukup bervariasi. Namun pada
umumnya bentuk testis adalah bulat panjang kearah vertikal, dengan struktur
dasar testis terdiri atas beriburibu tubuli seminiferosa yang dikelilingi oleh
kapsul berserabut atau trobekula.
Lapisan-lapisan
tenunan pembungkus testis apabila disayat secara melintang, maka akan terlihat
mulai dari luar kedalam adalah:
a. epidermis yaitu bagian kulit terluar
b. korium yaitu berupa jaringan bagian
kulit yang mengandung banyak urat darah dan syaraf.
c. tunika dartos yaitu suatu fascia
pelindung yang juga mengandung unsur serabut urat daging, jadi dapat ber-
kontarksi.
d. tenunan pengikat yang longgar
e. tunika vaginalis komunis (bagian
dari peritoneum)
f. rongga sempit yang merupakan bagian
dari rongga perut yang menjulur ke daerah inguinal yang merupakan suatu kantong
dimana selanjutnya ditempati oleh testis yang turun dari rongga perut sewaktu
masih dalam perkembangan embrio.
g. tunika albugenia merupakan bagian
dfari pembungkus langsung pada parenchyma testis. Tunika albugenia ini banyak
mengandung serabut-serabut fascia yang licin dan mengkilat dan berwarna putih
yang banyak mengandung buluh syaraf.
h. parenchyma testis, merupakan bagian
yang paling utama atau inti, karena bagian ini tempat pembuatan spermatozoa,
tepatnya di tubuli seminiferi. Dibagian parenchyma ini terdiri atas
tubuliseminiferi, sel-sel interstitial, saluran-saluran cairan testis dan
spermatozoa.
i.
mediastenum
testis, merupakan bagian tengah dari testis dan merupakan perluasan dari
testis.
j.
pembentukan
Spermatozoa diproduksi dalam suatu saluran yang sangat kecil dan berkelok-kelok
yang disebut tubulus spermaticus. Tubuli ini merupakan suatu tubulus atau
saluran yang kecil, panjang dan berkelok- kelok dan memenuhi selu- ruh
pembungkusnya yaitu lobulus. Lobulus berupa kantong kecil yang pada umumnya
berbentuk kerucut atau lancip, dimana pada ujung medialnya berbentuk lancip dan
ujung lateralnya lebar dan merupakan dasar dari kerucut tersebut. Dinding
tubuli seminiferi terdiri atas sel-sel membran basal, epithel benih, sel-sel
penunjang dan sel penghasil cairan testis. Tubuliseminiferi akan bermuara pada
ujung medialnya yang berbentuk kerucut dan langsung berhubungan dengan rete
testis. Epitel benih terdiri atas : sel
benih atau spermatogonium. Spermatogonium akan mengalami proses pembelahan
secara reduksi dan mengalami perubahan bentuk yaitu dari bentuk poligonal
menjadi sel yang berekor. sel sertoli.
Sel ini melekat pada membran basal, berbentuk panjang dan mempunyai peranan
dalam merawat spermatozoa yang masih muda. Disamping itu sel sertoli
menghasilkan hormon dan cairan testis.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 4 Spermatogonium terletak diatas membran basal dari tubuli
seminiferi. Spermatogonium terse- but akan berkembang melalui pembelahan
sel. Spermatogonium akan membelah menjadi dua yai- tu yang satu tetap
berada dalam membran basal sedangkan yang kedua berubah menjadi sperma-
tosit I (satu). Kemudian akan membelah lagi menjadi sperma- tosit II dan
berubah lagi menjadi spermatid. Spermatid akan mengalami perubahan bentuk
menjadi sper- matozoa muda, yang kemudian akan dirawat oleh sel-sel
sertoli sampai protein goblet yang ma- sih berada dalam pangkal ekor
menjadi kecil. Setelah itu sper- matozoa akan terlepas dari sel sertoli
dan terbawa oleh cairan testis dan segera masuk kedalam lumen tubuli
seminiferi yaitu ma- suk kedalam retetestis dan dite- ruskan kebagian
mediastinum yang akhirnya spermatozoa yang belum dapat bergerak tersebut
akan berdesak-desakan untuk memasuki epididymus. Rete testis terletak
dian- tara tubulus seminiferosa dan duktuli efferens yang berhubu- ngan
dengan ductus epididymus pada bagian kepala atau caput. Rete testis ini
terdiri dari salu- ran-saluran yang beranastomose dalam medias tinum
testis. Diantara lobuli terdapat sel-sel interstitial atau disebut juga
sel Leydig. Sel ini merupakan peng- hasil hormon androgen atau tes-
tosteron. Testosteron adalah hor- mon yang berpengaruh sangat besar
terhadap kehidupan sek- sual dari pejantan. Apabila sel leydig terganggu
maka produksi testosteron akan terganggu pula. Berbeda dengan hewan betina
yang mengenal siklus berahi dimana pada periode tertentu sa- ja hanya ada
satu sel ovum yang masak atau diproduksi dan siap untuk diovulasikan atau
dike- luarkan untuk melakukan ferti- lisasi atau peleburan antara sel
kelamin jantan (spermatozoa) de- ngan sel telur (ovum). Hal ini tidak
terjadi pada hewan jantan. Hewan jantan akan memproduksi sel sperma- tozoa
secara terus menerus tan- pa ada hentinya. Kecepatan pro- duksi sperma
akan tergantung dari kondisi makanan yang di- konsumsi dan tingkat protein
yang terkandung dalam maka- nan tersebut. Selain fungsi uta-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 5 manya sebagai penghasil sel be- nih jantan atau spermatozoa, fungsi
testis lain yang tidak kalah pentinganya yaitu mem- produksi hormon
androgen. 1.2 Epididymis Epididymus merupakan suatu saluran yang bentuknya
bulat dan panjang serta berke- lok-kelok yang menghubungkan vasa
efferensia pada testis de- ngan ductus deferens. Epididy- mus terletak
diatas testis dan melekat pada tunika albugenis. Secara garis besarnya,
saluran epididymus dapat dibedakan menjadi : a) kepala epididymus (caput
epididymus), bagian dari epi- didymus yang melekat pada bagian ujung dari
testis di- mana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk. Ba- gian ini
lebih besar daripada bagian yang lain. b) bagian badan atau leher (Corpus
epididymus) adalah bagian yang sejajar dengan aksis longitudinal dari
testis. Ukurannya jauh lebih kecil dibanding kan pada bagian kepala.
Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai ham- pir melewati testis. c)
bagian ekor (Cauda epididy- mus) yaitu berupa jendolan di ujung bawah dari
testis. Ba- gian ekor ini terletak lang- sung dibawah corpus, yang mulai
berbelok keatas. Saluran epididymus di ba- gian kepala terdapat duktuli
efe- rentis yang jumlahnya 12 sampai 15 buah, yang menampung sper- matozoa
dari rete testis. Jadi setelah spermatozoa muda terle- pas dari sel
sertoli, kemudian masuk dalam lumen tubuli semi- nifera dan bergerak
menuju ke epididymus setelah melewati duktuli eferentis. Ductuli eferen-
tis dindingnya bercilia dan mem- punyai sel-sel epitel yang meng- hasilkan
cairan. Dengan adanya cairan dan cilia tersebut maka spermatozoa dapat
terdorong dan bergerak mengarah ke ba- dan epididymus. Epididymus
mempunyai fungsi beberapa ma- cam, di antaranya : 1) epididymus merupakan
tem- pat transportasi, di mana masa spermatozoa yang di- alirkan dari rete
testis ke da- lam ductuli efferentis dan akhirnya akan diangkut ke
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 6 dalam duktus defferens. Transportasi ini dapat dila- kukan karena
adanya gera- kan silia dan gerakan peris- taltik dari musculature pada
dinding epididymus pada sa- at pra ejakulasi. 2) epididymus merupakan tem-
pat untuk membuat konsen- trasi sperma menjadi sangat tinggi. Hal ini
disebabkan ka- rena cairan testis yang men- jadi medium dari masa sper-
matozoa, airnya diserap oleh epitel dinding epididymus se- hingga sampai
di ekor epidi- dymus, konsentrasi semen sangat tinggi. 3) epididymus juga
merupakan tempat untuk pemasakan atau pendewasaan bagi sper- matozoa.
Pemasakan ini dise- babkan karena adanya se- kresi dari sel-sel epitel di
ductus epididymus. Dimana tadinya sperma dengan bu- tiran sitoplasma
kemudian akan butiran tersebut akan menggeser dibagian paling bawah ekor
dan akhirnya terlepas. 4) Epididymus merupakan tem- pat untuk menimbun
sper- matozoa. Pada epididymus bagian ekor, keadaannya sa- ngat cocok
untuk tempat pe- nimbunan bagi spermatozoa yang belum dapat bergerak ini,
sehingga hampir 50 per- sen jumlah spermatozoa ter- dapat di daerah
tersebut. 1.3 Duktus Deferens Duktus deferens atau vas deferens merupakan
pipa yang berotot, terentang mulai dari ekor epididymus sampai ke ure-
tra. Dindingnya tebal, mengan- dung serabut urat-urat daging yang licin,
sehingga pada saat ejakulasi maka dapat mendorong spermatozoa dari
epididymus keduktus ejakulatoris yang ter- dapat dalam ampula. Vas defe-
rens akan memasuki ruang ab- domen bersama-sama dengan pembuluh-pembuluh
darah dan syaraf yang ke testis dan bersatu menjadi satu kesatuan yang
disebut funiculus spermaticus. Vas deferens dari kedua testis ini setelah
meninggalkan ekor epi- didimus akan bergerak melalui kanal inguinalis
terus keatas dan sesampainya diatas fesica urina- ria, akan terletak
berjajar dan secara lambat laun menjadi be- sar karena adanya kelenjar-ke-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 7 lenjar yang ada di dinding duktus deferens, dan bagian ini disebut
ampula. Panjang ampula tidak panjang (pada sapi sekitar 4 cm) dan setelah
meninggalkan prostata maka keduanya akan mengecil lagi. 1.4 Skrotum
Kantong testis disebut skrotum. Skrotum merupakan suatu kulit yang
bentuknya se- perti kantong yang ukuran, ben- tuk dan lokasinya
menyesuaikan dengan testis yang dikandung- nya. Kulit skrotum tipis dan
se- dikit atau tidak berambut. Su- sunan lapisan skrotum dari pa- ling
luar adalah : 1) epidermis: tidak memliki ram- but atau sedikit rambut 2)
tunika dartos. Merupakan se- lapis jaringan fibroelastik yang bercampur
dengan serabut otot polos. Serabut-serabut otot po- los ini pada saat
cuaca dingin akan berkontraksi dan mem- bantu mempertahankan posisi
terhadap dinding abdominal dan pada saat panas akan me- relaks dan
menyebabkan testis turun menjauhi ruang perut. Dengan demikian maka skro- tum
dapat mengatur tempera- tur testis agar temperaturnya tetap dipertahankan
40oC sam- pai 70oC lebih rendah dari pa- da temperatur tubuh. Mekanis- me
dari sistim thermoregulator ini karena adanya kerja dari dua muskulus
yaitu muskulus kremaster externa, muskulus kremaster interna dan tunika
dartos. 3) Fasia superfisial merupakan la- pisan tipis jaringan ikat 4)
Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit di- pisahkan
apabila dilakukan pembedahan. 5) Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan
luar penu- tup testis. 1.5 Urethra Urethra merupakan bagian saluran yang
tergantung dari tempat bermuaranya ampula sampai ke ujung spenis. Urethra
merupakan saluran untuk urine dan untuk semen sehingga dise- but saluran
urogenitalis. Urethra terbagi atas tiga bagian yaitu : � Bagian
pelvis � Bagian yang membengkok � Bagian
penis
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 8 1.6 Penis dan Praeputium Penis merupakan organ ko- pulasi pada
hewan jantan, yang akan menyemprotkan semen ke- dalam alat reproduksi betina
dan untuk lewatnya urine. Penis da- pat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a. Gland penis yang dapat bergerak bebas b. Badan c. Bagian pangkal atau
akar yang melekat pada ischial arch pada pelvis yang ter- tutup oleh otot
ischioca- vernosus. Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu
musculus retraktor penis yang dapat merelax dan mengkerut dan corpus
covernosum penis yang berfungsi untuk menegang kan penis. Dalam keadaan
non aktif. Musculus retractor penis akan mengkerut, kemudian penis akan
membentuk huruf S sehingga pe- nis dapat tersimpan dalam prepu- tium.
Penis terbungkus oleh tuni- ca albugenia yang ber warna pu- tih. Bentuk
penis ternak pada umumnya sama yaitu bulat pan- jang. Pada sapi penis ini
bertipe fibroelastis artinya selalu dalam keadaan agak kaku dan kenyal
meskipun dalam keadaan non aktif atau tidak ereksi. Sedangkan praeputium
merupakan lipatan kulit yang ada di sekitar ujung penis. Pada
ternak-ternak terten- tu, praeputium mempunyai ben- tuk yang agak khas,
sebagai con- toh preputium pada kuda mem- punyai lipatan yang rangkap,
praeputium pada babi mempu- nyai divertikulum atau kantong disebelah
dorsal dari orificium preputial, yang mempunyai fungsi untuk mengakumulasi
urine, se- kret dan sel-sel mati. Eraksi dan Ejalukasi. Ereksi merupakan
pening- katan turgiditas (pembesaran) or- gan yang disebabkan oleh pema-
sukan darah lebih besar daripada pengeluaran yang menghasilkan penambahan
tekanan dalam pe- nis. Ereksi pada ternak ruminan- sia, saat ereksi baik
panjang maupun besarnya tetap hampir sama dan terjadi karena fleksura
sigmoid menjadi lurus. Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks yang
mengosongkan epididymus, urethra dan kelenjar-kelenjar ac- cesoris, dimana
ejakulasi ini di- sebabkan karena adanya rangsa- ngan pada gland penis
atau dapat juga ditimbulkan dengan adanya
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 9 massase dari kelenjar-kelenjar aksesori melalui rektum atau de-
ngan elektro ejakulator. 2) Organ-organ Reproduksi Ruminansia Betina
Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas : a. Sepasang ovarium atau
penghasil telur. b. Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii
atau oviduct, uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina c.
Alat kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris. Gambar 2.
Organ Reproduksi Ternak Ruminansia Betina 2.1. Ovarium Ovarium merupakan
bagian alat kelamin yang utama, karena fung- sinya untuk menghasilkan sel
gonad (ovum). Seperti juga halnya dengan testis pada ternak jantan,
ovarium bersifat endokrin dan bersifat sitoge- nik. Bersifat endokrin
karena ovarium mampu menghasilkan hormon
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 2 yang akan diserap secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium
juga bersifat sitigenik artinya bahwa ovarium juga mampu menghasilkan sel
yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu ovarium sering juga disebut
induk telur, indung telur atau pengarang telur. Berbeda dengan ternak-
ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak sepasang tetapi hanya
satu yaitu dibagian kiri sedangkan sebelah kanan mengalami rudimenter.
Pada ternak atau hewan menyusui maka jumlahnya adalah sepasang, yang
letaknya dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri. Besarnya
ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini tergantung dari jenis
ternak, umur dan masa reproduksi ternak. Bentuk ovarium pada kebanyakan
species hewan adalah hampir sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada
beberapa ternak yang mem- punyai bentuk ovarium yang berbeda seperti pada
ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul karena banyaknya
folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada kuda bentuknya mirip seperti
kacang karena adanya fosa ovarii. Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena
pada dasarnya pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak
yaitu hewan yang bersifat polytocus yaitu melahirkan anak dalam jumlah
banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi, kucing dan tikus sehingga
ben- tuknya seperti buah murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah terma-
suk dalam golongan hewan monotokes maka bentuk ovariumnya bulat panjang
atau bundar. Bentuk dan Berat Ovarium dijelaskan pada Tabel 1 Tabel 1.
Bentuk dan Berat Ovarium pada Berbagai Ternak No Jenis ternak Berat
ovarium Bentuk ovarium 1 kuda 70-90 gram Seperti kacang tanah 2 sapi 11-18
gram Oval 3 Domba 2-3 gram Seperti buah almond 4 Babi 8-16 gram Seperti
buah murbei 5 Anjing 3 – 12 gram Memanjang, menipis, Oval 6 Kucing 3-12
gram Memanjang, menipis, oval Bagian ovarium terdiri atas bagian medula
atau bagian sentral dan merupakan bagian yang berongga (vaskular).
Sedangkan bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular
yang padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat yang
padat yaitu tunika albugenia.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 3 Sedangkan lapisan yang paling luar merupakan suatu lapis tunggal
dari epitel germinal atau disebut sel kelamin primer. Ada dua komponen
yang amat penting yang terdapat dalam ova- rium. Komponen tersebut adalah
follikel dan korpus luteum. Kedua kom- ponen ini memegang peranan penting
dalam proses reproduksi. 2.2 Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii (Oviduct)
Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang oviduct. Saluran ini
menghubungkan antara ovarium dengan uterus. Oviduct merupakan saluran
kecil yang panjang dan berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum,
ampula dan bagian yang terakhir yang berhu- bungan langsung dengan uterus
disebut istmus Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari
oviduct dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan
berjumbai- jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk infun dibulum
berben- tuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum membentuk fimbria.
Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan biasanya
menyelimuti ovarium. Fimbriae mempunyai sifat ovotoxis artinya bergerak
kearah adanya ovum. Bahkan ada yang berpendapat bahwa fimbriae ini dapat
mengusap-usap ovarium untuk mem percepat proses ovulasi, dapat mengambil
ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan fim- briae kiri dapat
menangkap ovum yang di ovulasikan dari ovarium kanan dan sebaliknya.
Fungsi dari oviduct adalah : 1) menerima telur yang diovulasikan ovarium
2) menerima spermatozoa dari uterus 3) mempertemukan sel ovum dengan
spermatozoa 4) menyalurkan sel ovum yang telah dibuahi (zigote) ke dalam
uterus menyeleksi sperma. Bagian oviduct yang mempunyai konstruksi khusus
dan disebut utero tubal junction (UTJ) mempunyai fungsi untuk me nyeleksi
sperma yang akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus. 5) kapasitasi
spermatozoa. Adanya cairan oviduct menyebabkan sperma- tozoa mengalami
proses pendewasaan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 4 2.3 Uterus Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus atau
corpus uteri, tanduk uterus (cornu uteri) yang pada umumnya berbentuk
lancip dan cerviks atau leher uterus. Bentuk uterus pada setiap jenis
hewan berva- riasi. Bentuk-bentuk uterus pada beberapa jenis hewan adalah
: a. uterus duplex, yaitu uterus yang uterus yang serviksnya ada dua buah,
corpus tidak ada dan cornunya terpisah satu dengan lainnya. Bentuk uterus
ini terdapat pada tikus, mencit, kelinci dan marmut. b. uterus bikornua,
yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uterinya sangat
pendek. Sebagai contoh terdapat pada ternak babi. c. uterus bibartitus
yaitu uterus yang mempunyai serviks satu dan corpus uteri cukup jelas dan
panjang. Sebagai contoh terdapat pada hewan sapi, d. uterus simpleks yaitu
uterus yang tidak mempunyai kornu uteri, corpus uterinya besar dan
mempunyai satu cerviks. Sebagai contoh terdapat pada bangsa primata.
Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu : 1) membran
serosa merupakan lapis pertama dari luar atau merupakan dinding luar 2)
myometrium atau lapisan urat daging licin, yang mengandung urat syaraf dan
pembuluh darah 3) endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen
uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan pengikat.
Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses reproduksi. Yaitu
sejak estrus sampai bunting dan melahirkan. Fungsi uterus adalah : a. pada
saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang terdapat pada dinding uterus
menghasilkan cairan uterus yang diperlukan oleh spermatozoa untuk
mendewasakan dirinya (kapasitasi) sehingga se- makin tinggi kemampuannya
untuk membuahi ovum b. pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga
mampu mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba fallopii.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 5 c. pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjarkelenjar endome-
trium mulai berkembang dan tumbuh memanjang dan menghasilkan cairan uterus
yang merupakan substrat yang cocok untuk per- tumbuhan embrio muda. d. pada
saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka telur yang tidak dibuahi
oleh sperma, didalam uterus akan diresorbsi oleh endo- metrium. e. pada
saat kebuntingan uterus membesar secara berlahanlahan se- suai dengan
pertumbuhan embrio. f. Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi
sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang sedemikian beratnya
untuk melampaui simfisis pelvis dan keluar dari badan. g. pada saat
selesai partus/melahirkan, maka uterus akan mengalami pengecilan kembali
atau involusi. 2.4 Cerviks atau Leher Rahim Cerviks merupakan spincter
otot polos yang kuat dan tertutup ra- pat, kecuali pada saat estrus atau
pada saat menjelang kelahiran. Cerviks terletak diantara uterus dan
vagina, dan merupakan pintu masuk keda- lam uterus karena dapat terbuka
atau tertutup yang sesuai dengan siklus berahi. Pada saat berahi serviks
agak relaks sehingga memungkinkan sper- matozoa dapat masuk dalam uterus.
Kemudian pada saatkebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada
cerviks akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga dapat
mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari vagina kedalam uterus.
Lumen serviks ter- bentuk dari beberapa gelang-gelang penonjolan dari
mucosa cerviks yang dapat mengecil dengan kuat sekali. Fungsi cerviks yang
utama adalah untuk menutup lumen uteri sehingga tidak memberi kemungkinan
untuk masuknya jasad renik baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab
itu lumen serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat
melahirkan dan pada saat berahi lumen serviks akan membuka sedikit
sehingga spermatozoa dapat masuk.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 6 2.5 Vagina Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak
didalam pel- vis, diantara cerviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian
vestibulum yai- tu bagian ke sebelah luar yang berhubungan dengan vulva
dan partio vaginalis cervics yaitu bagian kesebelah cerviks. Pada ternak
betina dara, terdapat selapus tipis yang merupakan sekat atau batas antara
vestibulum vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen.
Vagina berperan sebagai selaput yang menerima penis dari hewan jantan pada
saat kopu- lasi. 2.5 Vulva (Pudendum Femininum) Vulva adalah bagian
eksternal dari genetalia betina yang terentang dari vagina sampai kebagian
yang paling luar. Pertautan antara vulva de- ngan vagina ditandai oleh
orifis uretral eksternal. Pada berbagai jenis ternak bibir vulva adalah
sederhana saja dan tidak terdiri atas labio mayor dan minor. Kemudian
bagian paling bawah dari vulva terdapat klitoris yang merupakan organ yang
asal usul embrio- nalnya sama dengan penis pada hewan jantan. 3)
Organ-organ Reproduksi Unggas Jantan Gambar 3. Organ Reproduksi Unggas
Jantan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 7 Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari testes, ductus deferens,
dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari
ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum tetapi
tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang bela- kang
dekat bagian anterior. Testis. Testis berjumlah sepasang terletak pada
bagian atas di ab- dominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari
ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan
lainnya yang terletak di dalam skrotum. Fungsi testis menghasilkan hormon
kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma.
Saluran Deferens. Saluran deferens jumlahnya sepasang, pada ayam jantan
muda kelihatan lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok kelok. Letak
kearah caudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah lateral
urodeum. Alat Kopulasi. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu
lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil
ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi. Alat kopulasi ini juga dapat
disebut penis, tetapi pada unggas bentuknya spiral seperti pegas. 4)
Organ-organ Reproduksi Unggas Betina Gambar 4. Organ Reproduksi Unggas
Betina
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 8 Organ reproduksi pada unggas adalah ovarium dan oviduct untuk
unggas betina dan testis untuk unggas jantan. Pada unggas betina organ
reproduksi bagian kiri yang berkembang normal dan berfungsi dengan baik
(Nesheim et al., 1972), tetapi untuk bagian kanan mengalami rudi- meter
(Sarwono, 1988). Organ reproduksi ayam betina terdiri dari ovarium dan
oviduct. Pada ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri
dari infudibu- lum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina
(Nalbandov, 1990). Secara lengkap oviduct dan ovarium digambarkan oleh
Nesheim et al. (1979) seperti tampak pada gambar 18. 4.1 Ovarium Ovarium
terletak pada daerah kranial ginjal diantara rongga dada dan rongga perut
pada garis punggung sebagai penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan
kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar
yang banyak mengandung folikel-folikel (Nalbandov, 1990). Ovarium biasanya
terdiri dari 5 sampai 6 ovum yang telah berkem- bang dan sekitar 3.000
ovum yang belum masak yang berwarna putih (Akoso, 1993). Yolk merupakan
tempat disimpannya sel benih (discus germinalis) yang posisinya pada
permukaan dipertahankan oleh latebra. Yolk di- bungkus oleh suatu lapisan
membran folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk
menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju discus
germinalis. Ovum juga dibungkus oleh suatu membran vitelina dan pada ovum
masak membran vitelina dibungkus oleh membran folikel. Bagian yolk
mempunyai suatu lapisan yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang
disebut stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput
folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke dalam ostium
yang merupakan mulut dari infundibulum (Nesheim et al., 1979).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 9 Gambar 5. Ovarium dari ayam petelur (Nesheim et al., 1979)
Perkembangan kuning telur dimulai setelah oocyt (discus germi- nalis)
berkembang secara perlahan-lahan pada hari ke-10 sampai 8 sebelum ovulasi,
dengan adanya penimbunan zat-zat makanan. Pada hari ke- 7 sampai 4 sebelum
ovulasi pembentukan yolk terjadi sangat cepat. Pada hari ke-7 sampai 6
sebelum ovulasi yolk, sebesar 1/10 kali yolk masak. Pada hari ke-6 sebelum
ovulasi terjadi lapisan konsentris yolk dan diameter yolk berkembang dari
6 sampai 35 mm. Lapisan konsentris terdiri dari lapisan putih dan kuning
yang dipengaruhi oleh perbedaan xanthophyl pakan dan periode siang malam.
Pada hari ke-4 sebelum ovulasi yolk sudah berebentuk sempurna seperti pada
yolk masak. Pada hari ke-3 penimbunan komponen yolk mulai lambat dan
berhenti sama sekali pada hari ke-1 sebelum ovulasi dengan diameter
sekitar 40 mm (Nesheim et al., 1979). Proses perkembangan folikel yolk ini
dipengaruhi oleh hormon pituitari setelah terjadinya kematangan seksual
pada ayam betina (Nalbandov, 1990). Ovarium menghasilkan beberapa hormon
pada saat perkembangan- nya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang
karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh
kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1979). Anak ayam belum
dewasa mem- punyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 10 Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna
pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso,
1993). Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen.
Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan me- rangsang
terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain da- lam darah
untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertum- buhan tulang
pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ova- rium, yang
berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus un- tuk
membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal (Akoso, 1993).
4.2 Oviduk Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran penghubung
antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk hanya satu yang ber- kembang
baik dan satunya mengalami rudimeter. Bentuknya panjang dan berkelok-kelok
yang merupakan bagian dari ductus Muller. Ujungnya melebar membentuk
corong dengan tepi yang berjumbai (Nalbandov, 1990). Oviduk terdiri dari
lima bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus atau
shell gland dan vagina (Nesheim et al., 1979).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 11 Gambar 6. Organ reproduksi ayam betina (Nesheim et al., 1979)
Oviduk mempunyai struktur yang kompleks untuk menghasilkan bahan sekitar
40 g (10 g padat dan 30 g air) dalam waktu sekitar 26 jam. Secara garis
besar terdiri lapisan perotoneal eksternal (serosa), lapisan otot
longitudinal luar dan sirkuler dalam, lapisan jaringan pengikat pem- bawa
pembuluh darah dan syaraf, serta lapisan mukosa yang melapisi seluruh
duktus. Pada ayam muda mukosa bersifat sederhana tanpa leku- kan maupun
lipatan. Pada saat mendekati dewasa kelamin serta men- dapat stimulus dari
estrogen dan progresteron, maka oviduk menjadi sa- ngat kompleks dengan
terbentuknya ikatan-ikatan primer, sekunder dan tersier. Pada puncak
aktivitas sekresinya, sel-sel menunjukkan bentuk variasinya dari kolumner
tinggi sipleks sampai kolumner transisional yang memiliki silia. Oviduk
unggas tidak dapat membedakan antara ovum
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 12 dengan benda-benda asing, sehingga akan tetap mensekresikan
albumen, kerabang lunak dan kerabang keras disekitar benda asing tersebut
(Nalbandov, 1990). 4.3 Infundibulum. Infundibulum adalah bagian teratas
dari oviduk dan mempunyai panjang sekitar 9 cm (North, 1978). Infundibulum
berbentuk seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah
diovulasikan. Pada bagian kalasiferos merupakan tempat terbentuknya kalaza
yaitu suatu bangunan yang tersusun dari dua tali mirip ranting yang
bergulung memanjang dari kuning telur sampai ke kutub-kutub telur
(Nalbandov 1990). Pada bagian leher infundibulum yang merupakan bagian ka-
lasiferos juga merupakan tempat penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan
pada bagian pertemuan antara uterus dan vagina. Penyim- panan ini terjadi
pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi (Sastrodi- hardjo dan
Resnawati, 1999). Infundibulum selain tempat ovulasi juga merupakan tempat
terjadinya fertilasi. Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan
setelah 15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik ovum
yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian magnum (Nesheim et al.,
1979). 4.4 Magnum. Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk dan
merupa- kan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara infundibulum
dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar (Nalbandov, 1990). Magnum
mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat disekresikan albumen telur.
Proses perkembangan telur dalam magnum sekitar 3 jam (North, 1978).
Albumen padat yang kaya akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang
terletak pada permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang disekresikan
sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 13 4.5 Ithmus. Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam
Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah yang nampak jelas
yang disebut garis penghubung ithmus-magnum (Nalbandov, 1990). Panjang
ithmus sekitar 10 cm dan merupakan tempat terben- tuknya membran sel
(selaput kerabang lunak) yang banyak tersusun dari serabut protein, yang
berfungsi melindungi telur dari masuknya mikroorganisme ke dalam telur
(North, 1978). Membran sel yang ter- bentuk terdiri dari membran sel dalam
dan membran sel luar, di dalam ithmus juga disekresikan air ke dalam
albumen. Calon telur di dalam ithmus selama 1,25 jam (Sastrodihardjo dan
Resnawati, 1999). Dua lapisan membran sel telur saling berhimpit dan ada
bagian yang memisah/melebar membentuk bagian yang disebut rongga udara
(air cell), air cell akan berkembang mencapi 1,8 cm. Rongga udara bisa
digunakan untuk mengetahui umur telur dan besar telur (North, 1978). 4.6
Uterus. Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan berdinding kuat.
Di dalam uterus telur mendapatkan kerabang keras yang terben- tuk dari
garam-garam kalsium (Nalbandov, 1990). Uterus (shell gland) mempunyai
panjang sekitar 10 sampai 12 cm dan merupakan tempat perkembangan telur
paling lama di dalam oviduk, yaitu sekitar 18 sam- pai 20 jam (North,
1978). Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi penyem-
purnaan telur dengan disekresikannya albumen cair, meneral, vitamin dan
air melalui dinding uterus dan secara osmosis masuk ke dalam membran sel.
Pada uterus terjadi penambahan albumen antara 20 sampai 25% (North, 1978).
Deposisi kalsium sudah terjadi sebagian kecil di ithmus dan dilanjutkan di
uterus. Deposisi terjadi pada bagian inner shell, lapisan mammillary
(berupa kristal kalsit) yang membetuk lapisan material berongga. Komposisi
komplit dari kerabang telur berupa kalsit (CaCO3), dan sedikit sodium,
potasium dan magnesium (North, 1978).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak Page
14 Formasi terbentuknya kerabang telur dengan adanya ketersediaan ion
kalsium dan ion carbonat didalam cairan uterus yang akan mem- bentuk
kalsium karbonat. Sumber utama ion karbonat terbentuk kare- na adanya CO2
dalam darah hasil metabolisme dari sel yang terdapat pada uterus, dan
dengan adanya H2O, keduanya dirombak oleh enzim carbonic anhydrase
(dihasilkan pada sel mukosa uterus) menjadi ion bikarbonat yang akhirnya
menjadi ion karbonat setelah ion hidrogen terlepas. Beberapa hubungan
antara kalsium dalam darah, CO2 dan ion bikarbonat di dalam uterus dalam
peristiwa pembentukan kerabang telur dapat dilihat pada gambar 19. Untuk
itu pada ayam petelur perlu diperhatikan bahwa kebutuhan kalsium terutama
harus disediakan pada pakan, karena jika kekurangan kalsium akan mengambil
dari cadangan kalsium pada tulang (Nesheim et al., 1979). Gambar 7.
Pembentukan kerabang telur dalam uterus (Nesheim et al., 1979) Pembentukan
kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna dominan dari
kerabang telur adalah putih dan coklat, yang pewarnaannya tergantung pada
genetik setiap individu (North, 1978). Pigmen kerabang (oopirin) dibawa
oleh darah (50 –70%) dan disekresi- kan saat 5 jam sebelum peneluran.
Pembentukan kerabang berakhir de-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 15 ngan terbentuknya kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus
beru- pa material organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selu-
bung menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur ma- suk ke
vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang berguna un- tuk
sirkulasi air dan udara. 4.7 Vagina. Bagian akhir dari oviduk adalah
vagina dengan panjang sekitar 12 cm (North, 1978). Telur masuk ke bagian
vagina setelah pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam
uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan dilapisi oleh
mucus yang berguna untuk menyum- bat pori-pori kerabang sehingga invasi
bakteri dapat dicegah. Kemudian telur dari vagina keluar melalui kloaka
(Nalbandov, 1990). 4.8 Kloaka Kloaka terdiri dari 3 bagian, yaitu
kuprodeum atau saluran keluarnya feses, urodeum atau saluran keluarnya
urin dan protodeum atau saluran keluarnya sperma atau sel telur (Frandson,
1992). Telur juga dikeluarkan lewat kloaka yang bermuara di protodeum.
Meningkatnya kandungan pro- tein dalam pakan dengan kandungan energi yang
sama dapat mening- katkan produksi telur, tetapi tidak berpengaruh
terhadap berat telur. Be- rat telur yang berkurang diantaranya disebabkan
oleh defisiensi protein dan asam amino untuk pembentukan sebutir telur.
Selain faktor tersebut berat telur juga dipengaruhi oleh genetik ayam,
dimana ayam buras yang mempunyai kemampuan genetik rendah hanya akan mampu
menghasil- kan berat telur optimal sesuai dengan kemampuan genetiknya
(Nasution dan Adrizal, 2009). 5) Organ-organ Reproduksi Aneka Ternak
Jantan dan Betina Sistem reproduksi tersusun atas sistem genital interna
dan eksterna. Pada hewan betina organ interna berupa sepasang ovarium dan
uterus. Ovarium terletak sebelah kaudal dari ren dan didalamnya terdapat
folikel- folikel Graaf berbentuk gelembung. Uterus berjumlah sepasang dan
berkelok-kelok dan terbagi atas infundirambutm, tuba, dan uterus. Organ
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 16 ksterna tersusun atas vagina, vulva, labium majus, labium ninus,
dan clitoris (Tim Dosen anatomi hewan UGM). Gambar 7a. Sistem reproduksi
pada kelinci Lepus nigricollis) betina (kiri), jantan (Kanan) (Grove dan
Newel, 1942). Gambar 7b. Anak kelinci (Lepus nigricollis) yang baru
dilahirkan (Hustamin, 2006). Kelinci terkenal karena kemampuan
reproduksinya, yang betina berevolusi segera setelah senggama sehingga
pembuahan terjamin. Selain itu kelinci betina mempunyai sistem reproduksi
yang istimewa, yaitu mampu mengandung 2 rumpun anak sekaligus karena
memiliki rahim ganda. Pembuahan pada rahim yang 1 tidak menghalangi
ovulasi pada rahim yang satunya lagi. Gejala ini disebut Superfetasi, dan
meskipun langka dianggap cukup sering terjdi (Oliver, 1984). Sedangkan
pada jantan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 17 memiliki organ reproduksi interna dan eksterna. Pada organ interna
terdiri dari testis dan epididimis. Testis terdapat sepasang yang terletak
dalam scrotum. Testis merupakan pengahasil sperma terus dikeluarkan
melalui epididimis yang merupakan tempat pematangan kemudian ke vasdeferens.
Sedangkan pada organ eksterna berupa penis. Penis ini merupakan merupakan
alat kopulasi dan tersusun dari corpus cavernosusm penis dan corpus
gavernosum urethrae. Disamping itu juga terdapat kelenjar- kelenjar yang
membantu sistem reproduksi (Kastawi, 1992). Pemaparan tersebut sebagaimana
yang telah dilakukannya pengamatan dengan menghasilkan hasil seperti itu
pula. 6) Organ Pelengkap (Assesorris ) Organ tambahan mempunyai hubungan
dengan saluran pencernaan dengan adanya suatu duktus yang berfungsi sebagai
saluran untuk me- ngekskresikan material dari organ tambahan ke saluran
pencernaan yang berguna untuk kelancaran proses pencernaan pakan. Ada tiga
organ pen- cernaan tambahan yaitu hati, pankreas dan limpa (North, 1978).
Hati Hati terletak diantara gizzard dan empedu, berwarna kemerahan dan
terdiri dari dua lobus, yaitu lobus dexter dan sinister. Hati mengeluar-
kan cairan berwarna hijau kekuningan yang berperan dalam mengemulsikan
lemak (North, 1978). Cairan tersebut tersimpan di dalam sebuah kantung
yang disebut kantung empedu yang terletak di lobus sebelah kanan. Makanan
yang berada pada duodenum akan merangsang kantung empedu untuk mengkerut
dan menumpahkan cairan empedu (Akoso, 1993). Hati juga menyimpan energi
siap pakai (glikogen) dan menguraikan hasil sisa protein menjadi asam urat
yang dikeluarkan melalui ginjal (Lehninger, 1994). Pankreas Pankreas
terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke
duodenum melalui ductus pancreaticus dan menghasilkan enzim yang mendigesti
karbohidrat, lemak dan protein (North, 1978).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 18 Limpa Limpa berbentuk agak bundar, berwarna kecoklatan dan
terletak pada titik antara proventriculus, gizzard dan hati (Jull, 1971).
Fungsi dari limpa sampai sekarang belum diketahui, hanya diduga sebagai
tempat untuk memecah sel darah merah dan untuk menyimpan Fe dalam darah.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 19 FISIOLOGI REPRODUKSI TERNAK A. Jenis-jenis Hormon Reproduksi dan
Kelenjar yang Memproduksinya serta Mekanisme Kerja Hormon Reproduksi
Kelenjar endokrin merupakan organ spesifik yang menghasilkan suatu produk
kimia disebut hormon. Hormon tersusun dari beberapa substansi kimia
seperti protein, steroid dan substansi lain akan dilepas ke dalam aliran
darah dan ditransportasikan untuk meningkatkan, menurunkan atau mem-
berikan efek metabolik terhadap fungsi organ (North, 1978). Pusat
rangsangan syaraf yang mempengaruhi kerja hormon pada unggas terdapat pada
hipothalamus. Rangsangan syaraf dari luar akan di- transformasikan menuju
hipothalamus sehingga hipothalamus akan men- sekresikan hormon- releasing
factor (HRS). HRS yang dihasilkan hipothalamus akan mengatur regulasi
hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars an- terior/PPA (anterior pars
pituitary). PPA memproduksi hormon yang sifatnya dapat mengatur kerja dari
beberapa kelenjar endokrin. Beberapa hormon yang disekresikan PPA antara
lain Thyroid-stimulating hormone (TSH), Adrenocor- ticotrophic hormone
(ACTH), dan dua dua jenis Gonadotrophic hormone (GTH) yang masing-masing
berefek pada aktivitas kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan kelenjar
kelamin dan juga menghasilkan Growth hormone (GH) yang me- ngatur
pertumbuhan tubuh unggas. Beberapa kelenjar tersebut akan terang- sang
untuk menghasilkan hormon tertentu yang mempunyai fungsi tertentu (Nesheim
et al., 1979).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 20 Gambar 8. Hubungan antara sistem syaraf, kelenjar endokrin dan
sistem reproduksi unggas jantan dan betina (Nesheim et al., 1979). Fungsi
Beberapa Hormon Hormon tiroid mempengaruhi tingkat metabolisme,
pertumbuhan bulu dan pewarnaan bulu, hormon produk sekresi dari kelenjar
adrenal mempe- ngaruhi metabolisme mineral dan karbohidrat serta
mengurangi stres, hipo- tiroid mempunyai karateritik terhadap pertumbuhan
bulu lambat dan kemun- duran aktivitas reproduksi. Hormon pada saluran
gastrointestinal dapat me- ngatur pengeluaran cairan pada proventrikulus
dan pankreas, mengatur kon- traksi limpha dan perpindahan pakan unggas
karena kontraksi pada saluran digesti. Insulin dan glucagon yang
dihasilkan oleh Langerhans dan sel Beta pada pankreas mengatur metabolisme
karbohidrat. Kelenjar parathiroid dan ultimobranchial body mensekresikan
hormon yang mengatur deposisi kalsium pada tulang dan kerabang telur.
Hormon yang dihasilkan oleh pituitari pars posterior PPP (pars posterior
pituitary) mengatur regulasi tekanan darah dan keseimbangan air pada ayam
petelur (Nesheim et al., 1979). Hormon juga me- ngatur sistem reproduksi
pada unggas (gambar 16).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 21 Tabel 2 . Kelenjar endokrin beserta hormon yang dihasilkan dan
fungsinya Kelenjar Hormon Fungsi Testis Androgen Perkembangan karakter
sekunder. Produksi sperma (spermatogenesis). Tingkah laku reproduksi. Estrogen«Ovarium
Progesteron« Androgen« Perkembangan
karakter sekunder.« Pigmentasi bulu. Perkembangan
oviduk. Mengatur keseimbangan PPA.« Pengaturan oviduk bersama estrogen pada gerak
peristaltik dan sekresi.
Pertumbuhan comb.« FSH (Follicle Stimu-üPPA lating
Hormone) LH (Luteinizing Hor-ü mone) LTH (Luteotropicü Hormone)/Prolaktin TH (Thyrotropic Hor-ü mone) ATH (Adrenotropicü Hormone) GPH (Growth Pro-ü moting Hormone)
Stimulasi perkembangan folikel (calonü telur) dalam ovarium Proses ovulasi.ü Proses
mengeram.ü Stimulasi glandula tiroid.ü Stimulasi
glandula adrenal.ü Stimulasi proses pertumbuhan bulu.ü
Oksitosin/PitosinØPPP Vasopresin/PitesinØ Kontraksi saluran darah. Metabolisme sel. Tiroid
Tiroksin Proses pertumbuhan bulu. Paratiroid Parathormon Peningkatan Ca
darah (untuk kera- bang). Adrenalin·Adrenal
Cortin· o Vasokontraktor (menaikkan
tekanan darah dan stimulir kegiatan jantung). o Fasilator konversi protein
menjadi KH. Langerhans Insulin Metabolisme KH (pengeluaran energi dan
cadangan energi). B. Pubertas pada Ternak Suatu proses reproduksi akan
berlangsung secara periodik dan terus menerus akan dimulai sejak tenak
tersebut mengalami pubertas atau de- wasa kelamin. Pada saat itu ternak
sudah dapat menghasilkan keturunan karena pada saat itu organ
reproduksinya telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi
pubertas pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan
atau betina dimana proses-proses repro- duksi mulai terjadi. Pada saat
inilah maka organ-organ reproduksi mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai
dengan adanya keinginan ternak
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 22 tersebut untuk melakukan perkawinan. Umur dewasa kelamin pada
setiap jenis ternak tidak sama. Umur dewasa kelamin ini juga tergantung
pada keadaan iklim, keadaan makanan, heriditas dan tingkat pelepasan
hormon. Umur dewasa kelamin pada jenis ternak tertentu dapat dilihat pada
Tabel 3. Umur Dewasa Kelamin pada Berbagai Jenis Ternak Jenis ternak Umur
Pubertas Variasi Sapi Kuda Domba Kambing Kerbau babi 12 bulan 18 bulan 8
bulan 8 bulan 24 bulan 6 bulan 6-24 bulan 10-24 bulan 4-12 bulan 4-12
bulan 12- 40 bulan 4-8 bulan Pada semua ternak bahwa dewasa kelamin akan
tercapai pada saat dewasa tubuh tercapai. Pada saat ini ternak sudah mampu
untuk melaku- kan perkawinan, tetapi pada saat itu tubuhnya belum mampu
untuk mela- kukan proses reproduksi selanjutnya seperti bunting,
melahirkan dan me- nyusui. Pada saat itu tubuhnya masih dalam proses
pertumbuhan, sehing- ga apabila ternak tersebut bunting maka tubuhnya
harus menyediakan makanan untuk pertumbuhan dirinya dan pertumbuhan anak
yang dikan- dungnya. Apabila hal ini terjadi maka kemungkinankemungkinan
yang ti- dak diinginkan akan terjadi seperti terjadi kematian baik pada
induk mau- pun anaknya, akan melahirkan anak-anak yang cacat atau lemah,
kecil dll. Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas maka sebaiknya
perkawinan hendaknya ditangguhkan beberapa saat sampai tubuhnya cukup
dewasa atau dewasa tubuh telah tercapai. C. Oogenesis dan Spermatogenesis
Spermatogenesis, artinya proses pembentukan sperma. Proses ini terjadi di
dalam alat genital pria, yakni testis. Pembentukan sperma ini dimulai pada
saat pubertas, ketika produksi hormon gonadotropin sudah cukup maksimal
untuk merangsang pembentukan spermatozoa. Pada mulanya, diwaktu masih dalam
kandungan, sel-sel germinal primordial tampak pada tingkat perkembangan
yang dini di antara sel endoderm di dinding kantung kuning telur di dekat
allantois. Kemudian pada minggu ke-3 masa janin, mereka akan bermigrasi ke
rigi urogenital
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 23 yang saat itu tumbuh di daerah lumbal. Semenjak dari dalam
kandungan sampai masa pubertas nanti, sel-sel germinal primordial ini akan
me- ngalami fase istirahat, sampai suatu saat ketika lumen tubulus
seminiferus telah sempurna dibentuk pada pubertas, mereka akan
berdiferensiasi menjadi spermatogonia. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,
spermatog- onia itu berasal dari sel-sel germinal primordial tersebut.
Spermatogonia tipe A adalah spermatogonia awal yang dibentuk. Seiring
perkembangan ilmu pengetahuan, saat ini diketahui bahwa spermatogonia tipe
A ini akan mengalami serangkaian fase pembelahan secara mitosis, dan
akhirnya membentuk spermatogonia tipe B. Spermatogonia tipe B ini kemudian
yang akan bergerak ke lumen, termo- difikasi dan membesar membentuk
spermatosit primer. Spermatosit primer nantinya akan semakin ke arah lumen
sambil membelah secara miosis menjadi spermatosit sekunder. Pada fase
miosis pertama ini (atau miosis I), proses yang berlangsung cukup lama
adalah pada tahap profase I, yakni sekitar 22 hari. Sedangkan proses
selanjutnya yakni metafase, anafase dan telofase berlangsung dengan cepat.
Setelah terbentuk spermatosit sekunder, alamiahnya ia akan langsung
membelah kembali secara miosis (atau miosis II) menjadi sperma- tid.
(Inilah mengapa secara histologis sel spermatosit sekunder jarang
ditemukan dalam preparat histologi). Spermatid yang dihasilkan sekarang
telah haploid, atau memiliki setengah dari kromosom induknya (sperma-
tosit primer). Langkah selanjutnya adalah tahap dimana spermatid
berdiferensiasi menjadi spermatozoa. Proses ini secara keseluruhan dikenal
dengan spermiogenesis. Spermiogenesis terdiri dari empat tahapan: 1.
Pembentukan akrosom, yaitu pelindung kepala sperma yang menutupi separoh
permukaan nukleus sperma dan berisi enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus lapisan-lapisan sel telur pada saat fertilisasi. (contohnya,
enzim hyaluronidase dan proteolitik). 2. pemadatan inti/kondensasi
nukleus. 3. pembentukan leher, badan tengah dan ekor dari sperma 4.
penglepasan sitoplasma yang tersisa menjadi bahan residu yang kemudian
difagosit oleh sel sertoli.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 24 Hasil akhir dari spermatogensis adalah spermatozoa yang haploid
(n), dimana 1 spermatosit primer menghasilkan 4 spermatozoa. Proses ini
ber- langsung di dalam testis lebih kurang selama 64 hari, dimana
sebenarnya spermatozoa yang terbentuk adalah sekitar 300 juta sel
spermatoza baru setiap hari. Gambar 8: Proses pembelahan spermatogesis
Oogenesis adalah proses pembentukan sel; telur. Mula-mula dalam ovarium
terjadi oosit primer yang kemudian membelah tidak sama besar dan terbentuk
oosit sekunder (yang besar) dan benda kutub (yang kecil). Inti kedua sel
tersebut sebenarnya sama besar, tetapi berbeda dalam jumlah plasma sel
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 25 Gambar 9: Proses Pembelahan Oogenesis 1. Sel-Sel Kelamin
Primordial Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm
embrional dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium
germinativum kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri (dalam
kandungan). Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi
oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan
secara bersama- sama membentuk folikel primordial. 2. Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel
ini dihasilkan sebanyak 200.000 buah. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi
tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat
menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana
didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 26 3. Oosit Primer Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang
kromosom (2n). Satu pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan
jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain
disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa
gen-gen yang disebut DNA. 4. Pembelahan Meiosis Pertama Meiosis terjadi di
dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai
sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom
terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom.
Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain karena mengandung seluruh
sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel yang lebih kecil disebut
badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat mem- belah
diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis
pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan
badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya.
5. Oosit Sekunder Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila
kepala spermatozoa menembus zona pellucida oosit. Oosit sekunder membelah
membentuk ootid yang akan berdiferensiasi menjadi ovum dan satu badan
polar lagi, sehingga terbentuk tiga badan polar dan satu ovum masak, semua
mengandung bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara
normal mengalami degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami
fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional D. Siklus Berahi/Estrus
pada Ternak Ternak-ternak betina menjadi birahi pada interval waktu yang
te- ratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies yang lainnya
(Frandson, 1993). Interval antara timbulnya satu periode birahi ke
permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus estrus. Siklus
estrus pada da-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 27 sarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001). Berikut ini adalah
konsentrasi hormon dalam darah selama siklus estrus. Gambar 10. Hormon
dalam Darah Selama Siklus Estrus (Anonim, 2008a) 1. Proestrus Proestrus
dimulai dengan regresi corpus luteum dan merosotnya progesteron serta
melanjut sampai terjadinya fase estrus selama 1-3 hari (Anonim, 2003a ).
Akibat kehilangan hambatan progesteron, GnRH me- ningkat dan menyebabkan
stimulasi LH dan FSH. FSH menyebabkan ma- turasi akhir folikel yang
tumbuh. Folikel yang tumbuh menghasilkan estrogen oleh sel-sel granulosa
dan sel theka interna. Fase ini dianggap sebagai fase penumpukan. Dalam
fase ini folikel ovarium dengan ovumnya yang menempel membesar terutama
karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen
yang diserap dari folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatan
vaskularisasi dan pertumbuhan sel genital dalam persiapan untuk birahi dan
kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1993). 2. Estrus Estrus didefinisikan
sebagai periode waktu ketika betina resepsif terhadap jantan dan akan
membiarkan untuk dikawini (Anonim, 2003a). Menurut Frandson (1993), fase
estrus ditandai dengan sapi yang berusaha dinaiki oleh sapi pejantan,
keluarnya cairan bening dari vulva dan pe- ningkatan sirkulasi sehingga
tampak merah.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 28 Lama estrus pada sapi sekitar 12-24 jam (Putro, 2008). Estrus pada
sapi biasanya berlangsung selama 12 – 18 jam. Variasi terlihat antar
individu selama siklus estrus, pada sapi-sapi di lingkungan panas mempu-
nyai periode estrus yang lebih pendek sekitar 10-12 jam (Anonim, 2003a).
Selama atau segera setelah periode ini, terjadilah ovulasi. Ini terjadi
dengan penurunan tingkat FSH dalam darah dan penaikan tingkat LH. Sesaat
sebelum ovulasi, folikel membesar dan turgid serta ovum yang ada di situ
mengalami pemasakan. Estrus berakhir kira-kira pada saat pecahnya foli-
kel ovari atau terjadinya ovulasi (Frandson, 1993). 3. Metestrus Metestrus
adalah fase pasca ovulasi di mana corpus luteum ber- fungsi. Panjangnya
metestrus dapat tergantung pada panjangnya LTH (Lu- teotropik Hormon) yang
disekresi oleh adenohipofisis. Selama periode ini terdapat penurunan
estrogen dan penaikan progesteron yang dibentuk oleh ovari (Frandson,
1993). Selama meteestrus, rongga yang ditinggalkan oleh pemecahan folikel
mulai terisi dengan darah. Darah membentuk struktur yang disebut korpus
hemoragikum. Setelah sekitar 5 hari, korpus hemoragikum mulai berubah
menjadi jaringan luteal, menghasilkan korpus luteum atau CL. Fase ini
sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang diha- silkan oleh
korpus luteum (Guyton, 1994). Pada masa ini terjadi ovulasi, kurang lebih
10-12 jam sesudah estrus, kira-kira 24 sampai 48 jam sesu- dah birahi.
Metestrus terjadi 2-4 hari pada siklus estrus (Anonim, 2003a). 4. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus
luteum menjadi matang dan pengaruh progesteron terhadap sa- luran
reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk.,2001). Pada sapi dimulai
kira-kira sampai hari ke-5 siklus, ketika suatu peningkatan progesteron
dalam darah dapat dideteksi pertama kali, dan berakhir dengan regresi
corpus luteum pada hari 16 dan 17 (Anonim, 2003a). Berikut ini adalah
keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi selama siklus estrus.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 29 Gambar 11. Keadaan korpus luteum dan folikel pada ovarium sapi
selama siklus estrus. (Anonim, 2007) E. Ovulasi dan Fertilisasi 1. OVULASI
Ovulasi adalah Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus – hipofise –
ovarium dan endometrium. Ovarium memiliki 2 peran utama : 1.Fungsi
endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka
mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi 2.Gametogenesis dan
ovulasi Proses Ovulasi Perkembangan
folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hor-§ mon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise Hipotalamus dan hipofise merupakan organ
yang saling terkait. Secara§ bersama-sama keduanya mengatur
struktur dan fungsi ovarium melalui siklus menstruasi. Hipotalamus menghasilkan GnRH -
Gonadotropin Releasing Hormone§ yang selanjutnya akan
merangsang produksi FSH – follicle stimulating hormone dan LH – Luteinizing
Hormone
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 30 Gambar 12: Ovulasi Ovarium Proses Ovulasi di Pengaruhi Oleh
Kendali Hipofisis. Perubahan dalam ovarium terutama dikendalikan oleh
hipofise anterior yang menghasilkan produksi 3 hormon utama : 1. FSH – follicle
stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan foli- kel ovarium 2. LH –
Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebab- kan
luteinisasi sel granulosa setelah ovulasi 3. Prolactine Pada akhir siklus
menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya kadar estrogen ini merangsang
produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya FSH menstimulasi pertumbuhan
sejumlah folikel ovarium. Folikel yang terstimulasi akan meningkatkan
kadar kadar estrogen dan kenaikan kadar estrogen dapat mempengaruhi
hipofisis sehingga menyebabkan penurunan kadar FSH ( proses umpan balik
negatif ).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 31 Gambar 13: Kadar FSH dan LH Pada sebagian besar kasus, dari 10 –
20 folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya
(folikel dominan) yang dapat tumbuh cukup besar dan memiliki densitas
reseptor FSH yang cukup memadai sehingga dapat memberikan respon dengan
rendahnya kadar FSH sehingga dapat terus berkembang sampai tahapan
ovulasi. Kadar estrogen terus meningkat. Pada pertengahan siklus
menstruasi situasi ovarium mengendalikan adanya perubahan fungsi hipofise.
Peningkatan kadar estrogen yang terjadi akan menyebabkan terjadinya
„surge‟ kadar FSH dan LH ( proses umpan balik positif ). Peristiwa ini
akan memicu terjadinya ovulasi. Peranan LH dalam hal ini adalah untuk : o
Menyebabkan adanya produksi prostaglandin dan ensim proteolitik lokal
sehingga dapat terjadi ekstrusi sel telur dari folikel yang telah matang o
Pertumbuhan corpus luteum sehingga menghasilkan progesteron.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 32 2. FERTILISASI Pembuahan atau fertilisasi (singami) adalah
peleburan dua gamet yang dapat berupa nukleus atau sel-sel bernukleus
untuk membentuk sel tunggal (zigot) atau peleburan nukleus. Biasanya
melibatkan penggabungan sitoplasma (plasmogami) dan penyatuan bahan
nukleus (kariogami). Dengan meiosis, zigot itu membentuk ciri fundamental
dari kebanyakan siklus seksual eukariota, dan pada dasarnya gamet-gamet
yang melebur adalah haploid. Bilamana keduanya motil seperti pada tumbuhan,
maka fertilisasi itu disebut isogami, bilamana berbeda dalam ukuran tetapi
serupa dalam bentuk maka disebut anisogami, bila satu tidak motil (dan
biasanya lebih besar) dinamakan oogami. Hal ini merupakan cara khas pada
beberapa tumbuhan, hewan, dan sebagian besar jamur. Pada sebagian
gimnofita dan semua antofita, gametnya tidak berflagel, dan polen tube
terlibat dalam proses dari fertilisasi. Gambar 14: Proses Bertemunya Sel
Sperma dengan Sel Telur
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 33 F. Implantasi Implantasi atau nidasi adalah masuknya atau
tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium. Pada akhir minggu pertama
( hari ke 5 sampai ke 7 ) zygot mencapai cavum uteri. Pada saat itu uterus
sedang berada dalam fase sekresi lendir dibawah pengaruh progesteron dari
kor- pus luteum yang masih aktif. Sehingga lapisan endometrium dinding
rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir
rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista
dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai
reaksi seluler, sehingga sel – sel trofoblast zigot tersebut akan menempel
dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi
implantasi). Setelah implantasi, sel– sel trofoblas yang tertanam di dalam
endometrium terus berkembang membentuk jaringan bersama dengan sistem
pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi
sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan
tumbuh menjadi janin. Gambar 15: proses perkembangan dan perjalanan ovum
dari ovarium sampai kavum uteri
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 34 Keterangan : A : Oosit tidak bersegmen B : Fertilisasi C :
Terbentuk pro-nuklei D : Pembelahan kumparan pertama E : Stadium 2 sel F :
Stadium 4 sel G : Stadium 8 sel H : Morula I & J : Pembentukan
blastokista G. Proses Pembentukan Telur. Telur pada unggas mengandung
banyak zat-zat makanan untuk persediaan perkembangbiakan embrio pada masa
penetasan. Telur tidak ubahnya susu pada mamalia adalah hasil sekresi dari
sistem reproduksi dan mekanisme endokrin, metabolik dan kimia faali.
Bertelur sama dengan mekanisme laktasi. Telur unggas lebih besar dari pada
telur mamalia, karena telur unggas harus mengandung makanan untuk
perkembangan embrionik selama pertumbuhan di luar tubuh induk. Embrio
unggas sangat tergantung pada zat makanan yang terdapat dalam telur.
Karena itu lemak dari sudut kalori lebih pekat dari pada gula, maka telur
lebih kaya akan lemak dari pada gula (dibandingkan dengan susu)
(Anggorodi, 1984). 1. Yolk / Kuning telur Kuning telur terdiri dari badan
berbentuk bola besar, dari 25 sampai 150 μm garis tengah, yang
terbagi-bagi adalah dalam suatu tahapan yang berkelanjutan. Yolk yang
kecil ukurannya sangat kecil diperkirakan berdiameter sekitar 2 μm. Kuning
telur berisi hanya sekitar 50% air. Sisa terdiri dari protein dan lipid
dengan perbandingan 1: 2; lipid yang ada da- lam bentuk lipoprotein (Bell
dan Freeman, 1971). Lebih lanjut menyatakan pada umumnya sintesis protein
kuning telur berasal dari hati atas rang- sangan hormon oestrogen.
Kemudian diangkut oleh darah nemuju indung telur (ovarium). Dalam ovarium
ayam petelur mengandung 1000 sampai 3000 folikel, ukurannya sangat
bervariasi dari ukuran mikrokopik sampai sebesar satu kuning telur. Kuning
telur yang lebih kecil mulai tumbuh dengan cepat sekitar 10 hari sebelum
dilepaskan ke dalam infundibulum. Kuning telur diliputi oleh suatu membran
folikuler, yang menempelkannya pada ovari.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 35 Membran ini memiliki suatu bagian yang terlihat hanya sedikit
mengan- dung pembuluh darah. Bagian atau daerah itu disebut stigma. Inilah
tempat dimana kuning telur robek dan melepaskan ovum pada saat ovulasi.
Karena zat-zat makanan disalurkan melalui membran folikuler dari aliran
darah menuju ke ovum, sejumlah darah kadang-kadang dilepaskan bersama-sama
kuning telur itu karena tempat pecahnya tidak selalu tepat pada stigma.
Inilah yang kadang menyebabkan munculnya suatu blood spot di dalam telur
(James Blakely dan David, 1985). 2. Reproduksi pada ayam Pola reproduksi
pada ayam berbeda dengan mamalia terutama beberapa segi yang terpenting,
ayam bertelur dengan berirama bertelur, yaitu bertelur satu atau lebih
pada hari yang berurutan, kemudian diikuti satu hari istirahat. Ayam yang
prolefik bertelur 5 butir atau lebih dalam satu irama bertelur (clutch).
Timbulnya clutch dikarenakan pembentukan telur diburuhkan total waktu 25 –
26 jam dan ovulasi berikutnya pada clutch yang sama terjadi 30 – 60 menit
setelah ovulasi telur sebelumnya. Jadi karena ovulasi tidak terjadi secara
teratur setiap siklus 24 jam, maka waktu ovulasi hari berikutnya pada
clutch yang sama akan terlambat (Nalbandov, 1990). 3. Pengendalian Hormon
Bertelur. Reproduksi burung adalah yang berkaitan dengan sistem pengen-
dalian pada ayam yang sedang bertelur, yang disebut hierarki folikuler
yakni gradasi berat dan ukuran folikel. Hanya satu folikel yaitu yang
terbesar yang menjadi masak dan di ovulasikan dalam waktu satu hari,
segera setelah folikel ini pecah, kemudian nomor 2 terbesar tumbuh menjadi
besar, demikian seterusnya peristiwa tersebut terjadi berurutan. Rincian
permainan hormonal antara ovarium dengan sistem hipotalamus- hipofiseal
unggas semuanya jelas, kecuali kita ketahui benar-benar ialah bahwa
ovarium burung secara total tergantung pada hormon Gonadotrofik yang
berasal dari pituitari. Telah diketahui bahwa hipotalamus dalam
pengendalian pelapisan LH dan FSH hipofisa. Diakuinya hipotalamus
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 36 melalui cara pembedahan, tepatnya pada nuklei praoptik di daerah
para- ventrikuler, ternyata dapat menghentikan ovulasi (Nalbandov, 1990).
4. Oviduk. Setelah ovulasi ovum ditangkap oleh fimbria dan masuk kedalam
infundibulum kuning telur akan berdiam kurang lebih selama ¼ jam dan
dibagian ini terjadi pertemuan dengan sel jantan, setelah itu diteruskan
ke magnum (Rasyaf, 1992). Lebih lanjut Nalbandov, (1990) menuliskan bahwa
disini telur menerima lapisan albumen. Sekresi albumen pada magnum yang
dikontrol oleh dua hormon. Hormon estrogen yang fungsi utamanya
menyebabkan perkembangan anatomi dan perkembangan kelenjar seluruh oviduk,
tetapi estrogen saja tidak dapat menyebabkan pembentukan calon albumen
dalam kelenjar, atau sekresi albumen sendiri ke dalam lumen magnum. Hormon
yang kedua dibutuhkan untuk kepentingan kedua- duanya, baik pembentukan
atau sekresi albumen. Androgen dan progesteron yang kedua-duanya beraksi
terhadap magnum yang berkembang karena estrogen, dapat menyebabkan
pertumbuhan granula albumen dan pelepasan granula ini ke dalam lumen.
Setelah pertumbuhan magnum yang di prakarsai oleh estrogen dan pembentukan
granula albumen yang disebabkan baik androgen ataupun progesteron, satu
peristiwa lagi masih tertinggal yaitu sekresi albumen kedalam lumen. Hal
ini biasanya terpicu oleh adanya benda asing di magnum , apakah itu ovum
ataukah benda asing yang berada dalam magnum. Setelah mendapat albumen
dalam perjalanan di magnum selama 2,5 jam atau 3 jam, telur bergerak ke
isthmus, disini disekersikan kerabang lunak. Bagian oviduk ini secara
histologis berbeda dengan magnum tetapi dikontrol oleh hormon yang sama,
yang beraksi dengan cara yang sama dan dalam rangkaian tahap yang sama,
seperti yang terjadi pada magnum. James Blakely dan David,
(1985)mengemukakan di daerah isthmus mendapat pelapisan membran yaitu
membran luar dan membran dalam, dalam keaadaan normal masing-masing
membran menempel, kecuali pada suatu tempat dimana membran tersebut
berpisah yaitu pada ujung tumpul telur. Perpisahan kedua membran tersebut
membentuk suatu rongga
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 37 udara. Telur tinggal di isthmus selama kurang lebih 1,5 jam dan
setelah menerima kerabang lunak dan air, dikuatkan oleh Rasyaf (1992)
dibagian ini ditambahkan pula Natrium, Kalsium dan garam. Telur tersebut
bergerak ke kelenjar kerabang atau yang dinamakan pula uterus, telur
tinggal di daerah ini selama kurang lebih 22 jam, dan kerabang kapur
disekresikan menyelubungi (Nalbandov, 1990). Tabel 4. Rataan panjang
bagian pembentukan telur dan lama waktu proses berjalan Bagian Panjang
(cm) Waktu (jam) Infundibulum 11,0 0,25 Magnum 33,6 3,00 Isthmus 10,6 1,25
Uterus 10,1 20,15 Vagina 6,9 0,15 Sumber : Rasyaf 2003 5. Pengeluran Telur
(Oviposisi). Dalam kondisi normal telur dibentuk bagian tumpul terlebih
dahulu. Jika induk tidak terggangu pada saat bertelur, sebagian besar
telur akan dikeluarkan dengan ujung tumpul lebih dulu. Hal ini tidak
diketahui secara pasti sebabnya, tetapi diketahui bahwa sesaat sebelum
dikeluarkan, telur diputar secara horisontal (tidak ujung ke ujung), 180
derajat sesaat sebelum telur itu dikeluarkan. Ovulasi pada ayam secara
normal terjadi 30 menit setelah telur dikeluarkan. Interval waktu dapat
bervariasi antara 7 sampai 74 menit (James Blakely dan David, 1985). Lebih
lanjut menyatakan pengeluaran telur dirangsang oleh cahaya sehingga
merangsang dan meningkatkan suplai FSH. Hormon ini pada gilirannya melalui
aktivitas ovari mengakibatkan terjadinya ovulasi dan oviposisi. 6. Sifat Mengeram.
Induk ayam mengeram diakibatkan oleh pengaruh hormon prolaktin dari
pituitari anterior, ayam menghabiskan waktu dengan duduk diatas sarang dan
menetaskan serta mengasuh anak-anaknya. Bila sifat keibuan ini demikian
kuat sehingga induk ayam terus
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 38 menerus duduk diatas sarang, hal ini merugikan karena pada saat
mengeram ayam tidak memproduksi telur (James Blakely dan David, 1985). H.
Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio pada Ternak a) Ternak Ruminansia
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses
ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau
fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan di
tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai sel embriogenik.
Tahapan pertumbuhan dan perkembangan embrio dibedakan menjadi 2 tahap
yaitu : a. Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk
hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai
dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. b. Fase fertilisasi
adalah pertemuan antara sel sperma dengan sel ovum dan akan menghasilkan
zygote. Zygote akan melakukan pembela- han sel (cleavage). Secara umum,
sel embriogenik tumbuh dan berkembang melalui beberapa fase, antara lain:
1. Sel tunggal (yang telah dibuahi) 2. Blastomer 3. Blastula 4. Gastrula
5. Neurula 6. Embrio / Janin Tahapan fase embrionik yaitu : a. Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel
terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.
Morulasi yaitu proses terbentuknya morula
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 39 b. Blastula Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang
terus me- ngalami pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya
perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam
blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blasto- soel. Blastulasi
yaitu proses terbentuknya blastula. c. Gastrula Gastrula adalah bentukan
lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan
mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh. Gastrula pada
beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan hewan tingkat
tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh embrionya.
Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai 3 lapisan dinding tubuh embrio,
berupa ektoderm, mesoderm dan endoderm. Hal ini dimiliki oleh hewan
tingkat tinggi page 1 /seperti Vermes, Mollusca, Arthropoda, Echinodermata
dan semua Vertebrata. Diploblastik yaitu hewan yang mempunyai 2 lapisan
dinding tubuh embrio, berupa ektoderm dan endoderm. Dimiliki oleh hewan
tingkat rendah seperti Porifera dan Coelenterata. Gastrulasi yaitu proses
pembentukan gastrula. Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia). Organ yang dibentuk ini
berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase
gastrula. Contohnya : a. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor
(jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang-
/osteon) alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan
alat ekskresi seperti ren. c. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi
menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti
pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio
dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 40 Contohnya : a. Lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang
keduanya mempengaruhi dalam pembentukan kelopak mata. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Setelah peristiwa fertilisasi, zygote akan
berkembang menjadi embrio yang sempurna dan embrio akan tertanam pada
dinding uterus ibu. Hal ini terjadi masa 6 – 12 hari setelah proses
fertilisasi. Sel-sel embrio yang sedang tumbuh mulai memproduksi hormon
yang disebut dengan hCG atau human chorionic gonadotropin, yaitu bahan
yang terdeteksi oleh kebanyakan tes kehamilan. HCG membuat hormon keibuan
untuk mengganggu siklus menstruasi normal,membuat proses kehamilan jadi
berlanjut. Janin akan mendapatkan nutrisi melalui plasenta/ ari-ari.
Embrio dilindungi oleh selaput-selaput yaitu: 1. Amnion yaitu selaput yang
berhubungan langsung dengan embrio dan menghasilkan cairan ketuban.
Berfungsi untuk melindungi embrio dari guncangan. 2. Korion yaitu selaput
yang terdapat diluar amnion dan membentuk jon- jot yang menghubungkan
dengan dinding utama uterus. Bagian dalam nya terdapat pembuluh darah. 3.
Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel me
nghilang page 2 /3 dan pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur
sirkulasi embrio dengan plasenta, mengangkut sari makanan dan O2, termasuk
zat sisa dan CO2. 4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara
plasenta dan amni on.merupakn tempat munculnya pembuluhdarah yang pertama.
B. Periode Perkembangan Embrio Periode Embrio / organogenesis merupakan
suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ
spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi
sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi
berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi.
Selama periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan
organ tubuh (Toelihere,1979).
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 41 Periode perkembangan embrio adalah sebagai berikut: a. Periode
Persiapan Kedua parent disiapkan untuk melakukan perkawinan. Gamet
mengalami proses pematangan sehingga mampu melakukan pembuahan. b. Periode
Pembuahan Kedua parent kawin, gamet melakukan perjalanan ke tempat
pembuahan, kemudian kedua jenis gamet pun melakukan pembuahan. c. Periode
Pertumbuhan Awal Pertumbuhan sejak zigot mengalami pembelahan berulang kali
sampai saat embrio memiliki bentuk primitif yaitu bentuk dan susunan tubuh
embrio masih sederhana dan kasar. Periode ini terdiri dari empat tingkat:
1) Tingkat Pembelahan Cleavage atau disebut juga segmentasi terjadi
setelah pembuahan. Zigot membelah berulang kali samapai terdiri dari
berpuluh sel kecil yang disebut blastomere. Pembelahan itu bisa meliputi
seluruh bagian, bisa pula hanya pada sebagian kecil zigot. Pada umumnya
pembelahan itu secara mitosis. Pada akhir pembelahan akan terbentuk morula
yang masif, dalamnya tidak berongga. 2) Tingkat Blastula Sementara sel-sel
morula mengalami pembelahan terus-menerus, terbentuklah rongga di tengah,
atau pada ayam di bawah germinal disc. Rongga ini makin lama makin besar,
berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga itu kini disebut blastula,
rongganya disebut blastocoel. Pasa Eutheria ini blastula memiliki dua
kelompok sel atau jaringan yang jelas dapat dibedakan: a) Embrioblast atau
gumpalan sel dalam (inner cell mass), akan tumbuh menjadi embrio. b) Tropoblast,
akan menyalurkan makanan dari uterus induk. Ada pula yang memberi nama dua
daerah utama blastula, yaitu: a) Epiblast, bagi blastomere yang terletak
sebelah atas atau daerah kutub animalus. Sebagian besar akan menumbuhkan
ectoderm.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 42 b) Hypoblast, bagi blastomere yang terletak sebelah bawah atau
daerah kutub vegetativus. Sebagian besar menumbuhkan endoderm. Blastula
memiliki daerah-daerah sel yang akan menjadi bakal pembentuk alat. Pada
embryogenesis berikutnya daerah-daerah itu akan ber- gerak menyusun diri
untuk menjadi lapisan-lapisan atau jejeran sel tersendiri. Dikenal lima
daerah bakal pembentuk alat, yaitu: Bakal ectoderm epidermis, Bakal
ectoderm saraf, Bakal notochord, Bakal mesoderm, dan Bakal endoderm (entoderm).
3) Tingkat Gastrula Pada gastrula akan terbentuk tiga lapisan: ectoderm,
endoderm, dan mesoderm. Dalam proses gastrulasi disamping terus terjadi
pembelahan dan perbanyakan sel terjadi pula berbagai macam gerakan sel
dalam usaha untuk mengatur dan menderetkan sesuai dengan bentuk dan
susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan. Ada dua kelompok
gerakan, yaiu: a) Epiboli Gerakan melingkup, terjadi di sebelah luar
embrio. Berlangsung pada bakal ectoderm epidermis dan saraf. Sementara
bakal endoderm dan mesoderm bergerak, epiboli menyesuaikan diri sehinggak
ectoderm terus menyelaputi seluruh embrio. b) Emboli Gerakan menyusup,
terjadi di sebelah dalam embrio. Berlangsung pada daerah-daerah bakal
mesoderm, notochord, pre-chorda, dan endoderm. Daerah-daerah itu bergerak
kea rah blastocoel. Dibagi atas tujuh macam, yaitu: Involusi, gerakan
membelok ke dalam, Konvergensi, gerakan menyempit, Invaginasi, gerakan
melipat suatu lapisan, Evaginasi, gerakan menjulur suatu lapisan,
Delaminasi, gerakan memisahkan diri sekelmpok sel dari kelompok utama atau
lapiasan asal,
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 43 Divergensi, gerakan memencar, Extensi, gerakan meluas. 4) Tingkat
Tubulasi a) Pertumbuhan panjang dan lebar di bagian kepala, sehingga
terangkat dari bagian bawahnya, b) Pertumbuhan panjang dan besar bagian
badan embrio, c) Pertumbuhan bagian ekor, d) Pertumbuhan melengkung bagian
dorsal embrio, sehingga terangkat dari bawahnya, e) Periode antara
(transisi) Perantara periode awal dan akhir. Di sini embrio mengalami
transfor- masi bentuk dan susunan tubuh secara berangsur sehingga akhirnya
men- capai bentuk efinitive yaitu embrio sudah seperti bentuk dewasa,
bentuk dan susunan tubuh merupakan efinitiv setiap spesies hewan. Bagian-
bagian tubuh embrio dari bentuk efinitiv mengalami deferensiasi terperinci
dan lengkap (Yatim, 1990). f) Periode pertumbuhan akhir Pertumbuhan
penyempurnaan bentuk efinitive sampai kelahiran. Bagi hewan yang tidak
berberudu sukar membuat batas antara periode antara dengan periode akhir
sehingga digabung menjadi tingkat organogenesis, yakni proses pembentukan
alat tubuh serat mengkoordinasikannya dalam berbagai sistem (Yatim, 1990).
Tabel 5. Lama Kebuntingan Spesies Lama Kebuntingan Kuda 11 bulan Sapi 9
bulan 10 hari Domba 5 bulan Babi 3 bulan 3 minggu dan 3 hari Anjing 2
bulan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 44 C. Pembentukan Embrio atau Organogenesis Pada periode
embrio/organogenesis ini meliputi pembentukan: 1) Lapisan-lapisan lembaga
(germ layer) a) Endoderm (Lapisan germ yang paling dalam) Pertama tampak
ketika suatu lapisan sel tunggal terdorong keluar dari inner cell mass dan
tumbuh mengelilingi blasto- kul merupakan awal/origo dari sistem digesti,
hepar, pulmo, organ internal lain b) Mesoderm (Lapisan germ/lembaga tengah)
Lapisan sel-sel inner cell mass, yang terdorong di antara endo- derm dan
ektoderm origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem
reproduksi c) Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar) Origo dari sistem
syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme (Toelihere,1979). 2) Trofoblast
akan menjadi: a) Amnion Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus
bantalan untuk proteksi Robek saat kelahiran b) Yolk sac Sebagai cadangan
makanan. Mammalia: atropi c) Allantois Penuh dengan pembuluh darah menyatu
dengan chorion (Allan- tochorion) membawa darah ke chorion d) Chorion
Membran fetus terluar melekat pada induk (Toelihere,1979). D. Tahapan
Perkembangan pada Masa Embrio Tahap – tahap proses perkembangan embrio
yaitu melalui tahap awal perkembangan manusia diawali dengan peristiwa
pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel ovum yang dikenal dengan
peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel individu baru
yang disebut dengan zygote dan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 45 akan melakukan pembelahan diri/pembelahan sel (cleavage) menuju
pertum- buhan dan perkembangan menjadi embrio. 1) Bulan pertama: Sudah
terbentuk organ-organ tubuh yang penting seperti jantung yang berbentuk
pipa, system saraf pusat (otak yang berupa gumpalan darah) serta kulit embrio
berukuran 0,6 cm. 2) Bulan kedua : Tangan dan kaki sudah terbentuk, alat
kelamin bagian dalam, tulang rawan (cartilago). Embrio berukuran 4 cm. 3)
Bulan ketiga : Seluruh organ tubuh sudah lengkap terbentuk, termasuk organ
kelamin luar. Panjang embrio mencapai 7 cm dengan berat 20 gram. 4) Bulan
keempat : Sudah disebut dengan janin dan janin mulai bergerak aktif.
Janinmencapai berat 100 gram dengan panjang 14 cm. 5) Bulan kelima : Janin
akan lebih aktif bergerak, dapat memberikan respon terhadap suara keras
dan menendang. Alat kelamin janin sudah lebih nyata dan akan terlihat bila
dilakukan USG (Ultra Sonographi). 6) Bulan keenam : Janin sudah dapat
bergerak lebih bebas dengan memu- tarkan badan (posisi). 7) Bulan ketujuh
: Janin bergerak dengan posisi kepala ke arah liang vagina. 8) Bulan
kedelapan : Janin semakin aktif bergerak dan menendang. Berat dan panjang
janin semakin bertambah, seperti panjang 35-40 cm dan berat 2500 – 3000m.
9) Bulan kesembilan : Posisi kepala janin sudah menghadap liang vagina. Bayi
siap untuk dilahirkan. E. Hormon yang Berperan dalam Perlembangan Embrio
Mekanisme kerja hormon yang sangat berperan dalam kebuntingan salah
satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/mene- kan kerja
hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang
(menjaga kebuntingan) (Toelihere,1979). Estrogen mempengaruhi pertumbuhan
dari endometrium, sedangkan progesteron mempengaruhi pertumbuhan kelenjar
endometrium.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 46 b) Ternak Unggas Perkembangan embrio ayam terjadi di luar tubuh
induknya. Selama berkembang, embrio memperoleh makanan dan perlindungan
yang dari telur berupa kuning telur, albumen, dan kerabang telur. Itulah
sebabnya telur unggas selalu relatif besar. Perkembangan embrio ayam tidak
dapat seluruhnya dilihat, dengan mata telanjang, melainkan perlu bantuan
alat khusus seperti mikroskop atau kaca pembesar. Namun, untuk
menggambarkan bagaimana perkembangannya, berikut dijelaskan ciri-ciri
embrio pada ayam berbagai umur. Dalam perkembangannya, embrio dibantu
kantung oleh kuning telur, amnion, dan alantois. Kantung kuning yang telur
dindingnya dapat menghasilkan enzim. Enzim ini mengubah isi kuning telur
sehingga mudah diserap embrio. Amnion berfungsi sebagai bantal, se-
dangkan alantois berfungsi pembawa sebagai ke oksigen em- brio,menyerap
zat asam dari embrio, mengambil yang sisa-sisa pencer- naan yang terdapat
dalam ginjal dan menyimpannya dalam alantois, serta membantu alantois,
serta membantu mencerna albumen. 1. Umur Satu Hari Bentuk awal embrio pada hari pertama
belum terlihat jelas, sel benihv berkembang menjadi bentuk
seperti cincin dengan bagian tepinya gelap, sedangkan bagian tengahnya
agak terang. Bagian tengah ini merupakan sel benih betina yang sudah
dibuahi yang dinamakan zygot blastoderm.
Setelah lebih kurang 15 menit setelah pembuahan, mulailah terjadiv pembiakan sel-sel bagian awal perkembangan
embrio. Jadi didalam tubuh induk sudah terjadi perkembangan embrio. 2.
Umur dua hari Bentuk awal embrio hari kedua mulai terlihat jelas. Pada
umur ini sudah terlihat primitive streake – suatu bentuk memanjang dari
pusat blastoderm – yang kelak akan berkembang menjadi embrio. Pada
blastoderm terdapat garis-garis warna merah yang merupakan petunjuk
mulainya sistem sirkulasi darah.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 47 3. Umur tiga hari Pada jantung hari ketiga ini, sudah mulai
terbentuk dan berdenyut serta bentuk embrio sudah mulai tampak. Dengan
menggunakan alat khusus seperti mikroskop gelembung dapat dilihat
gelembung bening, kantung amnion, dan awal perkembangan alantois.
Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan menjadi otak. Sementara
kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi melindungi embrio
dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. 4. Umur empat hari. Di
hari ini, mata sudah mulai kelihatan. Mata tersebut tampak sebagai bintik
gelap yang terletak disebelah kanan jantung. Selain itu jantung sudah
membesar. Dengan menggunakan mikroskop, dapat dilihat otaknya. Otak ini
terbagi menjadi tiga bagian, yaitu otak depan, otak tengah dan otak
belakang. 5. Umur lima hari Pada
hari kelima ini, embrionya sudah mulai tampak lebih jelas.v Kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai
terbentuk. Ekor dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti
huruf C. Dengan menggunakan
mikroskop, dapat dilihat bahwa telahv terjadi perkembangan alat
reproduksi dan sudah terbentuk jenis kelaminnya. Sementara amnion dan
alantois sudah kelihatan. 6. Umur enam hari Pada hari keenam ini
kuncup-kuncup anggota badan sudah mulai terbentuk. Mata sudah tampak
menonjol. Dengan mikroskop dapat dilihat bahwa rongga dada sudah mulai
berkembang dan jantung sudah membesar. Selain itu, dapat dilihat otak,
amnion dan alan- tois, kantong kuning telur, seta paruhnya.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 48 7. Umur tujuh hari Pada umur tujuh hari, paruhnya sudah tampak
seperti bintik gelap pada dasar mata. Dengan menggunakan mikroskop dapat
dilihat bahagian tubuh lainnya sudah mulai terbentuk, yaitu otak dan
leher. 8. Umur delapan hari pada hari kedelapan ini, mata embrio sudah
jelas terlihat. 9. Umur sembilan hari Umur sembilan hari ini lipatan dan
pembuluh darahnya sudah bertambah seta jari kakinya mulai terbentuk. 10.
Umur sepuluh hari Umur sepuluh hari ini biasanya paruhnya sudah mulai keras.
Dengan menggunakan mikroskop dapat dilihat folikel bulu embrio yang mulai
terbentuk. 11. Umur sebelas hari Embrio pada hari kesebelas sudah tampak
seperti ayam. embrio ini menjadi semakin besar sehingga yolk akan menyusut
dan paruhnya sudah mulai terlihat jelas. 12. Umur dua belas hari Embrio
umur dua belas hari sudah semakin besar dan mulai masuk ke yolk sehingga
yolk semakin kecil. Mata sebelah kanan mulai membuka sedikit, sedangkan
telinganya sudah terbentuk dan sudah tampak permulaan pertumbuhan bulu bagian
bawah. 13. Umur tiga belas hari Pada hari ketiga belas, sisik dan cakar
sudah mulai tampak jelas.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 49 14. Umur empat belas hari Perkembahan embrio pada hari keempat
belas ini, punggung telah tampak meringkuk atau melengkung. Sementara bulu
hampir menutupi seluruh tubuhnya. 15. Umur lima belas hari Pada umur lima
belas hari ini, biasanya kepala embrio sudah mengarah kebagian tumpul
bagian telur. 16. Umur enam belas hari Embrio pada umur enam belas hari
sudah mengambil posisi yang baik didalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh
sudah mulai mengeras dan bertanduk 17. Umur tujuh belas hari Pada umur
tujuh belas hari ini, paruh embrio sudah mengarah kekantung udara. 18.
Umur delapan belas hari Pada umur delapan belas hari ini, embrio yang
sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri akan menetas. Jari
kaki, sayap, dan bulunya berkembang dengan baik. 19. Umur sembilan belas
hari Pada umur sembilan belas hari, biasanya paruh ayam sudah siap mematuk
dan menusuk selaput kerabang dalam. 20. Umur dua puluh hari Pada umur dua
puluh hari ini kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga
perut. Embrio ayam ini hampir menempati seluruh rongga di dalam telur,
kecuali kantung udara. Pada hari kedua puluh ini terjadi serangkaian
proses penetasan yang dimulai dengan kerabang mulai terbuka. Untuk membuka
kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya dengan cara mematuk.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 50 Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka, sehingga ayam
dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar pengeringan
selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah.
Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan
bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar. 21. Umur dua
puluh satu hari Dihari ke dua puluh satu ini, ayam sudah membuka
kerabangnya walaupun belum seluruhnya. Dari keadaan ini biasanya tubuh
ayam memerlukan waktu 12 – 18 jam untuk keluar dari kerabang. Setelah
keluar dari kerabang, tubuh masih basah. Agar kering, diperlukan waktu
sekitar 6 – 12 jam, bila sudahkering, ayam tersebut dapat dikeluarkan dari
dalam ruang mesin penetas. I. Kebuntingan Yang dimaksud kebuntingan
dipandang dari segi teknis sebenarnya dimulai sejak saat sel kelamin
betina bersatu dengan sel kelamin jantan didalam saluran alat reproduksi
paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian ampula. Sedangkan Frandson
(1992) mengatakan bahwa ke buntingan berarti keadaan dimana anak sedang
berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Satu periode kebuntingan
adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
kelahiran normal. Pada ternak sapi fertilisasi terjadi setelah 11 sampai
15 jam dari inseminasi/perkawinan. Sedangkan untuk manusia, fertilisasi ini
akan terjadi 14 sampai 15 hari setelah terakhir menstruasi. Pertumbuhan
mahluk baru hasil fertili- sasi atau pembuahan antara ovum dengan
spermatozoa, dapat dibedakan tiga tahap/periode yaitu : periode ovum yaitu periode yang dimulai
dari fertilisasi sampai implan« tasi. Periode embrio yaitu periode dari saat
terjadinya implantasi sampai saat« dimulainya pem bentukan
alat-alat tubuh bagian dalam
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 51 Periode fetus yaitu periode
terakhir yaitu dimulai dari terbentuknya alat-« alat tubuh bagian dalam dan extremitas (anggota
tubuh) sampai terjadi kelahiran. Pengetahuan tentang apakah ternak yang
dipelihara mengalami kebuntingan atau tidak adalah sangat penting. Ada
beberapa cara untuk membantu mendiagnose suatu ternak bunting atau tidak.
Berbagai cara yang dapat dilakukan adalah : ternak tidak mengalami berahi lagi.
Sebagai indikasi kebuntingan yangü cukup sederhana dan efektif
adalah bahwa setelah 45 hari setelah per- kawinan ternak tersebut tidak
berahi lagi. Cara ini akan ada juga mele- setnya karena ada ternak-ternak
tertentu yang mengalami silent heart (berahi tenang). Hal ini bisa
disebabkan karena dalam ovariumnya ter- dapat corpus luteum yang
persisten. perubahan kontur abdomen.
Pada ternak yang bunting maka akan ter-ü jadi penurunan pada dinding
abdominal (pelebaran abdomen).
pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan palpasi per rektum yaituü dengan cara memasukkan tangan dalam rektum dan
meraba organ- organ reproduksi tertentu. Untuk ini dibutuhkan seorang yang
ahli dan terampil. Diagnose kebuntingan ini didasarkan kepada tingkat
perkem- bangan fetus dan perubahan-perubahan pada genetalia dan struktur-
struktur yang terkait pada hewan betina.
Sinar x. Diagnose kebuntingan dengan menggunakan sinar X kurangü begitu efektif dan bermanfaat. Sinar X akan
efektif apabila digunakan untuk menetapkan kebuntingan setelah
tulang-tulang fetus telah me- ngalami kalsifikasi Ultra suara (Ultra sound). Ultra sound
dapat digunakan untuk mende-ü teksi kebuntingan pada berbagai
jenis ternak seperti sapi. Teknik ultra sonik didasarkan kepada timbulnya
bunyi dengan frekuensi yang tinggi (1 sampai 10 juta cycle tiap detik)
melalui jaringan. Uji Biologik
dengan mengamati adanya hormon gonado tropin dalamü serum darah maka dapat di pastikan bahwa ternak
tersebut bunting. Hormon gonadotropin dihasilkan/diproduksi oleh placenta
sewaktu bunting.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 52 Metode pemeriksaan kebuntingan pada berbagai jenis ternak tertera
pada Tabel Tabel. 6. Metode Pemeriksaan Kebuntingan pada Berbagai Jenis
Ternak Spesies Metode yg Digunakan Contoh yg diperlukan Cara Mulai dpt di
pergunakan Sapi Domba Palpasi rektal Biopsi vaginal Ultra suara - Mucosa
vaginal perabaan Histologik Alat elektron 30-35 hari 40 hari 70 hari J. Kelahiran
Ternak dapat melahirkan secara normal tanpa bantuan peternak. Namun
demikian pada beberapa kasus induk kesulitan melahirkan sehing- ga perlu
bantuan peternak. Bantuan diberikan untuk menolong induk, anak dan
mengurangi kerugian peternak. 1. Faktor Penyebab Kesulitan Melahirkan
Sebanyak 80% sapi melahirkan normal. Beberapa pedet mening- gal karena
cedera, dan karena terlambat keluar dari rahim induk. Fak- tor penyebab
ada tiga yaitu dari pedet, induk, dan posisi bayi sapi. 1.1. Pengaruh
Pedet Pedet yang ukurannya terlalu besar menyebabkan kesulitan melahirkan.
Ukuran bayi tergantung dari jenis sapi, pejantan, jenis kelamin bayi, umur
induk, silsilah, dan makanan induk sapi. 1.2. Pengaruh Induk Penyebab
kesulitan induk melahirkan adalah umur dan uku- ran pelvic. Sapi dara
perlu lebih banyak bantuan dari sapi dewasa, hal ini dikarenakan ukuran
sapi dara lebih kecil. Ukuran pelvic (saluran kelahiran) makin besar
sejalan dengan kedewasaan induk. Sapi pada umur 2-3 tahun memiliki pelvic
yang kecil, sehingga memiliki tingkat kesulitan paling tinggi sehingga
perlu bantuan pa- da saat melahirkan. Untuk mengurangi resiko bisa dipilih
mengu- rangi berat pedet dengan seleksi pejantan, dan memilih sapi dara
dengan pelvic yang lebar.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 53 1.3. Posisi Bayi Kurang lebih 5% bayi sapi pada posisi yang tidak
normal. Posisi tersebut antara lain, kaki depan atau kepala terbalik,
pantat didepan, bayi terputar, dll. Hal ini membutuhkan bantuan dokter
hewan untuk mengembalikan bayi ke posisi normal. Jika posisi tidak dapat
dibetulkan perlu mengoperasi induk sapi. Contohposisi abnormal seperti
gambar 2. Tahap Melahirkan Tahap 1. Pra-kelahiran Tahap pra kelahiran (2
sampai 6 jam). Dalam perut induk selama kebuntingan posisi pedet
terlentang. Menjelang kelahiran posisi beru- bah telungkup dengan posisi
kaki dan kepala ke depan saluran ke- lahiran. Seperi tertera pada Gambar
109. Posisi ini memudahkan saat melahirkan dan sedikit hambatan proses
melahirkan. cervic akan mele- bar dan uterus mulai kontraksi. Pada awalnya
kontraksi setiap 15 me- nit, dan kemudian fekuensinya meningkat. Pada
akhir pra kelahiran cervic melebar dan vagina menjadi saluran kelahiran.
Plasenta didorong ke pelvis dan membantu pembesaran cervic. Tahap 2.
Melahirkan Melahirkan normal pada sapi dewasa sekitar 1-2 jam, sedangkan
pada sapi dara lebih lama. Tahap ini dimulai saat pedet memasuki sa- luran
kelahiran, biasanya terjadi pada saat induk berbaring. Proses me- lahirkan
selama 1 jam atau kurang pada sapi dewasa, jika prosesnya lebih dari 2-3
jam maka perlu bantuan untuk melahirkan. Tahap 3 Membersihkan Placenta
akan dikeluarkan dengan kontraksi uterus. Secara nor- mal sapi akan
mengeluarkan palcenta dalam waktu 2 sampai 8 jam. 3. Persiapan Membantu
Melahirkan Proses melahirkan sapi berlangsung selama 2 jam setelah keluar-
nya air ketuban, jika lebih lama maka pedet akan lahir mati atau lemah.
Karena waktu untuk membantu sangat penting maka harus dilakukan pengamatan
sesering mungkin. Untuk Membantu melahirkan, peralatan dan fasilitas harus
disiapkan dengan baik. Alat, kandang, tali penarik
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 54 harus bersih untuk mengurangi kontaminasi. Peralatan yang diperlu-
kan antara lain ember bersih 2 buah, sabun, desinfectan, pelumas, han-
duk, rantai atau tali dan sarung plastik. Isi kedua ember dengan air, pada
satu ember diisi dengan desinfektan. Rendam tali pada larutan desinfektan.
Kendalikan kepala induk dengan tali halter, ikat ekor sapi dengan tali
kecil ke badan atau leher. Bersihkan sekitar anus, vulva dan ekor dengan
air sabun, bilas dengan air pembersih. Jangan merendam han- duk kotor
kedalam ember. Jika sudah bersih keringkan dengan handuk. Cucilah tangan
dan lengan dengan air sabun. Jika dimungkinkan gu- nakan sarung tangan
plastik untuk memeriksa pedet. Beri pelumas pa- da sarung tangan karet.
Jika bantuan melahirkan berat, sarung tangan bisa dilepas karena mudah
sobek. 4. Tahap Membantu Melahirkan 4.1. Setelah pengamatan pada
keterlambatan melahirkan dilakukan, kemudian dilakukan pengujian untuk
mengetahui proses pem- bukaan cervic. Cervic harus cukup membuka agar bayi
sapi dapat lewat. 4.2. Mengetahui poisisi bayi sapi. Jika posisi abnormal
harus dianalisa apakan posisi dapat dikembalikan normal atau memerlukan
ban- tuan dokter hewan. 4.3. Menguji ukuran pedet dan saluran kelahiran.
Pedet besar yang dipaksa melewati pelvic yang baru sedikit membuka akan
menye- babkan pedet mati dan induk cedera. Jika pengujian ini dilakukan
kepala dan kaki pedet masih di dalam saluran kelahiran maka peluang untuk
melakukan operasi cesar akan berhasil. 4.4. Jika pengujian menunjukkan
bahwa bayi dan saluran kering maka harus ditambahkan pelumas, misalnya
menggunakan methylcellu- lose atau (Vaseline®). Jangan menggunakan sabun
karena akan menyebabkan dinding vagina iritasi dan dapat menggangu kesubu-
ran induk. 4.5. Pasang tali pada kaki depan pedet. Ikat masingmasing kaki
dengan posisi pemasangan tali dibawah lutut dan di atas kuku.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 55 Gambar 16. Menerapkan Tarikan untuk Mengeluarkan Bahu 4.6. Pasang
pegangan dan tarik tali pelan-pelan. Pastikan tali tidak se- lip. Walaupun
pada beberapa pedet dapat ditarik kedua kakinya bersamaan, namun
disarankan untuk menarik satu kaki dan di- ikuti kaki lainnya dengan jarak
beberapa cm dibelakang kaki pertama, seperti pada gambar 110. Setelah kaki
keluar maka di- ikuti bahu keluar melevati pelvic. 4.7. Pada saat kepala
dan bahu melewati saluran kelahiran maka uterus dan cervic akan sobek.
Kerusakan tersebut akan menyebabkan in- feksi dan masalah reproduksi di
masa yang akan datang. Karena tekanan memperbesar saluran kelahiran maka
kerusakan dapat dicegah dengan menarik pelanpekan. Cara menarik yang baik
juga akan mencegah induk cedera. 4.8. Jika kaki dan bahu sudah keluar,
putar pedet seperempat putaran untuk membantu pinggul melewati saluran
kelahiran. Jika pemu- taran tidak membantu proses kelahiran, tarik pedet
ke bawah dengan sudut 45* atau hampir sejajar dengan kaki belakang induk.
4.9. Pinggul yang menyumbat dapat menyebabkan masalah serius yang
mengakibatkan pedet mati, jika terjadi pada induk yang rebah, dorong balik
bayi kebelakang sedikit dan putar pedet seperempat putaran, kemudian tarik
kaki depan kearah pinggul atau sisi induk. Jika kita tidak dapat memutar
pedet, tempatkan kaki pedet diantara kaki belakang induk dan tariklah.
Jika kelahiran tertunda pastikan pedet bernafas secara normal setelah tali
pusar diikat.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 56 4.10. Setelah pedet keluar dikategorikan darurat, karena tali
pusar di ikat antara bayi dan pelvis. Hal ini berarti aliran darah
diperlambat dan bayi dapat mati atau otak rusak, untuk itu proses
kelahiran harus cepat. 4.11. Jika proses kelahiran sangat sulit maka
diambil tindakan operasi cesar dan tindakan jangan sampai terlambat. 4.12.
Proses menarik pedet boleh dilakukan oleh peternak yang ber- pengalaman
atau dokter hewan. Jika tindakan tidak benar dapat merusak induk dan
anaknya. 5. Tindakan Setelah Melahirkan Setelah pedet lahir, bersihkan
lendir dari mulut dan kerongko- ngan pedet dengan tangan kita. Jika
diperlukan kita dapat menstimu- lasi agar pedet bernafas dengan cara
menggosok dengan berulangulang, menggelitik lubang hidung atau menepuk
dengan telapak tangan. Nafas buatan dapat diberikan dengan cara sbb:
pasang sepotong selang pada hidung pedet, tutup lubang hidung dan mulut
dan tiupkan udara mela- lui selang ke dalam hidung untuk memberi respirasi
udara. Ulangi setiap 5-7 detik sampai pedet bernafas. Cara lain dengan
cara menekan dada berulang-ulang. 6. Masalah Paska Kelahiran 6.1. Turunnya
Kadungan (Uterus) Uterus dapat turun akibat terjadi kevakuman pada uterus.
Kadang-kadang disebabkan oleh cara menarik pedet yang terlalu cepat. Kasus
ini dapat menyebabkan induk mati jika tidak diberi perlakukan dengan cara
yang benar sesegera mungkin. Induk harus dilatih berdiri segera setelah
melahirkan untuk mencegah turunnya kandungan. 6.2. Plasenta Tertahan
Membran plasenta akan dikeluarkan dalam waktu 2-8 jam setelah melahirkan.
Kadang-kadang plasenta gagal memisahkan diri dari uterus. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan dan masalah perkembangbiakan. Belum semua
penyebab terting- galnya plasenta diketahui, dalam beberapa kasus
dipengaruhi
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 57 oleh beberapa penyakit. Kasus ini biasanya dikuti dengan kesu-
litan melahirkan, melahirkan ganda dan jarak melahirkan yang pendek. Ada
berbagai pendapat untuk mengatasi plasenta yang tertinggal. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengambilan pla- senta secara manual dapat
menyebabkan komplikasi. Untuk in- duk yang menunjukkan tidak ada kelainan
vagina, produksi susu dan selera makan tidak perlu mendapat perlakukan.
Jika perla- kuan antibiotik diberikan pada uterus, harus dijaga kebersihan
peralatan yang digunakan agar tidak menyebabkan infeksi yang lain. Aplikasi
antibiotik dengan suntikan atau intra uterus harus mendapat perhatian agar
tidak memberikan residu pada produksi susu dan daging.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 58 MEMILIH BIBIT TERNAK 1) Asal Usul Ternak a. Ruminansia Sapi atau
lembu adalah hewan ternak anggota suku Bovidae dan anaksuku Bovinae. Sapi
dipelihara terutama untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai pangan
manusia. Hasil sampingan, seperti kulit, jeroan, tanduk, dan kotorannya
juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia. Di sejumlah tempat,
sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi, pengolahan lahan
tanam (bajak), dan alat industri lain (seperti peremas tebu). Karena
banyak kegunaan ini, sapi telah menjadi bagian dari berbagai kebudayaan
manusia sejak lama. Kebanyakan sapi ternak merupakan keturunan dari jenis
liar yang dikenal sebagai Auerochse atau Urochse (dibaca auerokse, bahasa
Jerman berarti "sapi kuno", nama ilmiah: Bos primigenius[1]),
yang sudah punah di Eropa sejak 1627. Namun demikian, terdapat beberapa
spesies sapi liar lain yang keturunannya didomestikasi, termasuk sapi bali
yang juga diternakkan di Indonesia. Bos taurus Sapi Hereford (sapi pedaging)· Sapi
Aberdeen Angus (Angus) (sapi pedaging)· Sapi Simmental/Metal (sapi pedaging)· Sapi
Holstein (sapi perah)· Bos indicus (sapi zebu) Sapi Brahman (sapi pedaging dan penarik)· Sapi
Ongole, keturunan Brahman (sapi pedaging)· Bos javanicus domesticus Sapi bali (sapi pedaging)· Bos gaurus frontalis Gayal· Bos mutus grunniens Yak ternak· Ras hibrida
Sapi brangus (keturunan persilangan Angus dan Brahman)· Sapi
madura (banteng x Brahman)·
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 59 Sapi PO/sapi jawa (Sumba
Ongole x sapi jawa lokal)· b. Unggas Ayam peliharaan
(Gallus gallus domesticus) adalah unggas yang biasa dipelihara orang untuk
dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Ayam peliharaan
(selanjutnya disingkat "ayam" saja) merupakan keturunan langsung
dari salah satu subspesies ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan
merah (Gallus gallus) atau ayam bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang
antarras ayam telah menghasilkan ratusan galur unggul atau galur murni
dengan bermacam-macam fungsi; yang paling umum adalah ayam potong (untuk
dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil telurnya). Ayam biasa dapat pula
dikawin silang dengan kerabat dekatnya, ayam hutan hijau, yang
menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal sebagai ayam bekisar.
Dengan populasi lebih dari 24 miliar pada tahun 2003, Firefly's Bird
Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di dunia ini daripada
burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam pangan: daging ayam
dan telur. Taksonomi Ayam : Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas:Aves
Ordo: Galliformes Famili: Phasianidae Genus: Gallus Spesies:G. gallus 2)
Klasifikasi Ternak Ayam peliharaan (Gallus gallus domesticus) adalah
unggas yang biasa dipelihara orang untuk dimanfaatkan untuk keperluan
hidup peme- liharanya. Ayam peliharaan (selanjutnya disingkat
"ayam" saja) merupakan keturunan langsung dari salah satu subspesies
ayam hutan yang dikenal sebagai ayam hutan merah (Gallus gallus) atau ayam
bangkiwa (bankiva fowl). Kawin silang antar ras ayam telah menghasilkan
ratusan galur ung-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 60 gul atau galur murni dengan bermacam-macam fungsi; yang paling
umum adalah ayam potong (untuk dipotong) dan ayam petelur (untuk diambil
telurnya). Ayam biasa dapat pula dikawin silang dengan kerabat dekatnya,
ayam hutan hijau, yang menghasilkan hibrida mandul yang jantannya dikenal
sebagai ayam bekisar. Dengan populasi lebih dari 24 miliar pada tahun
2003, Firefly's Bird Encyclopaedia menyatakan ada lebih banyak ayam di
dunia ini daripada burung lainnya. Ayam memasok dua sumber protein dalam
pangan: daging ayam dan telur. Ayam peliharaan berasal dari domestikasi
ayam hutan merah (ayam bangkiwa, Gallus gallus) yang hidup di India. Namun
demikian, pengujian molekular menunjukkan kemungkinan sumbangan plasma
nutfah dari G. sonneratii, karena ayam hutan merah tidak memiliki sifat
kulit warna kuning yang menjadi salah satu ciri ayam peliharaan. Ayam
menunjukkan perbedaan morfologi di antara kedua tipe kela- min (dimorfisme
seksual). Ayam jantan (jago, rooster) lebih atraktif, beruku- ran lebih
besar, memiliki jalu panjang, berjengger lebih besar, dan bulu ekornya
panjang menjuntai. Ayam betina (babon, hen) relatif kecil, berukuran
kecil, jalu pendek atau nyaris tidak kelihatan, berjengger kecil, dan bulu
ekor pendek. Perkelaminan ini diatur oleh sistem hormon. Apabila terjadi
gangguan pada fungsi fisiologi tubuhnya, ayam betina dapat berganti
kelamin menjadi jantan karena ayam dewasa masih memiliki ovotestis yang
dorman dan sewaktu-waktu dapat aktif. Sebagai hewan peliharaan, ayam mampu
mengikuti ke mana manusia membawanya. Hewan ini sangat adaptif dan dapat dikatakan
bisa hidup di sembarang tempat, asalkan tersedia makanan baginya. Karena
kebanyakan ayam peliharaan sudah kehilangan kemampuan terbang yang baik,
mereka lebih banyak menghabiskan waktu di tanah atau kadang- kadang di
pohon. Ayam berukuran kecil kadang-kadang dimangsa oleh unggas pemangsa,
seperti elang.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 61 Macam-macamnya Gambar 17: Ayam Sumatra Karena ayam termasuk unggas
peliharaan populer dan murah, muncul berbagai istilah teknis akibat
kegiatan penangkaran dan peternakan ayam. Berdasarkan fungsi Menurut
fungsinya, orang mengenal ayam
pedaging atau ayam potong (broiler), untuk dimanfaatkan dagingnya;· ayam
petelur (layer), untuk dimanfaatkan telurnya;· ayam hias
atau ayam timangan (pet, klangenan), untuk dilepas di· kebun/taman atau dipelihara dalam kurungan
karena kecantikan penampilan atau suaranya (misalnya ayam katai dan ayam
pelung; ayam bekisar dapat pula digolongkan ke sini meskipun bukan ayam
peliharaan sejati); ayam sabung,
untuk dijadikan permainan sabung ayam.· Istilah ayam sayur dipakai
untuk ayam kampung atau ayam aduan yang selalu kalah, dan tidak diseleksi
khusus sebagai ayam pedaging. Berdasarkan ras Gambar 18. Ayam
"bantam" adalah istilah bahasa Inggris untuk ayam katai atau
setengah katai hasil seleksi.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 62 Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras,
atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu
yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha
komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok
ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan
untuk usaha komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai
dikembangkan (dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau
untuk acara ritual. Berikut ini adalah ras lokal ayam di Nusantara yang
telah dikembangkan untuk sifat/penampilan tertentu: ayam pelung, ras lokal dan unggul dari
Priangan (Kabupaten Cianjur) yang· memiliki kokokan yang khas
(panjang dan bernada unik), termasuk ayam hias; ayam kedu (termasuk ayam cemani), ras
lokal dan mulia dari daerah Kedu· dengan ciri khas warna hitam
legam hingga moncong dan dagingnya, termasuk ayam pedaging dan ayam
hias; ayam nunukan, ras lokal dan
mulia dari Nunukan, Kaltim, dengan bentuk· badan tegap dan ukuran besar, keturunan ayam
aduan, termasuk ayam pedaging dan hias; Gambar 19. Ayam walik putih.
Terdapat pula beberapa istilah untuk menyebut penampilan fenotipe khas
tertentu namun sifat itu tidak selalu eksklusif milik ras tertentu, seperti ayam walik (frizzle), ayam dengan bulu
yang tidak menutupi badan tetapi· tegak berdiri; ayam bali, ayam dengan leher tidak
berbulu dan jambul di kepalanya,· sekarang mulai
dibiakmurnikan; ayam katai
(bantam), istilah umum untuk ayam dengan ukuran kecil· (proporsi panjang kaki dengan ukuran badan lebih
kecil daripada ayam
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 63 "normal"), terdapat berbagai ras lokal dan ras murni
seleksi yang masuk kategori ini;
ayam ketawa, ayam (jantan) seleksi dengan suara kokok terputus-putus· seperti orang tertawa, diduga pertama kali
sengaja diseleksi di Sulawesi Selatan, tetapi sekarang telah tersebar di
berbagai tempat. 3) Ciri-ciri ternak yang baik secara eksterior Ternak
Ruminansia Ternak ruminansia adalah ternak yang memiliki empat bagian
perut, yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum serta usus. Dengan
sistem pencernaan demikian itulah maka kebutuhan nutrisi dan kemampuan
ternak ruminansia dalam memanfaatkan pakan sangat menarik untuk dicermati.
Adapun yang termasuk ke dalam ternak ruminansia dihubungkan dengan hasil
produksinya adalah : 1. Sapi 2. Kerbau 3. Domba 4. Kambing 5. Rusa Selain
ternak ruminansia terdapat juga : 1. Ternak unggas, yaitu : ayam ras
pedaging, ayam ras petelur, ayam kampung pedaging, ayam kampung petelur,
itik pedaging, itik petelur, dan puyuh. 2. Ternak monogastrik, yaitu :
kuda, babi dan kelinci. Ternak ruminansia pada umumnya oleh masyarakat
banyak dipelihara dengan tujuan sebagai ternak potong yaitu untuk dipotong
dan diambil dagingnya, ternak perah untuk diambil air susunya dan sebagai
ternak pekerja yaitu diambil tenaganya untuk digunakan membajak sawah,
kendaraan dan karapan. Sapi Potong Bangsa-bangsa sapi potong yang banyak
dipelihara di indonesia ada 2 jenis yaitu bangsa sapi lokal asli Indonesia
dan bangsa sapi luar negeri. Bangsa sapi asli Indonesia seperti: sapi
ongol, sapi bali, dan sapi madura.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 64 Sedangkan bangsa sapi luar yang banyak dibudidayakan di Indonesia
sebagai sapi potong yaitu: sapi Brahman, sapi Limosin, Sapi Simental, dan
sapi Angus. 1. Sapi Ongol Sapi ongole termasuk sapi zebu yang berasal
dariindiadengan ciri-ciri sebagai berikut : Berpunuk pada punggungnya, telinga besar
dan menggantung sertaØ bertanduk. Terdapat lipatan kulit (gelambir) di
bawah leher dan perut. - Warna kulitØ putih dengan bagian pinggul,
leher dan sebagian kepala berwarna abu-abu atau putih kehitaman. Berat badan dapat mencapai 450 kg untuk
sapi yang betina dan 600 kgØ untuk sapi yang jantan. -
Rata-rata pertambahan berat badan harian (ADG) dapat mencapai 0,4-0,6 kg/
hari dengan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang dapat
mencapai 0,28 kg/hr. Ciri yang khas
dari sapi ongole ini yaitu adanya warna hitam yangØ mengelilingi lubang mata yang biasa disebut cicin
mata. 2. Sapi Bali Sapi bali Sapi bali merupakan sapi asliIndonesiadari
hasil domestikasi Bos Banteng, dengan ciri-ciri sebagai berikut : Warna merah bata sampai coklat kehitaman
dengan warna putih pada kakiv mulai dari dengkul depan dan
belakang (/tarsus/carpus/) kebawah, bagian bibir bawah, bagian pantat
dengan bentuk seperti lingkaran.
Terdapat garis hitam (garis belut) pada bagian punggung yang
dimuali dariv leher sampai pangkal
ekor. Baik sapi bali jantan maupun
beina memiliki tanduk. - Berat badan sapiv bali betina dapat mencapai 300 kg dan yang
jantan dapat mencapai 400 kg. Sapi
bali mempunyai temperamen yang tinggi sehingga sifat liar masihv terlihat. Sapi bali ini merupakan sapi lokal
yang memiliki tipe pedaging karena persentase karkas dapat mencapai 56,9
%.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 65 3. Sapi Madura Sapi madura Sapi madura merupakan persilangan
antara Bos Indicus dan Bos Sondaicus, dengan ciri-ciri : Warna coklat/merah bata, berpunuk kecil,
tanduk melengkung setengah« bulat menuju depan. Berat badannya dapat mencapai 200 kg
untuk sapi betina dan sapi yang« jantan dapat mencapai 300
kg. Persentase karkas dari sapi
madura ini dapat mencapai 48 %. Sapi ini« banyak di temui di Pulau madura, kangean, masa
lembu, sapudi dan beberapa kabupaten di Jawa timur 4. Sapi Brahman Bangsa
sapi brahman berasal dari negaraIndiadan termasuk golongan sapi zebu yang
memiliki ukuran medium. Ciri-ciri dari sapi brahman ini sebagai berikut
: Sapi brahman mempunyai tanduk dan
warna bulunya bervariasi mulai dariØ abu-abu sampai merah. Terdapat punuk yang sangat besar pada
punggungnya dan memiliki lipatanØ kulit (gelambir) dari bawah
leher sampai perut yang cukup besar. - Telinga lebar dan menggantung
terkulai. Berat lahir anak sapi
brahman ini tergolong medium tetapi memilikiØ ukuran berat sapih yang tergolong ringan. Berat badan dari sapi brahman betina
dewasa dapat mencapai 585 kgØ sedangkan sapi brahman yang
jantan dewasa dapat mencapai lebih dari 900 kg. Sapi brahman mempunyai sifat-sifat yang
hanya dipunyai olah bangsa sapiØ tertentu, yaitu ketahanan
terhadap kondisi yang sangat minimal (buruk), mempunyai toleransi terhadap
panas, kemampuan mengasuh anak baik, daya tahan terhadap penyakit dan
parasit (resistensi) baik. Sapi
brahman ini sangat cocok untuk dipersilangkan guna menghasilkanØ /hybrid vigor /yang tinggi. Rata-rata pertambahan berat badan harian
(ADG) dapat mencapai 0,9 kg/Ø hari.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 66 Kelemahannya yaitu
toleransi yang rendah suhu udara yang rendah danØ memiliki tingkat kesuburan (fertilitas) yang
rendah. Bangsa sapi brahman ini dikembangkan di daerah panas seperti
Kabupaten Pati, Rembang, Kudus, Jepara, blora, Grobogan, Banyumas,
Kebumen, dan Purworejo. Hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG yang
dapat mencapai 0,55 kg/hr. 5. Sapi Limosin Sapi Limousine merupakan
keturunan sapi eropa yang berkembang di Perancis. Tingkat pertambahan
.badan .yang. cepat.perharinya 1,1.kg. Ukuran tubuhnya besar dan panjang
serta dadanya besar dan berdaging tebal. Bulunya berwarna merah mulus.
Sorot matanya tajam, kaki tegap dengan warna pada bagian lutut kebawah
berwarna terang. Tanduk pada sapi jantan tumbuh keluar dan agak
melengkung. Bobot sapi jantan 850 kg dan betina 650 kg. 6. Sapi Simental
Bangsa sapi simental ini berasal dari negaraswitzerlanddan merupakan salah
satu bangsa sapi yang paling terkenal di eropa, dengan ciri-ciri sebagai
berikut : Sapi simmental ini
berwarna merah dan bervariasi mulai dari merah gelapØ sampai hampir kuning, totol-totol serta mukanya
berwarna putih. Bentuk badan dari
sapi simmental ini panjang, padat dan kompak.Ø Sapi ini
terkenal karena memiliki kemampuan menyusui anaknya denganØ baik serta pertumbuahan yang cepat dengan
penimbunan lemak di bawah kulit rendah.
Tergolong sapi yang berukuran berat, baik pada saat kelahiran,
penyapihanØ maupun saat mencapai
dewasa.dengan pertumbuhan yang baik.
Berat badan dapat mencapai 800 kg untuk sapi yang betina sedang
untukØ sapi yang jantan dapat
mencapai 1150 kg. Bangsa sapi simmental ini di Indonesia dikembangkan di
daerah Kabupaten Batang dan hasil silangnya (keturunannya) memiliki ADG
yang dapat mencapai sebesar 1,0 kg/hari.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 67 7. Sapi Angus Bangsa sapi angus ini berasal dari negara skonlandia
yang diimpor ke amerika untuk disilangkan dan dikembangkan guna
meningkatkan industri sapi pedaging. Bangsa sapi angus memiliki
ciri-cirinya, yaitu : Sapi angus
ini warnanya hitam dengan bulu yang halus dan tidakü bertanduk.
Ukuran badannya relatif kecil yaitu yang jantan dapat mencapai
beratü badan sampai 850 kg sedang
yang betina mencapai 675 kg. Berat
lahir dan berat sapihnya termasuk golongan kecil.ü
Sifat-sifat yang menonjol dan mempunyai arti penting adalah tahanü terhadap hawa dingin, mempunyai kemampuan
memelihara anak, fertili- tasnya tinggi.
Kualitas karkas istimewa dengan tulang-tulang yang kecil,
perdaginganü baik dan persentase lemak yang
rendah. Rata-rata pertambahan berat
badan harian (ADG) dapat mencapai 1,1 kgü sampai 1,2 kg/hari. Bangsa sapi ini di Indonesia
dikembangkan di daerah Kabupaten Sragen dan hasil silangnya (keturunannya)
memiliki ADG sebesar 0,58 kg per hari TERNAK PERAH Sapi Tipe Perah Sapi
perah adalah sapi-sapi yang mempunyai kemampuan memproduksi air susu dalam
jumlah yang cukup banyak. Sapi perah pada umumnya mempunyai bentuk tubuh
46 bagian belakang melebar kesegala arah sehingga terdapat kebebasan untuk
pertumbuhan ambing atau mempunyai bentuk trapesium. Jenis sapi perah
antara lain: Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi Grati Sapi Jersey Sapi
Sahiwal Sapi Brown swiss Sapi Guernsey Sapi Ayrshire Australian Illawara
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 68 Shorthorn Sapi Autralian Milking Zebu 1. Sapi FH (Friesian
Holstein) Sapi FH sangat populer sebagai sapi perah. Pertama dibawa dari
pulau Fries Land barat Belanda dan sebagian dari Australia serta Selandia
baru, Amerika, Kanada, dan Jepang. Warnanya putih dan hitam dan sangat
disukai peternak. Sapi FH memiliki performansi yang baik sebagai penghasil
daging dan susu. Distribusinya sebagian di dataran tinggi (700 m di atas
permukaan laut) dengan temperatur antara 16-23º C, lembab dan basah di
pulau Jawa. Contoh gambar sapi FH betina tertera pada Gambar 1. Sapi
Holsteins dapat dikenali dengan cepat dari warnanya yaitu putih dan
hitam/merah serta produksi susunya yang tinggi. Berat pedet yang baru
lahir dapat mencapai 45 kg, berat dewasa dapat mencapai 750 kg dengan
tinggi 58 inchi. Sapi dara dapat dikawinkan pada umur 15 bulan, jika berat
badan sudah mencapai 400 kg, diharapkan umur pada waktu pertama kali
melahirkan antara 24-27 bulan. Lama kebuntingan sekitar 9 bulan. Dengan
lama produksi sekitar 6 tahun. Produksi susunya di Amerika 8.000 liter
dengan lemak 330 kg dan protein 275 kg per ekor per tahun. Di Indonesia
produksi susu masih rendah, pertahun berkisar 3.000 liter. Gambar 20. Sapi
FH (Friesian Holstein)
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 69 Sapi Grati Sapi grati merupakan hasil persilangan sapi FH dengan
sapi Jawa- ongole. Sapi Grati dikembangkan di dataran rendah di daerah
Grati, Jawa Timur. Populasi sapi Grati sekitar 10.000 ekor. Sapi Jersey
Sapi Jersey berasal dari pulau Jersey di Inggris, digunakan sebagai penghasil
susu. Ukuran sapi kecil berkisar 360 sampai 540 kg untuk sapi betina dan
540 sd 820 kg untuk sapi pejantan. Kandungan lemak susu pada susu sapi
jersey tinggi. Jenis sapi ini belum ada di Indonesia. Warna sapi
bervariasi dari abu-abu terang sampai hitam. Paha, kepala dan bahu sapi
warnanya lebih gelap daripada warna tubuhnya. Gambar sapi Jersey betina
tertera pada Gambar 2. Gambar 21. Sapi Jersey Bangsa Sapi Tropis Perah :
Tabel 7a : Produksi Sapi Perah Bangsa Sapi Tropis Produksi Asal Daerah
Sahiwal 2500-3000 kg/tahun Punyab, distrik montgo mery, Pakistan Red
Sindhi 2000 kg/tahun Karachi, Hyderabad dan Kohistan Gir 2000 liter/tahun
semenanjung Kathiawar dekat Bombay di India PFH (Peranakan Friesian
Holstein) atau Sapi Grati 2500-3000 liter per laktasi Indonesia Selain
sapi ternak perah yang dipelihara untuk diambil air susunya yaitu: kerbau
dan kambing
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 70 Bangsa Kerbau Perah : Tabel 7b : Produksi Kerbau Perah Bangsa
Kerbau Perah Produksi Asal Daerah Murrah 1400 – 2000 kg/ekor/laktasi India
di negara bagian Haryana, Punyab dan Delhi Nili – Ravi 1600 kg/laktasi
India Mehsana 1300 – 1800 kg/laktasi Gujarat dan bagian dari Maharashtra,
India Surti 1590 – 1730 kg/laktasi Negara bagian Gujarat dan sungai Mahi
di India Zaffarabadi atau Jafarabadi 1800 – 2700 kg/laktasi Gir negara
bagian Gujarat Kerbau lumpur 1,5 –2,5 liter/ekor/hari Indonesia
Bangsa-bangsa Kerbau Perah 1. Kerbau Murrah Bangsa kerbau ini termasuk
paling penting di India dan beberapa negara, terdapat pula di Indonesia
yang dipelihara di Sumatra Utara oleh orang-orang keturunan Sikh, India.
Terdapat pula peranakan kerbau Murrah di Jawa Tengah hasil persilangan
dengan kerbau rawa. Asal; India di negara bagian Haryana, Punyab dan
Delhi. Ciri-ciri Umum Efisien menghasilkan
susu yaitu 1400 – 2000 kg/ekor/laktasi selama 9 –ü 10 bulan dengan kadar lemak 7 – 8 %. Kepalanya relatif kecil dibandingkan
dengan badannya yang relatif besar.ü Bentuk badan pada betina kecil
dibandingkan dengan jantan yang besarü dan kasar. Bobot badan pada jantan dewasa 450 – 800
kg dan betina 350 – 700 kg.ü Tinggi pundak pada jantan dewasa 142 cm
dan betina 133 cm.ü Telinga kecil, tipis dan tergantung.ü Tanduk
pendek melingkar ke arah atas dan ke belakang.ü Leher
pada jantan panjang sedangkan pada betina ramping.ü Dada
lebar, kaki pendek, lurus dan kuat dengan kuku besar dan hitam.ü Ambing
pada betina besar, dan bertuknya baik serta mempunyai pembuluhü darah balik (vena) yang menonjol. Puting ambing bentuknya simetris dan
panjang serta jaraknya baik.ü
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 71 Ekor panjang dan ramping
sampai mencapai persendian tarsus (per-ü gelangan kaki) dan biasanya
ujung rambut ekornya berwarna putih.
Kulit umumnya berwarna hitam, tipis, lunak dan mudah dilipat denganü rambut/bulu sedikit pada saat kerbau dewasa. 2.
Kerbau Nili – Ravi Sebelum tahun 1938 Nili dan Ravi dianggap sebagai
bangsa yang berbeda serta merupakan varietas bangsa kerbau Murrah, tetapi
sejak tahun 1960 dua bangsa kerbau tersebut karena memiliki ciri-ciri yang
sama dianggap satu bangsa yaitu Nili-Ravi. Bangsa kerbau ini merupakan
salah satu kerbau yang terbaik produksi susunya setelah kerbau Murrah.
Produksi susu kebau Nili- Ravi hampir sama dengan produksi susu kerbau
Murrah. Asal; . Ciri-ciri Umum : a) Kepala panjang, cungur yang baik dan
lubang hidung yang lebar. b) Kepala bulat dan cembung bagian atasnya,
berlekuk diantara kedua matanya, dengan tulang hidungnya yang menonjol. c)
Tanduk kecil tetapi lebar, tebal dan melingkar lebih rapat dari kerbau
Murrah. d) Pada kepala dan mukanya terdapat rambut yang lebih kasar dari
rambut bagian badan lainnya dan dagunya menonjol. e) Leher pada jantan
padat dan kuat, sedang pada betina panjang, ramping dan baik. f) Ekornya
panjang sampai rambut ekornya mencapai tanah. g) Warna kulit hitam tetapi
didapatkan pula yang berwarna coklat. h) Terdapat warna putih pada dahi,
muka, cungur, kaki dan rambut ekor. i) Bobot badan jantan dewasa rata-rata
600 kg dan pada betina 450 kg. j) Ambing besar dan bentuknya simetris, putting
panjang dan berjarak sama. k) Pembuluh darah ambing panjang berkelok-kelok
dan menjolok. l) Produksi susu + 1600 kg/laktasi selama 250 hari/laktasi.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 72 2. Kerbau Mehsana Kerbau Mehsana adalah hasil perkawinan silang
antara kerbau Surti dan Murrah, karena ciri-cirinya sama seperti kedua
bangsa kerbau tersebut. Asal; Daerah Gujarat dan bagian dari Maharashtra,
India. Ciri-ciri Umum : a) Bobot badan dewasa berkisar 350 – 550 kg,
badannya dalam dan kaki relatif pendek. Jantan lebih berat dari pada
betina. b) Tanduk melengkung bervariasi dari bentuk sabit sampai
melingkar. c) Leher panjang dan ramping. d) Ambing pada betina bentuknya
simetris, putting sedikit tebal, panjang. e) Produksi susu bervariasi dari
1300 – 1800 kg/laktasi selama 300 hari/laktasi. f) Kulit tipis, lunak dan
mudah dilipat serta warna umumnya hitam. g) Jinak mudah diprlihara dalam
kanadang maupun di padang penggembalaan. 3. Kerbau Surti Kerbau Surti
dikrnal pula dengan nama Desi, Nadiadi, Deccani atau Gujarati. Asal; Di
Daerah Negara bagian Gujarat yang terletak antara sungai Sabarmati dan
sungai Mahi di India. Ciri-ciri Umum : a) Bentuk badannya baik dan
besarnya medium. b) Tanduk berbentuk sabit, pada betina lebih kecil sedang
pada jantan besar dan kuat. Didapat pula tanduk yang memanjang ke belakang
sejajar dengan leher atau tanduknya mengarah ke bawah dank e belakang
dengan ujung membelok ke atas membentuk kait. c) Kepala panjang sedikit
lebar dan bulat di antara ke dua tanduk. d) Ekor agak panjang, ramping dan
lentur, kerapkali rambut ekornya berwarna putih. e) Ambing bentuknya baik,
puting medium dan terletak dalam segi empat, pembuluh darah ambing banyak
dan menjolok. f) Kulit agak tebal, tetapi masih dapat dilipat, lunak dan
licin dengan rambut yang jarang.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 73 g) Kulit ambing lebih lunak dan berwarna merah muda. h) Warna
kulit badan hitam atau cokat tembaga. i) Produksi susu bervariasi antara
1590 – 1730 kg/laktasi selama 10 bulan. j) Kadar lemak susu tinggi 7,8 –
10,5 % dengan rata-rata 8,9 %. 4. Kerbau Zaffarabadi atau Jafarabadi
Kerbau ini merupakan hewan yang kuatdan padat. Asal; Pada mulanya
didapatkan dihutan Gir daerah negarabagian Gujarat sekitar kotaZaffarabad.
Ciri-ciri Umum : a) Dahi cembung. b) Tanduknya panjang dan berat, berkerut
serta tergantung, ujung melengkung ke atas. c) Bentuk tanduk ini merupakan
cirri khas kerbau Jafarabadi. d) Telinga besar dan tergantung. e) Leher
tebal dan lebar. f) Badan panjang, lebar dan gemuk. g) Bergelambir dan
dada padat. h) Bobot badan dewasa pada jantan rata-rata 590 kg, dan betina
454 kg. i) Badan umumnya berwarna hitam, tetapi kadang-kadang didapatkan
tanda-tanda putih pada muka dan kaki di bawah lutut. j) Ambing bentuknya
baik dan lebar, produksi susu bervariasi antara 1800 – 2700 kg/laktasi.
Tabel 7c : Produksi Kambing Perah Bangsa Kambing Produksi Asal Daerah
Etawah atau Jamnampari 569 kg per laktasi India, Asia Tenggara Saanen
Swiss Toggenburg Swiss Anglo Nubian 2-4 kg per hari India dan Nubian
Nubian Afrika French Alpine Alpine di Perancis British Alpine 4,5 kg
perhari Swiss, Alpine Austria Damaskus 3-4 liter perhari Libang,
Syria,Cyprus Beekal 105 kg per laktasi Punyab India, Rawalpindi dan Lahore
di Pakistan barat Barbari 144 kg per laktasi Pakistan barat
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 74 Diperkirakan terdapat 300 bangsa kambing di seluruh dunia yang
tersebar di daerah tropis maupun subtropics. Kambing-kambing tersebut
dikelompokkan berdasarkan daerah penyebaran dengan disertai petunjuk
produktivitas, karakteristik, dan potensinya. Biasanya bangsa kambing yang
diternak untuk penghasil daging, kulit, dan bulu yang baik, hasil susunya
sangat rendah. Disebut kambing potong unggul bila memiliki cita rasa
daging yang banyak disukai dan perkawinannya tak kenal musim sehingga
produksi dagingnya dapat dikelola sepanjang tahun. Namun, yang lebih utama
adalah sifatnya prolific (beranak kembar). Dengan jumlah anak per
kelahiran yang selalu kembar, maka akan cepat menghasilkan populasi anak
yang banyak. Jika pembesaran kambing potong disertai dengan manajemen
pemeliharaan yang baik, produksi dagingnya pun akan lebih banyak Berikut
ini beberapa bangsa kambing yang potensial dikembangkan untuk ternak
potong penghasil daging. Beberap di antaranya juga sebagai penghasil kulit
dan bulu yang mahal harganya. 1. Kambing Angora Kambing angora asli
berasal dari daerah Asia Tengah. Kambing ini merupakan persilangan antara
Capra aegagrus dengan Capra fasconeri. Dipelihara terutama untuk produksi
mohair yaitu bulu kambing yang halus selembut sutera dan daging. Meskipun
merupakan penghasil bulu, kambing ini dapat pula dikembangkan menjadi
ternak penghasil daging. Bobot kambing jantan dewasa sekitar 55 – 80 kg,
sedangkan betina sekitar 35 – 45 kg. Kambing angora bisa hidup dengan baik
di daerah tropic yang keadaannya kering. Gambar 22. kambing angora
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 75 2. Kambing Achondroplastik Ternak ini tergolong kambing kerdil
berkaki pendek. Tingginya sekitar 50 cm, dan berat kambing dewasa sekitar
20 kg. penyebarannya terdapat di dekat jalur hutan dan savana Afrika Barat
dan Afrika Tengah. Kambing ini sangat baik diternakkan di daerah tropis
yang berhawa lembap karena mudah sekali menyesuaikan diri dengan iklim
setempat dan tahan terhadap trypanosomiasis. Kambing kerdil ini merupakan
kambing pedaging dengan mutu daging yang baik. Bila dipelihara dengan baik
mudah sekali menghasilkan anak kembar dua atau tiga. Perkawinan hamper tak
mengenal musim karena bisa terjadi sepanjang tahun. Namun, pertumbuhan
tubuhnya lambat. Gambar 23. kambing achondroplastik 3. Kambing Bari Ternak
ini tergolong kambing kecil. Banyak terdapat di daerah Sind (Pakistan).
Kambing dewasa rata-rata beratnya 20 – 30 kg. Berat karkas 10 – 14 kg.
Keunggulannya bersifat prolifik, yaitu setiap kelahiran biasanya beranak
kembar 2 – 3 ekor. Meskipun kambing ini tergolong kecil, tetapi sangat
cocok dikembangkan menjadi ternak kambing penghasil daging. 4. Kambing
benggala hitam Kambing benggala hitam tergolong kambing kecil. Kambing ini
tersebar luas di Assam dan Bangladesh bagaian utara. Bobot dewasa kambing
pejantan hanya sekitar 13 kg dan betina 9 kg. Kambing ini terkenal sebagai
black bengal.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 76 Kambing ini merupakan ternak penghasil daging dengan produksi susu
yang sangat sedikit. Kambing ini menghasilkan dagingnya yang sangat enak,
lezat, dan lunak. Potensinya sangat besar untuk dikembangkan sebagai
kambing potong. Mutu kulitnya sangat bagus dan banyak digunakan bahan
untuk membuat sepatu. 5. Kambing bligon Kambing bligon atau gumbolo alias
jawa randu merupakan keturunan kambing ettawa dengan kambing kacang.
Namun, persentase darah kambing kacang lebih tinggi, yaitu lebih dari 50%.
Kambing ini memiliki moncong yang lancip, telinga tebal dan lebih panjang
dari kepalanya, leher tidak bersurai, sosok tubuh terlihat tebal, dan bulu
tubuhnya kasar. Pemeliharaan kambing ini sangat mudah karena menyukai
pakan jenis apa saja, termasuk rumput-rumputan lapangan. Selain itu, anak
yang dilahirkan cepat besar sehingg sangat tepat kalau dipelihara untuk
kambing potong. Jenis kambing ini banyak tersebar di pantai utara Jawa
seperti Cirebon dan Semarang, juga banyak dipelihara di daerah Gunung
kidul, Yogyakarta. 6. Kambing creolo Kambing creolo merupakan ternak
penghasil daging yang sangat popular di Amerika Latin dan Tengah. Memiliki
kemampuan hidup di daerah yang sangat kering. Bulunya tipis, pendek, dan
berwarna hitam atau cokelat, sering kali terdapat bercak-bercak putih.
Tanduknya melengkung dan telinga pendek serata tegak. Kambing jantan
memeliki janggut, sedangkan betina tidak memiliki janggut. Tinggi gumba
jantan sekitar 75 cm dan betina sekitar 65 cm. Berat hidup kambing dewasa
rata-rata 40-60 kg dengan tubuh yang gempal. Jumlah anak per kelahiran 1-2
ekor. TERNAK UNGGAS Ternak unggas termasuk dalam ternak nonruminansia
hanya memiliki lambung tunggal, ternak unggas masuk dalam jenis burung
yaitu memiliki sayap, hampir seluruh tubuhnya ditutupi bulu, berkaki dua
dan berkem- bangbiak dengan cara bertelur. Adapun ternak unggas yang
banyak dibudi-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 77 dayakan di Indonesia yaitu: Ayam, Itik, Entok, Angsa Puyuh dan
Kalkun. Ternak unggas berdasarkan tujuan pemeliharaan masih dibedakan lagi
menjedi 2 tipe yaitu: unggas pedaging dan petelur. Unggas Pedaging Unggas
pedaging dipelihara dengan tujuan khusus untuk menghasilkan daging
saperti: ayam broiler, ayam kampung, itik, entok, kalkun dan merpati. 1.
Ayam Pedaging (Broiler) Ayam ras pedaging (ayam broiler) adalah ayam
unggul yang dihasilkan melalui seleksi, perbaikan mutu (rekayasa) genetik,
dan perkawinan silang dari bangsa-bangsa ayam impor luar negeri berdaya
produktivitas tinggi dalam menghasilkan daging dengan waktu yang relatif
singkat. Hal tersebut berdasarkan pendapat dari Rahayu, dkk (2002), bahwa
ayam ras adalah ayam yang induk atau nenek moyangnya merupakan ayam impor.
Sedangkan ayam tipe pedaging adalah ayam yang dapat menghasilkan relatif
banyak daging dalam waktu yang singkat. Pendapat lain menyebutkan bahwa
ayam ras pedaging unggul disebut ayam broiler, yang dihasilkan melalui
seleksi, rekayasa genetik dan perkawinan silang dari bangsa-bangsa ayam
yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging
(Santoso dan Sudaryani, 2002). Ciri-ciri ayam pedaging jika dibandingkan
dengan ayam petelur adalah : Ukuran
badan relatif besar, padat, kompak dan berdaging penuh,· sehingga disebut juga sebagai ayam tipe
berat. Produktivitas jumlah telur
yang dihasilkan relatif rendah.· Bergerak lebih lambat dan tenang.· Biasanya
lebih lambat mengalami dewasa kelamin.· Pertumbuhan cepat· Kulit
putih· Bulu merapat ke tubuh.· Beberapa
jenis ayam tipe pedaging mempunyai bulu kaki dan masih· suka mengeram. Dalam pelaksanaannya, agar ternak
ini benar-benar dapat berproduksi secara maksimal sebagai penghasil
daging, maka peternak harus menguasai manajemen dan tatalaksana peternakan
ayam broiler, yaitu mengenai :
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 78 Bibit· Pakan·
Perkandangan· Penyakit dan pengendaliannya· Panen dan
pemasaran· Unggas Petelur 1. Babcock
B-300 v (White) Berbulu putih, type ringan. Periode bertelur 18-80 minggu.
Daya hidup ayam 95,7% . Produksi telur 50% pada saat umur ayam 145 hari.
Puncak produksi mencapai 94%. Rata-rata berat telur 61,6 gram. Produksi
telur (hen house) 351 butir. Produksi telur mencapai 21,6 kg. rata-rata
konsumsi pakan 107 gram. Konversi pakan 2,14 kg/kg. berat badan pada umur
80 minggu sebesar 1685 gram. Gambar 24. ayam Babcock. B v (White) 2.
Babcock B-380 (Brown) Berbulu cokelat, type Dwiguna, Periode bertelur
18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% . Produksi telur 50% pada saat umur
ayam 141 hari. Puncak produksi mencapai 95%. Rata-rata berat telur 62,8
gram. Produksi telur (hen house) 349 butir. Produksi telur mencapai 21,9
kg. rata-rata konsumsi pakan 114 gram. Konversi pakan 2,23 kg/kg. berat
badan pada umur 80 minggu sebesar 2000 gram.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 79 Gambar 24 Babcock B-380 (Brown) 3. Bovan White Periode bertelur
18-80 minggu. Daya hidup ayam 93,1% . Produksi telur 50% pada saat umur
ayam 140 hari. Puncak produksi mencapai 96%. Rata- rata berat telur 60,4
gram. Produksi telur (hen house) 358 butir. Produksi telur mencapai 21,6
kg. rata-rata konsumsi pakan 108 gram. Konversi pakan 2,13 kg/kg. berat
badan pada umur 80 minggu sebesar 1680 gram. Gambar. 25 Bovan White 4.
Bovan Black Periode bertelur 18-80 minggu. Daya hidup ayam 94,2% .
Produksi telur 50% pada saat umur ayam 146 hari. Puncak produksi mencapai
94%. Rata- rata berat telur 62,5 gram. Produksi telur (hen house) 342 butir.
Produksi telur mencapai 21,4 kg. rata-rata konsumsi pakan 123 gram.
Konversi pakan 2,45 kg/kg. berat badan pada umur 80 minggu sebesar 2150
gram.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 80 Gambar. 26 Bovan Black Bangsa ayam ancona adalah bangsa ayam yang
digunakan sebagai bibit ayam ras petelur dan termasuk ke dalam ayam ras
kelas mediterania dengan ciri-ciri umum sebagai berikut : bentuk badan kecil dan langsing· bulu
berwarna hitam dengan bintik-bintik putih· kaki dan
paruh berwarna kuning· jengger serta pial berwarna merah dan
relatif besar· cuping telinga berwarna putih· telur
berwarna putih· termasuk bangsa ayam tipe ringan· Bangsa ayam leghorn adalah bangsa ayam yang
digunakan sebagai bibit ayam ras petelur dan termasuk ke dalam ayam ras
kelas mediterania dengan ciri-ciri umum sebagai berikut : lincah, cepat dewasa, jarang mengeram· bentuk
badan kecil langsing (ayam betina dewasa mencapai berat badan· 1,25 kg – 2,75 kg) jengger dan pial berwarna merah· telur
berwarna putih· termasuk bangsa ayam tipe ringan·
berjengger single· varietas dibagi berdasarkan warna bulu,
yaitu varietas berbulu putih· dan varietas berbulu kelabu
dengan bulu kuning di sekitar leher Adapun bangsa ayam lain yang termasuk
ayam ras kelas mediterania adalah ancona, minorca, spanish dan andalusia.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 81 Bibit ternak merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam tatalaksana peternakan ayam ras petelur, selain pakan, perkandangan,
penyakit, panen dan limbah. Ayam ras petelur tipe ringan atau ayam ras
petelur putih adalah ayam ras petelur yang khusus dibudidayakan sebagai
penghasil telur saja sehingga produksi daging sedikit dan memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : badan ramping,
kurus mungil· bulunya berwarna putih bersih·
berjengger merah· mampu bertelur lebih dari 260 butir per
tahun produksi per hen house· relatif sensitif terhadap cuaca panas
dan keributan· mudah kaget yang berdampak pada
penurunan produksi· Adapun contoh bangsa yang
termasuk ayam ras petelur tipe ringan adalah leghorn, ancona dan minorca.
Selain ayam tipe ringan terdapat juga ayam ras petelur tipe medium. ayam
minorca adalah bangsa ayam yang digunakan sebagai bibit ayam ras petelur
dan termasuk ke dalam ayam ras kelas mediterania dengan ciri-ciri umum
sebagai berikut : Bentuk badan
kecil dan langsing· Bulu berwarna hitam abu-abu· Paruh
berwarna putih kemerah-merahan· Jengger serta pial relatif besar dan
berwarna merah· Cuping telinga berwarna putih· Telur
berwarna putih· Termasuk ke dalam ayam tipe ringan.· 4) Pemilihan calon pejantan dan induk Bibit
unggul adalah bibit yang memiliki sifat unggul. Pada hewan sifat unggul
bergantung pada tujuan bididaya. Kambing Upaya perbaikan mutu genetik
untuk peningkatan produktifitas ternak kambing-domba (kado) dapat
dilakukan melalui program seleksi dan perkawinan silang. Seleksi adalah
pemilihan secara sistematis induk dan pejantan sebagai tetua untuk
generasi selanjutnya. Dalam falsafah jawa, calon pasangan hidup baik
(suami/istri), haruslah memenuhi criteria bibit, bebet dan bobot. Dunia
peternakan pun mengamal-
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 82 kan falsafah ini. Suksesnya usaha ternak, ditentukan oleh salah
satunya kualitas bibit, yang juga berkaitan dengan bobot.Buah tak jauh
dari pohonya. Bibit yang baik, diperlukan untuk menghasilkan keturunan
yang baik, bahkan lebih baik. Pemilihan bibit, tentu disesuaikan dengan
tujuan usaha. Apakah untuk daging, atau susu perah. Kambing kacang
misalnya, untuk produksi daging. Sedangkan kambing Etawa utnuk produksi
susu. Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak
cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap
lingkungan. Karena itu lebih baik memilih calon induk local. Berikut
sejumlah ciri bibit kambing-domba yang baik. Calon induk Umur berkisar12 bulan lebihü Tubuh
besar tapi tidak terlalu gemuk dengan berat badanü > 20 kg
Memiliki 2 gigi seri tetapü Tingkat kesuburan reproduksi sedangü Sifat
keindukan baikü Tubuh tidak cacatü Anak
kembar dua, atau anak tunggal tapi dari induk yang mudaü Jumlah
puting dua buahü Tubuh kompak, dada dalam dan lebar,
garis punggung dan pinggang lurusü Jinak dan sorot matanya ramahü Kaki
lurus dan tumit tinggiü Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik
(efisie), rahang atas danü bawah rata kAmbing simetris, tidak menggantung, dan
berputing 2 buahü Calon Pejantan Mempunyai penampilan (fenotip) bagus dan
besar• Umur lebih 1,5 tahun,ü gigi seri tetap Anak kembar duaü Mempunyai
libido besar, sehat dan tidak cacatü Kaki lurus dan kuatü Dari
keturunan kembarü
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 83 Umur antara 1,5 sampai 3
tahunSehat, tidak cacat, kai lurus, kuat, danü tumit tinggi, aktif dan libido tinggi, alat kelamin
normal dan simetris dan berasal dari keturunan kembar. Bibit persilangan
Persilangan adalah perkawinan antara anak yang memiliki kekerabatan
kelompok asal ternak. Keuntungan utama persilangan persilangan adalah
hybrid vigor atau heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan
pejantan dari bangsa yang berbeda, turunannya akan lebih baik performanya
untuk sifat-sifat tertentu daripada tetuanya. Keuntungan yang diperoleh
dari hasil persilangan adalah: Heterosis
yang memungkinkan diperolehnya rataan produksi yang lebihü baik dari tetuanya seperti pada bobot lahir,
produksi susu induk, laju pertumbuhan, bobot sapih dan bobot potong memperbaiki salah satu sifat yang kurang
baik dari salah satu bangsaü Meningkatkan daya hidup dengan
diperolehnya daya adaptasi yang lebihü baik dan tahan terhadap
penyakit Menurunkan mortalitas,
terutama pada periode pra-sapih dengan bobotü lahir dan produksi susu yang lebih tinggi Meningkatkan daya reproduksi seperti
dalam pencapaian dewasa kelaminü dan dewasa tubuh yang lebih
cepat Menghilangkan atau mengurangi sifat letal (mematikan). Misalnya
menurut Mason dan Buvanendran (1982) ada tiga cara untuk memperbaiki
produksi dan kualitas daging domba didaerah tropis: 1. Pada daerah tropis
basah panas, seleksi domba local tipe rambut, atau menyilangkan dengan
dengan domba tipe rambut tropis lainnya, terutama yang prolific untuk
menghasilkan bangsa baru. 2. Pada daerah tropis kering, seleksi dari
bangsa domba tipe wol kasar, atau menyilangkan dengan tipe wol kasar
lainnya dari daerah yang mempunyai iklim serupa. 3. Pada daerah tropis
basah atau sub tropis, grading domba local dengan bangsa pejantan
persilangan (unggul x likal) atau dengan bangsa baru dari komposisi
genetic tersebut.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 84 5) Pemilihan bakalan Keberhasilan penggemukan sapi potong sangat
tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan selama
pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukan dengan pemberian pakan tambahan
dapat berasal dari sapi local yang ada di pasar ataupun sapi import yang
belum maksimal per- tumbuhannya. Sebaiknya sapi bakalan dipilih dari sapi
yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukan. Prioritas
utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia 1-2 tahun, dan
sepasang gigi serinya sudah tanggal. Usaha penggemukan sapi pedaging
membutuhkan modal utama, yaitu tersedianya bakalan yang memenuhi syarat
secara kontinu. Kemampuan peternak memilih dan menyediakan bakalan secara
berkelanjutan sangat menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan
yang diharapkan. Usaha penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan
dari pertum- buhan bobot sapi yang dipelihara. MENENTUKAN UMUR SAPI
BAKALAN Secara fisiologis sapi potong mengalami pertumbuhan dan
perkembangan berdasarkan tahapan tyertentu yang berkait erat dengan
umurnya,itulah sebabnya penentuan umur bakalan sapi merupakan langkah
penting dalam penggemukan sapi potong, sebaiknya umur bakalan sapi dipilih
yang berumur 1 – 2 tahun karena pada usia tersebutsapi mengalami periode
emas dalam pertumbuhan berat badan. Penentuan yang paling pasti untuk
mengetahui umur sapi adalah dengan cara melihat catatan kelahiran terbut,
namun di daerah hal ini tidak pernah dilakukan oleh peternak sehingga
penentuan umur bias dilihat dengan cara melihat pertumbuhan gigi sapi itu
sendiri. Penentuan umur dengan melihat gigi patokannya adalah sebagai
berikut : Gigi susu 4 pasang : 1 tahun Gigi tetap 1 pasang : 1,5-2 tahun
Gigi tetap 2 pasang : 2-3 tahun Gigi tetap 3 pasang : 3-3,5 tahun Gigi
tetap 4 pasang ; 4 tahun
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 85 MENENTUKAN JENIS KELAMIN Sebaiknya dipilih sapi bakalan yang
berjenis kelamin jantan, karena sapi jantan akan mengalami pertumbuhan
yang relative cepat disbanding dengan sapi betina. Ciri-ciri sapi Jantan :
Terdapat dua testis yang terlihat jelas melalui celah antara dua paha
belakang. Ciri-ciri sapi betina : tidak memiliki testis, namun menjelang
dewasa kelamin terlihat adanya perkembangan ambing MELIHAT PENAMPILAN
FISIK Penampilan fisik sapi bakalan mencerminkan kondisi tubuhnya secara
keseluruhan, untuk memilih sapi bakalan sebaiknya melihat hal-hal sebagai
berikut : 1. Bulu licin dan mengkilap 2. Selaput lender dan gusi berwarna
merah. 3. Kulit mudah dilipat dan akan kembali keposisi awal. 4. Hidung
tidak kotor, basah dan tidak panas. 5. Suhu tubuhnya berkisar 39 – 400 C
6. Sapi tampak bergairah dan nafsu makan tinggi 7. Cepat bereaksi terhadap
gangguan luar 8. Kotoran padat MENAKSIR BERAT BADAN SAPI Cara akurat untuk
menentukan berat badan sapi adalah dengan cara menimbangnya, sayangnya
cara ini kurang praktis karena jarang sekali ditemui timbangan di pasar
hewan. Cara yang bias dilakukan adalah dengan menggunakan meteran untuk
mengukur lingkar dada ( LD ) yang kemudian dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut : Berat Badan ( kg ) = ( LD + 22 )2 100
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 86 PERKAWINAN TERNAK SECARA ALAMI
Tanda-tanda Berahi· Berdasarkan Perda 19 Tahun
2000 tentang unit Pelaksanaan Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur
mempunyai tugas pokok melaksanakan penyiapan bahan dan pelaksanaan
Inseminasi Buatan sedangkan pada Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 64
Tahun 2003 tentang Pelaksanaan Program Inseminasi Buatan Satu Juta
Akseptor Sapi (Intan Sejati) mempunyai tujuan meningkatkan populasi,
reproduksi dan kualitas ternak serta mempertahankan Jawa Timur sebagai
gudang ternak Nasional. Pengenalan Birahi Ternak Sapi agar seorang
peternak dapat mengamati siklus birahi secara benar. Pelayanan perkawinan
baik pada induk dan dara ternak sapi merupakan indikator keberhasilan bagi
seorang peternak, apabila ia dapat mempertahankan interval kelahiran 14
bulan secara teratur, maka seorang peternak akan memperoleh keuntungan
yang maksimal dari usaha peternakannya. Agar dapat mengawinkan sapi dengan
baik, perlu diketahui apa yang terjadi dalam sistem reproduksinya. Deteksi
birahi (standing heat) yang cermat pada induk dan dara sapi sebagai faktor
penentu keberhasilan usaha peternakannya. Beberapa hal yang perlu
diketahui dalam sistem reproduksi ternak sapi agar dapat dikawinkan dengan
baik, dapat disampaikan sebagai berikut. Setelah seekor ternak dara
mencapai pubertas, ia akan mengalami siklus birahi rata-rata 3 minggu
(18-24). Menjelang saat birahi, ada 4 tahap yang dilalui seekor induk atau
dara. Tahap 1. Pro Oestrus (pre-standing heat) Tahap ini hanya berlangsung
1-2 hari. Follikel primer pada ovarium akan menghasilkan sedikit hormon
jantan (testoteron), yang menyebabkan induk atau dara berperilaku seperti
sapi jantan. Si betina berusaha menaiki teman- temannya dan akan diam bila
dinaiki temannya. Ia menjadi gelisah dan agresif dan mungkin akan
menanduk, melenguh dan mulai mengeluarkan lendir bening dari vulvanya.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 87 Tahap 2. Oestrus (Standing Heat) Dengan masaknya follikel dalam
ovarium, 1-2 follikel lain menggantikannya dan pada saat follikel tumbuh
dan menuju kematangan, sel-sel epitel yang mengelilingi follikel tersebut
akan memproduksi estrogen. Estrogen menyebabkan induk atau dara
menunjukkan gejala birahi. Induk atau dara yang birahi seringkali
melenguh, memperlihatkan kegelisa- han, mencoba untuk menaiki
teman-temannya dan yang palin penting, ia akan diam bila dinaiki oleh
temannya. Biasanya terlihat lendir keluar dari vulva yang tampak
membengkak. Tahap 3. Ovulasi (atau pelepasan sel telur) Sel telur
dilepaskan dari follikel sekitar 24-30 jam sejak awal birahi (standing
heat). Ternak harus segera diinseminasi 12-30 jam setelah terjadinya
birahi (standing heat). Tahap 4. Met-Oestrus (pendarahan pasca birahi)
Sedikit darah mungkin keluar dari vulva induk atau dara beberapa jam
setelah “standing heat” berakhir. Biasanya 85% dari periode berakhir pada
sapi dara dan 50% pada sapi induk berakhir dengan keluarnya darah dari
vulva (untuk “cross-chek” saat mengawinkan, Inseminasi harus dilakukan 12-
24 jam sebelum keluarnya darah). Yang perlu diingat adalah bahwa tidak
semua siklus birahi pada sapi berakhir dengan keluarnya darah. Keluarnya
darah tidak selalu berarti ovulasi telah terjadi atau tidak. Keluarnya
darah hanya menunjukkan bahwa ternak telah melewati siklus. Agar
perkawinan pada induk dan dara berhasil, sangat penting memperhatikan
mereka pada saat “standing heat” ada waktu-waktu tertentu dimana
pengamatan tanda- tanda birahi akan lebih berhasil. Secara alamiah induk
dan dara lebih menunjukkan aktivitas seksual di malam hari daripada waktu
siang. Tahap 1 (aktivitas pra birahi) cenderung terjadi setiap saat siang
maupun malam hari pada seeor induk atau dara akan memperlihatkan
tanda-tanda pra birahi.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 88 Tahap 2 (standing heat) menunjukkan pola yang sangat berbeda: (1)
70% cenderung terjadi puncak birahi antara jam 6.00 sore dan 6.00 pagi.
(2) Waktu yang paling tidak efektif untuk melihat tanda-tanda “standing
heat” adalah sore hari. Agar dapat memperoleh persentase siklus birahi
yang lebih besar seorang peternak harus melaksanakan saran-saran berikut
dalam manajemennya. a. Menunjuk seorang petugas yang bertanggung jawab
atas deteksi birahi pencatatan perkawinan. Umumnya jumlah kebuntingan
meningkat bila ada seseorang yang melaksanakan tanggung jawab ini. b.
Tandai setiap ekor ternak dengan baik sehingga orang dapat mengenal setiap
ekor ternak secara cepat dan cermat. Penggunaan nomor yang cukup besar
sehingga terlihat dari jarak 3 meter atau lebih sangat efektif. c.
Mengetahui tanda-tanda birahi satu-satunya tanda birahi yang benar- benar
tepat adalah “diam” pada saat dinaiki temannya, akan tetapi harus
diperhatikan juga tanda-tanda sekunder seperti kegelisahan, melenguh,
menunduk, lebih jinak pada orang, menahan keluarnya air susu, mencium-cium
temannya, pembengkakan vulva dan keluarnya lendir dari vulva. Perhatian
terhadap tanda-tanda sekunder ini, akan mensiagakan peternak untuk lebih
mengawasi tanda birahi terutama ternak “diam” bila dinaiki. d. Catatlah
semua tanggal birahi pada kalender, “breeding wheel” atau dalam program
perkawinan/ breeding pada komputer. Periksa catatan tersebut setiap hari
untuk mengetahui tanda-tanda birahi pada hari tersebut. Ingatlah bahwa
sapi induk dan dara yang sudah dikawinkan juga perlu diawasi terhadap
kemungkinan muncul birahi kembali 3 dan 6 minggu pasca tanggal birahi saat
mereka dikawinkan. e. Amati tanda-tanda birahi berdasarkan suatu jadwal
tertentu. Melakukan pengamatan birahi selama 25 menit, 2-3 kali sehari,
hendaknya menjadi bagian pada saat mereka tidak terganggu oleh
aktivitas-aktivitas lain seperti pemerahan, pemberian pakan atau
pembuangan kotoran kandang. Ingat bahwa mayoritas birahi (standing heat)
terjadi antara jam 4.00-6.00 sore 5.00-7.00 pagi.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 89 f. Ternak-ternak betina yang terikat dalam kandang harus diberi
latihan (exercise) secara teratur dengan kondisi kaki yang baik agar dapat
menunjukkan aktivitas menaiki temannya. g. Manfaatkan tenaga dokter hewan,
ahli pakan dan teknis IB untuk memperoleh saran-saran yang dapat
ditetapkan pada situasi-situasi tertentu.
Perkawinan Alami,· Intensifikasi kawin alam (IKA)
Upaya peningkatan populasi ternak sapi dapat dilakukan dengan
intensifikasi kawin alam melalui distribusi pejantan unggul terseleksi
dari bangsa sapi lokal atau impor dengan empat manajemen perkawinan,
yakni: (1) perkawinan model kandang individu, (2) perkawinan model kandang
kelompok/umbaran, (3) perkawinan model rench (paddock) dan (4) perkawinan
model padang pengembalaan. Pejantan yang digunakan berasal dari hasil
seleksi sederhana, yaitu berdasarkan penilaian performans tubuh dan
kualitas semen yang baik, berumur lebih dari dua tahun dan bebas dari
penyakit reproduksi seperti EBL dan IBR. Untuk seleksi induk diharapkan
memiliki deskriptif sebagai berikut: 1) induk dereman/manaan (nahunan),
yakni dapat beranak setiap tahun, 2) skor kondisi tubuh 5-7 (Gambar 4), 5)
badan tegap, sehat dan tidak cacat, 4) tulang pinggul dan ambing besar,
lubang pusar agak dalam dan 5) Tinggi gumba > 135 cm dengan bobot badan
> 300 kg. Cara kawin alam ini dianjurkan dengan pertimbangan (1) secara
alamiah ternak sapi potong memiliki kebebasan hidup, sehingga mendukung
perkembangbiakannya secara normal (2) secara alamiah ternak sapi jantan
mampu mengetahui ternak sapi betina yang berahi (3) penanganan perkawinan
secara kawin alam memerlukan biaya yang sangat murah, tanpa adanya campur
tangan manusia (4) metode kawin alam sangat efektif dan efisien, sehingga
dapat digunakan sebagai pola usaha budidaya ternak mulai dari cara
intensif, semi intensif dan ektensif, bahkan juga dilakukan di beberapa
perusahaan.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 90 Perkawinan di kandang invidu (sapi diikat) Kandang individu adalah
model kandang dimana setiap ekor sapi menempati dan diikat pada satu
ruangan; antar ruangan kandang individu dibatasi dengan suatu sekat.
Kandang invidu di peternak rakyat, biasanya berupa ruangan besar yang
diisi lebih dari satu sapi, tanpa ada penyekat tetapi setiap sapi diikat
satu persatu. Model Perkawinan kandang individu dimulai dengan melakukan
pengamatan birahi pada setiap ekor sapi induk dan perkawinan dilakukan
satu induk sapi dengan satu pejantan (kawin alam) atau dengan satu straw
(kawin IB). Biasa- nya kandang individu yang sedang bunting beranak sampai
menyusui pedet- nya. Pengamatan birahi dapat dilakukan setiap hari pada
waktu pagi dan sore hari dengan melihat gejala birahi secara langsung
dengan tanda-tanda estrus. Apabila birahi pagi dikawinkan pada sore hari
dan apabila birahi sore dikawinkan pada besuk pagi hingga siang.
Persentase kejadian birahi yang terbanyak pada pagi hari. Setelah 6-12 jam
terlihat gejala birahi, sapi induk dibawa dan diikat ke kandang kawin yang
dapat dibuat dari besi atau kayu, kemudian didatangkan pejantan yang
dituntun oleh dua orang dan dikawinkan dengan induk yang birahi tersebut
minimal dua kali ejakulasi. Setelah 21 hari (hari ke 18-23) dari
perkawinan, dilakukan pengamatan birahi lagi dan apabila tidak ada gejala
birahi hinggga dua siklus (42 hari) berikut- nya, kemungkinan sapi induk
tersebut berhasil bunting. Untuk meyakinkan bunting tidaknya, setelah 60 hari
sejak di kawinkan, dapat dilakukan pemeriksaan kebuntingan dengan palpasi
rektal, yaitu adanya pembesaran uterus seperti balon karet (10-16 cm) dan
setelah hari ke 90 sebesar anak tikus. Induk setelah bunting tetap berada
dalam kandang indivi- du hingga beranak, namun ketika beranak diharapkan
induk di keluarkan dari kandang individu selama kurang lebih 7-10 hari dan
selanjutnya dimasukkan ke kandang invidu lagi. Perkawinan kandang kelompok
Kandang terdiri dari dua bagian, yaitu sepertiga sampai setengah luasan
bagian depan adalah beratap/diberi naungan dan sisanya di bagian belakang
berupa areal terbuka yang berpagar sebagai tempat pelombaran. Ukuran
kandang (panjang x lebarnya) tergantung pada jumlah ternak yang
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 91 menempati kandang, yaitu untuk setiap ekor sapi dewasa membutuhkan
luasan sekitar 20 – 30 m2. Bahan dan alatnya: dibuat dari semen atau batu
padas, dinding terbuka tapi berpagar, atap dari genteng serta dilengkapi
tempat pakan, minum dan lampu penerang. Manajemen perkawinan model kandang
kelompok dapat dilakukan oleh kelompok tani atau kelompok perbibitan sapi
potong rakyat yang memiliki kandang kelompok usaha bersama (cooperate
farming system) dengan tahapan sebagai berikut: 1. Induk bunting tua
hingga 40 hari setelah beranak (partus) diletakkan pada kandang khusus,
yakni di kandang bunting dan atau menyusui. 2. Setelah 40 hari induk
dipindahkan ke kandang kelompok dan dicampur dengan pejantan terpilih
dengan kapasitas sapi sebanyak 10 ekor betina (induk atau dara) dan
dikumpulkan menjadi satu dengan pejantan dalam waktu 24 jam selama dua
bulan. 3. Setelah dua bulan dikumpulkan dengan pejantan dilakukan
pemeriksaan kebuntingan (PKB) dengan cara palpasi rectal terhadap
induk-induk sapi tersebut (perkawinan terjadi secara alami tanpa diketahui
yang kemungkinan pada malam hari atau waktu tertentu yang tidak
diketahui. Jenis-jenis Perkawinan
(inbreeding, cross breeding)· Dalam pemuliabiakkan ternak,
dikenal 2 cara pengembangbiakkan yaitu : a. Perkawinan antar ternak yang
berkerabat (inbreeding). b. Perkawinan antar ternak yang tidak berkerabat
(out breeding). a. Inbreeding (Silang Dalam). Biak dalam (inbreeding)
adalah perkawinan antara ternak yang mempunyai hubungan kekerabatan.
Keuntungan dan kerugian silang dalam adalah : Keuntungan silang dalam : 1)
membuat individu mirip. Inbreeding dapat menyebabkan ternak-ternak mirip
satu sama lain, karena inbreeding dapat menurunkan tingkat
heterozygotsitas didalam populasi.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 92 2) Melestarikan sifat-sifat yang diinginkan. Apabila kita menyukai
suatu sifat pada sekelompok ternak, sifat-sifat tersebut dapat
dipertahankan dengan inbreeding. 3) Seleksi pada gen-gen yang tidak
diinginkan. Inbreeding membuat individu-individu homozygot. Apabila
terdapat letal gena dalam keadaan homozygot, maka akan tampak. Dengan
demikian kita bisa melakukan seleksi terhadap ternak-ternak pembawa sifat
tidak baik. Kerugian inbreeding. Inbreeding mempunyai dampak yang tidak
diinginkan terhadap sifat- sifat seperti : Pertumbuhan, reproduksi,
produksi susu pada sapi perah. b. Out Breeding. Out breeding adalah
perkawinan antara ternak yang tidak mem- punyai hubungan kekerabatan.
Perkawinan ini bisa satu bangsa ternak, atau beda bangsa. Secara garis
besar out breeding dapat dibedakan menjadi : 1. Biak silang (cross
breeding) 2. Biak silang luar (out breeding) 3. Biak tingkat (grading up)
Biak silang ( Cross-breeding ) Cross breeding adalah persilangan antar
ternak yang tidak se- bangsa. Misal antara sapi Brahman dengan sapi Angus.
Ayam Island Red dengan White Rock, dan lain-lain. Jenis persilangan ini
memegang peranan penting dalam pemu- liaan ternak, dengan
kegunaan-kegunaan : 1. Saling substitusi sifat yang diinginkan. 2.
Memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozygot. Out Crossing Out
crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa tetapi
tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out cros- sing adalah
untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 93 Grading Up Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus
yang diarah- kan terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Contoh Grading up
di Indo- nesia dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang disebut Ongo-
lisasi. Sapi-sapi betina lokal Indonesia dikawinkan dengan pejantan Ongol
terus menerus, sehingga terbentuk sapi yang disebut peranakan Ongol. Umur Ternak Dikawinkan· Reproduksi merupakan suatu kemewahan fungsi
tubuh yang secara fisiologik tidak fital bagi kehidupan bagi individual
tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa
hewan. Pada umumnya reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan
mencapai masa puber- tas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan
hormon-hormon yang di- hasilkannya. Peranan reproduksi bagi kehidupan
adalah : a. meningkatkan populasi ternak b. melestarikan keturunan c.
memperbaiki produksi ternak seperti susu, daging dan telur d. memperbaiki
keturunannya seperti berat lahirnya, pertambahan bobot badan, jumlah anak yang
dihasilkan dll. Dengan usaha pengembangbiakan/reproduksi maka perlu sekali
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) hewan bibit yang akan
diusahakan keturunannya itu (induk dengan pe- jantannya) tidak boleh
terlalu muda ataupun terlalu tua 2) Hewan bibit itu harus sehat tubuhnya,
terutama harus bebas dari penya- kit menular 3) Hewan bibit itu harus
mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan bagi si pemeliharanya, seperti:
badannya besar dan kuat, tahan penyakit, ba- nyak menghasilkan susu dan
sebagainya 4) Hewan betina (induk) sebaiknya dikawinkan pada waktu ia
sedang berahi 5) Pada waktu hewan betina bunting, harus dijaga benar
makanan dan kesehatannya.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 94 Tabel. 8. Batas Umur Terbaik dan Tertinggi untuk Diternakkan pada
Berbagai Ternak Jenis Ternak Umur Dikawinkan (Tahun) Umur Terbaik
Diternakkan (Tahun) Batas Umur Tertinggi Untuk Diternakkan (Tahun) Kambing
Domba Sapi Kerbau Kuda Babi 1-1,25 1,5 2-2,5 2 2,5-3 10 bln 2-3 2-3 3-6
3-7 6-10 2-3 ± 5 ± 5 ± 12 13-14 15-20 ± 5
Memperbaiki Keturunan melalui Inseminasi Buatan· Inseminasi Buatan merupakan salah satu teknologi
dalam reproduksi ternak yang memiliki manfaat dalam mempercepat
peningkatan mutu genetik ternak, mencegah penyebaran penyakit reproduksi
yang ditularkan melalui perkawinan alam, meningkatkan efisiensi penggunaan
pejantan unggul, serta menurunkan/ menghilangkan biaya investasi pengadaan
dan pemeliharaan ternak pejantan. Merupakan suatu cara atau teknik untuk
memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah
diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran
alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
„insemination gun„. Keuntungan IB 1) Dapat menghasilkan keturunan anak
yang baik dan berkualitas karena menggunakan sperma dari pejantan yang
unggul. 2) Peternak tidak perlu memelihara pejantan sehingga biaya pakan
maupun waktu untuk memelihara pejantan dapat digunakan untuk keperluan
lain. 3) Dapat menghindari cacat pada kelahiran anak. 4) Mencegah
terjadinya penularan penyakit yang disebarkan melalui per- kawinan alami.
5) Dapat memperpendek jarak kelahiran (calving interval) 6) Menghindarkan
ternak sapi betina mengalami kecelakaan dalam mela- kukan perkawinan alami
bila pejantan yang digunakan terlalu besar. 7) Menghemat biaya
pemeliharaan ternak jantan;
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 95 8) Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik; 9) Mencegah
terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding); 10) Dengan
peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka
waktu yang lama; 11) Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun
kemudian walaupun pejantan telah mati; Tujuan Inseminasi Buatan 1.
Memperbaiki mutu genetika ternak; 2. Tidak mengharuskan pejantan unggul
untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya; 3.
Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih lama; 4. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat
dan teratur; 5. Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin. Kerugian
IB 1. Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak
tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan; 2. Akan terjadi
kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari
pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi
betina keturunan / breed kecil; 3. Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding)
apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu
yang lama; 4. Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek
apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak
melalui suatu progeny test). Waktu yang tepat untuk inseminasi buatan
Waktu yang tepat untuk melakukan IB pada ternak sapi adalah 15 s/d 18 jam
setelah sapi menunjukkan gejala berahi karena pada saat tersebut sel telur
telah mencapai saluran tuba falopii yaitu saluran tempat penyatuan sel
telur dengan sperma yang diikuti dengan proses pembuahan. Gejala-gejala
Berahi pada Ternak Sapi Pada umumnya gejala-gejala berahi pada ternak
adalah sebagai berikut: 1. Kemaluan bagian luar (vulva) ternak berwarna
merah 2. Bila dicermati kemaluan tersebut membengkak
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 96 3. Bila diraba kemaluan tersebut terasa hangat 4. Dari kemaluan
keluar lendir bening dan transparan 5. Gelisah dan kurang nafsu makan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan IB Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan IB pada ternak
sapi yaitu: 1. Kondisi kesehatan sapi betina yang di IB. Betina yang
kondisinya sehat (sebelum dan setelah di IB) akan mampu memelihara
kebuntingannya sampai melahirkan dengan baik 2. Ketepatan waktu
pelaksanaan IB 3. Mutu semen beku yang digunakan. Semen beku yang
digunakan hendaknya mendapatkan penanganan yang benar mulai saat produksi,
penyimpanan dan distribusi sampai di tingkat lapangan 4. Keterampilan
petugas IB sangat mempengaruhi keberhasilan IB. Makin terampil petugas IB,
makin kecil resiko kegagalannya
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 97 POTENSI GENETIK TERNAK PADA PEMBIBITAN Hukum Mendel· Mendel menemukan prinsip dasar hereditas dengan
membudidayakan kacang ercis dalam suatu percobaan yang terencana dan
teliti. Prinsip dasar hereditas yang ditemukan oleh Mendel dirumuskannya
dalam 2 hukum, yaitu Hukum Mendel I dan Hukum Mendel Mendel II. Hukum
Mendel I (Segregation of allelic genes) Hukum Mendel I disebut juga hukum
segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan
gamet. Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana pasangan –
pasangan homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi/ terjadi
pemisahan alel – alel suatu gen secara bebas dari diploid menjadi haploid.
Dengan demikian setiap sel gamet hanya mengandung satu gen dari alelnya
Fenomena ini dapat diamati pada persilangan monohybrid, yaitu persilangan
satu karakter dengan dua sifat beda. Persilangan Monohibrid P1 UU x uu
(Ungu) (Putih) G1 U x u F1 Uu Pada waktu pembentukan gamet betina, UU
memisah menjadi U dan U, sehingga dalam sel gamet tanaman ungu hanya
mengandung satu macam alel yaitu alel U. Sebaliknya tanaman jantan
berbunga putih homozigot resesif dan genotipenya uu. Alel ini memisah
secara bebas menjadi u dan u, sehingga gamet – gamet j antan tanaman putih
hanya mempunyai satu macam alel , yaitu alel u. Proses pembentukan gamet
inilah yang menggambarkan fenomena Hukum Mendel I. Hukum Mendel II
(Independent Assortment of Genes) Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen / sifat dapat berpasangan secara
bebas dengan gen / sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet
pada persilangan dihibrid.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 98 Persilangan Dihibrid P1 BBKK x bbkk (Biji bulat berwarna kuning)
(Biji keriput Hijau) G1 BK x bk F1 BbKk P2 BbKk x BbKk G2 BK, Bk, bK,bk
BK, Bk, bK,bk Pada waktu pembentukan gamet parental ke-2, terjadi
penggabungan bebas (lebih tepatnya kombinasi bebas) antara B dan b dengan
K dan k. Asortasi bebas ini menghasilkan empat macam kombinasi gamet,
yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan
fenomena Hukum Mendel II. Mutasi
Gen· Mutasi adalah perubahan yang
terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen
(disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat
kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada
munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada
spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih
rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat
pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya,
radioaktif, sinar ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik
seperti petir. Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe)
akibat mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa
dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat
(individu tipe liar atau "wild type"). Macam-macam Mutasi
Berdasarkan Sel yang Bermutasi Mutasi somatik adalah mutasi yang terjadi
pada sel somatik, yaitu sel tubuh seperti sel kulit. Mutasi ini tidak akan
diwariskan pada keturunannya. Mutasi Gametik adalah mutasi yang terjadi
pada sel gamet, yaitu sel organ reproduksi yang meliputi sperma dan ovum
pada manusia. Karena terjadinya di sel gamet, maka akan diwariskan kepada
keturunannya.
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 99 Pada umumnya, mutasi itu merugikan, mutannya bersifat letal dan
homozigot resesif. Namun mutasi juga menguntungkan, diantaranya, melalui
mutasi, dapat dibuat tumbuhan poliploid yang sifatnya unggul. Contohnya,
semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji, buah stroberi yang besar, dll.
Mutasi ini juga menjadi salah satu kunci terjadinya evolusi di dunia ini.
Terbentuknya tumbuhan poliploid ini menguntungkan bagi manusia, namun
merugikan bagi tumbuhan yang mengalami mutasi, karena tumbuhan terse- but
menjadi tidak bisa berkembang biak secara generatif. Bahan-bahan yang
menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Muta- gen dibagi menjadi 3,
yaitu: Mutagen bahan kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin.
Kolkisin adalah zat yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang
spindel pada proses anafase dan dapat menghambat pembelahan sel pada
anafase. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar
radioaktif, dan sinar gamma. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan kanker
kulit. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan
terjadi- nya mutasi. Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi
adalah DNA-nya. Macam-macam mutasi berdasarkan bagian yang bermutasi
Mutasi titik Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau
RNA. Mutasi titik relatif sering terjadi namun efeknya dapat dikurangi
oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat berakibat berubahnya
urutan asam amino pada protein, dan dapat mengakibatkan berkurangnya,
berubah- nya atau hilangnya fungsi enzim. Teknologi saat ini menggunakan
mutasi titik sebagai marker (disebut SNP) untuk mengkaji perubahan yang
terjadi pada gen dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe yang terjadi.
contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat
hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan
dengan sitosin, bukan lagi dengan timin. Aberasi Mutasi kromosom, sering
juga disebut dengan mutasi besar/gross mutation atau aberasi kromosom
adalah perubahan jumlah kromosom dan
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 100 susunan atau urutan gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering
terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis. Aneuploidi
adalah perubahan jumlah n-nya. Dalam hal ini, "n" menandakan
jumlah set kromosom. Sebagai contoh, sel tubuh manusia memiliki 2 paket
kromosom sehingga disebut 2n, dimana satu paket n manusia berjumlah 23
kromosom. Aneuploidi dibagi menjadi 2, yaitu: >> Autopoliploidi,
yaitu n-nya mengganda sendiri karena kesalahan meiosis. >>
Allopoliploidi, yaitu perkawinan atau hibrid antara spesies yang berbeda
jumlah set kromosomnya. Aneusomi adalah perubahan jumlah kromosom.
Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa tidak melekatnya beneng-benang
spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah). Delesi Terjadi
ketika sebuah fragmen kromosom patah dan hilang pada saat pembelahan sel.
Kromosom tempat fragmen tersebut berasal kemudian akan kehilangan gen-gen
tertentu. Namun dalam beberapa kasus, fragmen patahan tersebut dapat
berikatan dengan kromosom homolog menghasilkan Duplikasi.Fragmen tersebut
juga dapat melekat kembali pada kromosom asalnya dengan arah terbalik dan
menghasilkan Inversi Pemanfaatan mutasi Meskipun secara biologi sebagian
terbesar mutasi menyebabkan gangguan pada kebugaran (fitness) individu,
bahkan kematian, mutasi sebenarnya adalah salah satu kunci bagi kemampuan
beradaptasi suatu jenis (spesies) terhadap lingkungan baru atau yang
berubah. Sisi positif ini dimanfaatkan oleh sejumlah bidang biologi
terapan. Terapi sel-sel tumor Aplikasi radiasi sinar mengion (dikenal
sebagai radioterapi, seperti penyinaran dengan sinar X) dan kemoterapi
untuk menghambat perkembangan sel-sel tumor dan kanker pada dasarnya
adalah menginduksi mutasi pada sel-sel kanker sebagai targetnya. Agensia
mutasi tersebut akan menyebabkan sel-sel target berhenti tumbuh karena
tidak mampu lagi memperbanyak diri. Pemuliaan Pemaparan tanaman terhadap
radiasi sinar mengion, seperti sinar gamma dari Co-60, atau terhadap
beberapa kemikalia, seperti EMS dan DS, dalam waktu dan kadar tertentu
juga digunakan untuk menginduksi mutasi. Dalam
- Dasar-dasar Pembibitan Ternak
Page 101 penerapan ini, mutasi tidak ditujukan untuk mematikan sel, tetapi
untuk mengubah susunan basa nitrogen pada DNA atau untuk menyebabkan
mutasi segmental. Harapannya adalah ada beberapa sel yang akan mengalami
mutasi yang menguntungkan. Dengan demikian, tidak hanya sedikit yang
dipapar- kan, tetapi ribuan sampai ratusan ribu individu. Cara pemuliaan
dengan bantuan mutasi ini kebanyakan dilakukan terhadap tanaman
hortikultura, seperti tanaman sayuran dan tanaman hias (ornamen- tal).
Batan telah menghasilkan beberapa kultivar unggul padi yang dirakit
melalui mutasi.
duh tulisan semua. mungkin bila diselingi atau ditambah dengan gambar akan lebih menarik dan lebih mudah dibaca:)
BalasHapusmakasih atas sarannya
BalasHapus